Setiap
kali kita menjalani masa puasa kita didorong untuk melakukan niat-niat khusus
berupa aksi rohani dan jasmani. Salah satu aksi yang biasa dilakukan adalah
memberi derma dalam pelbagai macam bentuk materi untuk disumbangkan kepada sama
saudara yang berkekurangan atau yang membutuhkannya. Banyak atau besarnya
sumbangan itu tergantung pada kerelaan hati setiap pribadi atau keluarga yang
bersangkutan. Dalam hal ini tidak terjadi paksaan selain himbauan yang disertai
penjelasan tentang tujuan dari aksi-aksi yang akan dilakukan, bila semuanya telah
dikumpulkan. Aksi seperti ini hampir ada pada setiap agama besar di dunia ini,
sebab salah satu hakekat hidup kita sebagai makhluk sosial adalah saling
menolong dalam suka dan duka.
Dalam
agama Yahudi ada kewajiban memberi 10% dari penghasilan tahunan untuk
kepentingan bait Allah, disamping pemberian-pemberian lainnya sesuai kewajiban
agama. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus memberikan kita sebuah motivasi supaya
memberi atau berbagi. Dari motivasi ini kita yakin bahwa setiap pemberian yang
diberikan secara sukarela untuk kepentingan Gereja, sosial atau lain-lainnya
pasti diperhitungkan Tuhan sebagai perbuatan baik yang pasti dibalas-Nya, entah
langsung atau tidak langsung. Karena itu Tuhan Yesus mengatakan: “berilah, maka kamu akan diberi”! Dalam
hubungan dengan kebenaran ini, ada banyak orang yang bersaksi, semakin mereka
memberi, semakin mereka diberi rejeki, mereka mendapatkan banyak kemudahan/rejeki
jika dibandingkan sebelum mereka melakukan aksi-aksi sosial.
Kalau
ingin membuat perbandingan, hidup manusia itu ibarat sebuah bak air yang
menampung air dari sumbernya hingga penuh. Jika air yang sudah ditampung ini
tidak disalurkan atau dibagi-bagi ke rumah-rumah maka air itu akan tetap penuh
dan tidak bisa menerima air yang baru lagi. Tetapi ketika air itu dibagi maka
air yang baru selalu masuk dan bak itu menjadi pembagi rejeki kehidupan dan ia tidak
akan berkekurangan air sebab selalu ada air baru yang masuk. Kalau kita selalu ingin berbagi, jangan
takut, kita tidak akan pernah berkekurangan. Memberi adalah wujud dari
kemurahan hati Allah bagi manusia. Pada
awal bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus bersabda: hendaklah kamu murah hati seperti Bapa di surga murah hati adanya. (bdk
Luk 6:36-38)! Allah Bapa sangat murah hati. Ini telah nyata dalam sejarah
panggilan bangsa Israel hingga perutusan Yesus Kristus, Putera-Nya. Tanpa
panggilan dan perutusan mustahil hidup kita ditebus dan diselamatkan. Kenurahan
Tuhan menyelamatkan kita.
Daniel,
dalam masa pembuangan di bawah pemerintahan raja Nebukadnezar, sadar bahwa
segala prahara yang mereka alami saat itu tidak lain disebabkan oleh dosa-dosa
masa lalu dari nenek moyang dan para pemimpin mereka termasuk dosa-dosa mereka
sendiri. Karena itu dalam doa dan nubuatnya ia memohon ampun pada Tuhan untuk
segala dosa itu agar mereka bisa berdamai dengan Tuhan dan memperoleh
pembebasan (Dan 9:4b-10). Apa yang dilakukan Daniel ini adalah sebuah bentuk keyakinan
akan kemurahan hati Allah, sebab itu dia tidak ragu memohon ampun dari Tuhan untuk
dosa-dosa nenek moyang dan para pemimpinnya. Bila mereka itu diampuni maka ia
percaya bahwa dia sendiri dan semua orang yang menderita saat itu akan diampuni
juga dan mereka dibebaskan. Kemurahan hati terbesar dan tertinggi dalam hidup
beriman adalah: mengampuni sesama yang bersalah kepada kita, seperti Tuhan Yesus
Kristus yang mengampuni dosa manusia ketika Ia bergantung di kayu salib.