Salah
satu cerita kuno yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, dalam hubungan dengan dosa iri
hati adalah kisah Kain dan Habel adiknya. Ketika membawa persembahan syukur
kepada Tuhan, dari hasil usaha mereka masing-masing, tampaknya persembahan Kain
tidak diterima sebab asap persembahannya tidak membumbung naik ke atas,
sedangkan asap persembahan Habel adiknya naik membubung lurus ke atas. Melihat keadaan
ini Kain iri hati dan berencana membunuh adiknya. Dosa iri hati membakar
sanubarinya yang terdalam dan akhirnya Kain membunuh adiknya itu (bdk Kej 4:1-16)
Cerita
seperti ini mewakili semua kisah lain yang tersebar di mana-mana dalam hidup
manusia, pada setiap bangsa, dari zaman ke zaman. Seseorang bisa meracuni
sesamanya karena iri hati, si A bisa mengirim santet kepada si B karena iri
hati, istri bisa memaksa suaminya untuk mencuri atau melakukan korupsi karena
iri hati dengan tetangga yang memiliki kekayaan lebih dari mereka. Singkatnya banyak
kejahatan terjadi di antara manusia karena dosa iri hati ini. Maka iri
hati didefinisikan sebagai: “perasaan
hati kurang senang yang menggerogoti hati manusia ketika melihat kelebihan
orang lain”. Dengan demikian iri hati adalah racun yang buruk bagi hati
seseorang, sebab olehnya seseorang bisa menipu, mencuri, mengkhianati, merampok
dan membunuh.
Saudara-saudara
Yusuf iri hati kepada Yusuf karena ia lebih disayangi oleh ayah mereka Yakub. Lebih
lagi ketika Yusuf diberi pakaian-pakaian yang lebih mewah dan indah daripada
saudara-saudaranya yang lain. Akibat iri hati itu mereka merencanakan
pembunuhan atas Yusuf, namun batal karena Ruben melarang mereka untuk menumpahkan
darah atas saudaranya sendiri. Tetapi akhirnya mereka menjual Yusuf kepada
seorang saudagar Midian yang berangkat menuju Mesir (Kej 37:3-4.12-31.17b-28). Iri
hati menghancurkan tali kasih persaudaraan dalam keluarga, kelompok masyarakat
ataupun dalam hidup beragama. Ia meracuni hati manusia sampai merencanakan dan
melakukan kejahatan-kejahatan lainnya.
Saking
banyaknya dosa iri hati ini terutama di kalangan imam-imam, ahli taurat dan
orang Farisi yang selalu berusaha menjegal-Nya, Yesus
menceritakan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, yang
bersikap negatip terhadap hamba-hamba dan anak kandung dari pemilik kebun
anggur itu (Mat 21:33-43.45-46). Cerita ini ingin menggambarkan bahwa orang
Israel pada masa itu menolak kehadiran para nabi dan Yesus sendiri, sebab
nabi-nabi dan kemudian Yesus datang dengan kelebihan-Nya dalam bernubuat,
mengajar, melakukan mujizat dll. Dia hanyalah anak tukang kayu Yosef dan Maria,
dari Nazareth, mana mungkin sehebat itu kuasa-Nya. Iri hatinya orang-orang ini
kemudian berdampak pada rencana dan tindakan menangkap dan membunuh Yesus.
Namun
Allah dalam rencana-Nya telah menjadikan peristiwa ini sebagai jalan korban
bagi penebusan dosa manusia. Batu yang dibuang oleh tukang bangunan dijadikan
batu penjuru, baru keselamatan bagi umat manusia. Rencana Allah tidak bisa
digagalkan oleh kejahatan manusia.