Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Maret 16, 2017

MENGANDALKAN MANUSIA ?

Entah karena kemajuan tehnologi atau terlampau percaya diri karena pandai, kaya, ganteng, cantik, punya jabatan tinggi atau karena memang tidak memiliki kecerdasan spiritual, murtad, banyak orang di zaman edan ini tidak lagi melihat Tuhan sebagai “sumber berkat dari hidup dan karyanya” melainkan berjalan congkak di atas kekuatannya sendiri. Ketika prahara datang barulah tersadar bahwa kita tak mampu mengatasi prahara itu dan terpaksa lari kepada Tuhan. Di depan-Nya kita berteriak dan menangis lalu membenarkan diri dengan mengatakan: “mohon ampun pada-Mu Tuhan, atas kelemahanku sebagai manusia!” Meskipun kita tahu TUHAN itu mahabaik, maharahim, pengasih dan penyayang, namun jangan pernah memanfaatkan semua kebaikan itu untuk bersikap congkak di hadapan-Nya, sebab hidup ini bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik-Nya semata. Manusia tidak pernah bisa menciptakan kehidupannya sendiri juga tak pernah bisa mengakhirinya.

Nabi Yeremia dengan keras hari ini mengingatkan kita dengan mengatakan: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (Yer 17:5-6). Sabda ini memang keras sesuai dengan situasi pada zaman hidupnya nabi Yeremia. Orang-orang Israel selalu melawan dia dan bersekongkol untuk membinasakannya. Tetapi pada akhirnya mereka merasakan akibat dari perlawanan itu dan menderita di tempat pembuangan. Mengandalkan manusia atau diri sendiri adalah manifestasi dari kecongkakan hati yang berlebihan. Sebagai makhluk yang berasal dari debu dan akan kembali ke debu, setiap anak Tuhan tetaplah menyadari bahwa hidup dan akhir dari keberadaan kita di dunia ini bukanlah milik kita sendiri. DIA yang tak kelihatan itulah Pemiliknya.

Sebaliknya kalau manusia mengandalkan Tuhannya, Yeremia bersaksi: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya." (Yer 17:7-8.10). Tokoh utama dari cerita Kitab Suci dalam hubungan dengan iman yang mengandalkan Tuhan adalah Abraham dan Sara (bdk Kej 12). Segala janji Allah padanya dipenuhi secara sempurna, namanya tercatat sebagai bapa segala bangsa yang percaya kepada Allah.

Contoh tragis yang diceritakan Tuhan Yesus dalam perumpamaan hari ini adalah nasib orang kaya yang tidak peduli pada Tuhan dan sesamanya. Pada akhirnya ia masuk ke tempat siksaan kekal, sebaliknya Lazarus yang miskin masuk dalam kemuliaan Tuhan (Luk 16: 19-31). Mengandalkan diri sendiri dan segala kuasa di bumi tidak pernah bisa menandingi kuasa dan kemuliaan Tuhan, bahkan sebaliknya seperti kata nabi Yeremia di atas: “tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun”. Sabda ini memang keras, ya sesuai dengan situasi zaman edan ini, tetapi menyelamatkan. Masa puasa adalah kesempatan untuk berbalik dari kecongkakan kepada kerendahan hati.  Amin


Adhitz Ads