Pada
zaman hidupnya pastor Yohanes Maria Vianney, kota kecil Ars, wilayah Perancis,
termasuk sebuah kota yang moralnya bobrok. Di kota ini ada pesta pora,
perjudian, pelacuran dll. Umat katolik di kota ini, pada masa itu sungguh hidup
jauh dari Tuhan, sebab hampir tak ada doa, ekaristi Minggu diabaikan, pengakuan
dicuekin. Kesenangan mereka adalah hidup dalam dosa. Para pastor yang bekerja
di situ umumnya tidak bertahan lama karena mereka tidak sanggup berhadapan dengan
umat yang masa bodoh dengan hal-hal rohani dan pendidikan yang baik. Tetapi ketika
pastor Yohanes Maria Vianney diutus ke situ, segala hal yang sulit akibat
kejahatan yang ada, perlahan-lahan diatasi dan kemudian semuanya berbalik
kepada Tuhan. Kuncinya pada doanya yang tekun dan keberaniannya untuk
mengungkapkan segala kebobrokan masyarakat itu dalam kotbah-kotbahnya.
Nabi
Yunus dalam bacaan pertama hari ini diutus Tuhan untuk menyampaikan pesan
pertobatan bagi penduduk kota Niniwe. Dengan keras dan tajam ia mengatakan 40
hari lagi kota ini akan ditunggangbalikan,
jika mereka tidak bertobat. Mendengar warta itu semua penduduk kota itu
dari yang kecil hingga rajanya, mengenakan kain kabung, menyirami kepalanya
dengan debu lalu berpuasa, berdoa dan bertobat. Puasa dan doa masal ini sungguh
menghasilkan rahmat pengampunan dari Tuhan. Ungkapan pengampunan dijelaskan penulis
Kitab nabi Yunus dengan mengatakan: “Ketika
Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari
tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah
dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya” (Yun
3:10). Puasa dan doa sungguh menggerakan penduduk Niniwe untuk bertobat dan
membaharui diri, pertobatan mendatangkan pengampunan. Setelah itu mereka mulai secara
baru, hidup dalam ketaatan pada hukum-hukum Tuhan.
Sebaliknya
orang-orang Israel pada zaman Yesus sudah diracuni oleh sikap sombong dan tidak
mau mendengar apa yang diwartakan Tuhan Yesus, sebaliknya mereka menuntut Yesus
untuk memberi tanda tetapi Yesus menolaknya (bdk Luk 11:29-32). Ketegaran hati
yang disebabkan oleh sikap sombong tidak pernah menghasilkan pengampunan, sebab
dalam kesombongan tak ada tobat. Tobat sesungguhnya menjadi prasyarat utama
untuk mendapat rahmat belaskasih Allah. Kita percaya Allah maharahim, namun
kerahiman itu baru bisa bekerja kalau ada sesal dan tobat dalam hidup.
Berbalik
dari kejahatan dan menata hidup secara baru itulah tujuan yang hendak dikejar
dan dicapai dalam masa prapaska ini. Kalau tujuan ini tidak tercapai maka
sia-sialah puasa, doa dan pantang kita. Amin