Pancasila
telah dijadikan dasar negara Republik Indonesia karena para pendirinya ingin
membangun semangat persatuan di atas keanekaragaman agama, budaya, suku dsb. Mereka
menyadari bahwa negara yang terdiri atas pulau-pulau ini tidak mungkin dipersatukan
tanpa Pancasila. Di dalam sila-silanya, sila Ketuhanan ditulis paling pertama,
karena para pendiri itu yakin bahwa setiap agama yang dianut oleh para pemeluknya
memiliki kebenaran masing-masing tentang Allah yang disembahnya, dan kebenaran
itu harus dihargai oleh siapa pun dan dari golongan manapun.
Orang
Kristen, seperti juga agama lain, memiliki kebenaran akan Allah yang mahakuasa
dan maharahim. Tetapi selanjutnya kekristenan mengajarkan bahwa demi kerahiman
dan kemurahan-Nya, Allah telah rela mengutus Yesus Kristus, Putera-Nya, untuk
menebus dosa manusia. Kebenaran ini diajarkan para murid-Nya sendiri, yaitu para
rasul, atas dasar kesaksian mereka tentang sejarah kehidupan Kristus dan karya-karyaNya.
Mereka bukan hanya mengajar tentang-Nya tetapi juga menulisnya. Hasil tulisan itu
kita pakai sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Kitab ini adalah kitab
kebenaran, dasar utama ajaran Kristiani. Semua yang ditulis tentang Yesus di
dalam Kitab itu, sejak lahir hingga naiknya ke surga adalah kebenaran, bukan
dongeng atau cerita fiktif. Orang-orang atheis yang pernah menyangkal kebenaran
ini, berdasarkan suatu penelitian ilmiah mereka, akhirnya juga mengakui bahwa
Yesus itu sejarah, Dia adalah Tuhan.
Nabi
Yesaya mempunyai nasihat bagus hari ini. Salah satunya saya kutip berikut ini: “Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum
Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau
menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN
"hari yang mulia"; apabila
engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak
mengurus urusanmu atau berkata omong
kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan
membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan
kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa
leluhurmu, sebab mulut TUHANlah yang mengatakannya” (Yes 58:13-14). Nah, bila
berkata omong kosong atas sebuah kebenaran Ilahi adalah sebuah bentuk
penyangkalan sekaligus penghujatan. Dalam banyak pengalaman, resiko dari
perbuatan ini adalah mendapatkan kebalikan dari janji di atas, yaitu tidak akan
berada dalam kemenangan dan tidak akan mendapat milik pusaka Yakub. Sangsi yang
berat bagi umat Israel dan semua yang percaya akan Allah.
Orang
Farisi dan ahli Taurat percaya akan kerahiman Allah. Mereka percaya Allah rela
mengampuni orang berdosa. Akan tetapi ketika Allah, dalam Yesus Kristus, menunjukkan kerelaan pengampunan melalui
pendekatan personal dengan makan bersama para pendosa, mereka menolak dan
mencibir Yesus. Jawaban Yesus membuat mereka tak berkutik: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku
datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka
bertobat." (Luk 5:31-32). Satu kebenaran
ini yang ditunjukkan Yesus di sini adalah, Ia datang untuk menyelamatkan
manusia yang sakit dan berdosa. Yesus datang untuk semua orang.
Bila
Gereja terus semakin membuka pintu lebar-lebar untuk menerima siapa saja yang
berdosa dan ingin kembali ke jalan keselamatan, ini adalah kebenaran. Semoga para
pendosa juga sadar akan rahmat belaskasih ini dan mau datang kepada Tuhan guna
mendapatkan kesembuhan lahir dan batinnya yang terluka akibat dosa. Semoga juga
negeri ini tetap terbuka, mempertahankan Pancasila, guna memberi perlindungan
kepada semua anak bangsa yang ada di dalamnya. Amin