Setiap kali kita masuk ke dalam Gereja,
kapel ataupun ruang-ruang doa, pandangan pertama kita selalu terarah kepada
salib yang terpancang tinggi pada tembok belakang altar atau tembok yang berhadapan
dengan kita. Mengapa salib-salib itu terpancang tinggi? Kehadirannya melambangkan
Yesus Kristus yang telah ditinggikan di Golgotha, ketika Dia dihukum mati. Hukuman
yang diterima-Nya dengan sukarela untuk menggenapkan rencana Allah untuk
menebus dosa manusia.
Kisah tragis tak bersalah dalam penyaliban
ini adalah bagian utama atau puncak dari rencana Allah atas hidup manusia. Tuhan
sudah tahu dan merancang penebusan itu sedemikian rupa hingga para mistikus
Gereja pun seringkali tidak sanggup memahami semua ini selain mengatakan dalam
iman: ini adalah misteri Allah. Mengapa saya katakan Tuhan sudah tahu?
Tuhan Yesus sendiri dalam Injil hari ini
bersabda: "Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku
tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang
hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku,
Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat
apa yang berkenan kepada-Nya." (Yoh 8:28-29). Bagian ini dikatakan
Yesus dalam pengajaran-Nya kepada para pendengar-Nya, sebelum Ia ditangkap dan
dihukum mati. Sesudah semuanya itu digenapi pada hari Pentakosta, Roh Kudus mengajarkan
semua kebenaran itu kepada para murid-Nya. Kesaksian mereka menjadi bagian
utama dari semua kebenaran yang kita tahu dalam Gereja Kristus. Sejak hari
pertama Pentakosta hingga saat ini, Gereja hidup, berkembang dan berbuah dalam
pelbagai cara hidup yang dipilih oleh setiap pengikut-Nya dan juga dalam
pelbagai pelayanannya di tengah dunia. Gereja Kristus adalah Gereja yang hidup,
semua orang percaya ditarik kepada-Nya. Janji keselamatan digenapi. Walaupun tantangan
datang mendera, para pengikut-Nya tetap setia bahkan setia sampai mati. Gereja subur
oleh darah para martir dan para pengaku iman.
Bayangan akan keselamatan yang bakal
dilakukan Allah atas umat-Nya telah tampak pada peristiwa tragis yang dialami
bangsa Israel di gunung Hor. Banyak dari antara mereka dipagut ular berbisa akibat
dosa melawan Allah dan menghina Musa, hanya karena alasan bosan dengan makanan
yang ada. Ketika mereka sadar akan dosa-dosanya, mereka mohon ampun. Musa
berdoa agar Tuhan menghentikan semua malapetaka itu. Lalu Tuhan menyarankan
Musa untuk membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang. Kalau mereka
dipagut oleh ular berbisa, obatnya cuma satu, mereka harus memandang ular
tembaga yang terpancang tinggi itu dan mereka pun selamat. Ular tembaga yang
terpancang adalah bayangan keselamatan salib Kristus, yang menyelamatkan
manusia dari dosa (Bil 21: 4-9)
Rencana Allah demikian matang, terukur
serta terstruktur. Bila kita membaca seluruh Kitab Perjanjian Lama barulah kita
mengerti bagaimana Tuhan merancang keselamatan itu melalui perjalanan hidup bangsa
yang terpilih, bangsa Israel. Dari bangsa ini telah lahir Sang Juru Selamat
yang menggenapkan semua janji Allah hingga wafat dan bangkit-Nya dari antara
orang mati. Kita bersyukur karena kita mengimani Yesus Kristus dan hidup dalam
persatuan Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolik. Setiap orang yang
dengan setia memuji dan menyembah-Nya setiap hari, akan hidup dalam Dia dan Dia
akan hidup di dalam mereka. Jaminan keselamatan pun tersedia ! Bersyukurlah pada-Nya karena kekal abadi kasih
setia-Nya. Amin