Hidup
manusia selalu diliputi banyak keajaiban. Sejak kita diciptakan dalam kandungan
ibu hingga kembali ke pangkuan Bapa Surgawi keajaiban itu pasti selalu terjadi.
Orang beriman menanggapi keajaiban itu sebagai rencana dan pekerjaan Tuhan
sendiri. Manusia selalu boleh menikmati keajaiban pekerjaan-Nya itu dalam iman
dan pengharapan akan DIA yang selalu mengasihi. Atas dasar itulah kita selalu
terdorong untuk memadahkan lagu: HOW
GREAT THOU ART !
Nabi
Mikha percaya akan tindakan-tindakan Tuhan yang ajaib ini (Mi 7:14-15;18-20),
maka atas nama bangsanya sendiri ia berdoa kepada Tuhan agar:
1. Tuhan sendiri kembali
menggembalakan umat-Nya agar bebas dari penindasan yang terjadi oleh bangsa
asing sehingga mereka boleh merasakan kebebasan seperti dahulu sebelum dijajah.
2. Tuhan mengulangi
kembali tindakan-tindakan ajaib-Nya seperti yang dilakukan kepada nenek moyang
mereka ketika keluar dari tanah Mesir di bawah pimpinan Musa
3.
Tuhan memberi
ampun atas segala dosa mereka karena belas kasih-Nya
4.
Tuhan ingat
kembali akan janji-janjiNya kepada Abraham bahwa mereka akan menjadi bangsa
yang besar.
Umat
Israel merasa seperti tak berdaya lagi. Nabi Mikha pun jatuh belas kasihan atas
mereka ketika melihat penderitaan bangsa-Nya. Sebagai nabi ia bukan hanya
mewartakan pesan-pesan pertobatan tetapi juga berdoa memohon belaskasihan-Nya
agar umat Israel diampuni dan dibebaskan dari penindasan itu.
Tuhan
tidak menghendaki orang berdosa mati dalam kebinasaan tetapi menginginkan pertobatannya
dan kembali ke jalan yang benar agar diselamatkan. Untuk itu Tuhan Yesus
menyampaikan perumpamaan tentang bagaimana sikap Allah, Bapa-Nya, atas orang-orang
yang berdosa. Cerita anak hilang yang bertobat dalam Injil hari ini sungguh
mengesankan. Ia melukiskan bagaimana belaskasih Bapa yang rindu anaknya pulang
walau sudah bersalah dan keliru, bagaimana Bapa menerima anak-Nya dengan penuh
kasih ketika dia kembali dan bertobat dan bagaimana Dia mengenakan pakaian
pesta kepadanya, lalu bagaimana Bapa memberi pengertian kepada anak sulungnya
ketika anak sulung itu protes atas sikapnya yang penuh kasih kepada adiknya
yang berdosa (Luk 15:1-3.11-32).
Cerita
ini sungguh menggugat pikiran kita yang cenderung memandang Allah sebagai hakim
yang adil dan menakutkan, hakim yang membalas setiap kesalahan dengan
hukuman-hukuman yang setimpal. Pandangan yang keliru ini, dalam keseharian
hidup kita, sering turut mendorong kita untuk berdoa agar orang-orang jahat
dibinasakan, apalagi kalau tindakan mereka menyakitkan hati. Sesungguhnya tindakan-tindakan
itu ajaib. Kemuliaan dan kebesaran-Nya selalu menjiwai segala tindakan-Nya
sehingga di mata kita, kasih dan perbuatan-Nya selalu ajaib. Maka pantaslah
kalau kita selalu berkata: HOW GREAT
THOU ART !