Ketika masih remaja kelas 2 SD
hingga SMA saya gemar membaca Kitab Suci. Bacaannya kadang saya pilih
cerita-cerita yang menarik. Cerita-cerita yang menarik itu selalu saya ulangi
beberapa kali dan dalam hati selalu memendam rasa rindu, andaikan saya juga bisa
melakukan mujizat seperti yang Yesus lakukan, pasti menyenangkan. Bagi saya
kerinduan itu terpenuhi ketika menjadi imam yatitu memberi makanan surgawi
kepada umat dalam ekaristi.
Perikop injil hari ini
termasuk salah satu cerita yang selalu saya ulang-ulang untuk membacanya. Ceritanya
menarik, Yesus diikuti oleh sekitar 5000 orang, tidak terhitung perempuan dan
anak-anak, mereka semua sudah lapar karena sepanjang hari mereka mendengarkan
pengajaran-Nya, lalu Yesus meminta para murid supaya menyediakan memberi mereka
makan. Para murid protes karena tidak mungkin mendapatkan makanan bagi orang
sebanyak itu. Tetapi kebetulan ada seorang anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan.
Anak itu memberinya kepada Yesus lalu diberikan kepada para murid untuk
membagi-baginya kepada 5000 orang, tidak terhitung perempuan dan anak-anak. Setelah
mereka selesai makan, sisanya dikumpulkan menjadi 12 bakul penuh. Lima menjadi
5000 lebih dan sisa 12 bakul. Sungguh sebuah mujizat yang luar bisa
mengagumkan! (Yoh 6:1-15)
Ada tiga penjelasan rohani-biblis menyangkut peristiwa ini:
Pertama, semua orang membawa bekal namun saking egoisnya
mereka tidak mau mengeluarkannya dari kantong masing-masing karena berpikir
bagaimana membaginya kepada orang lain. Tetapi ketika melihat seorang anak memberinya
kepada Yesus dan para murid-Nya, mereka pun mengeluarkan bekalnya
masing-masing, mengumpulkannya bersama-sama pada satu tempat dalam kelompok 50
orang, lalu membaginya secara merata. Memberi dan membagi sama rata adalah sebuah
pelajaran untuk bersikap sosial terhadap sesama. Pemberian anak itu
menggerakkan hati semua orang lain untuk siap memberi. Ini mujizat dari
kebaikan hati.
Kedua, memang hanya
anak itu yang mempunyai 5 roti dan 2 ekor ikan. Ia rela memberinya kepada Yesus.
Yesus melakukan mujizat perbanyakan roti dan ikan lalu membaginya kepada orang
sebanyak itu. Tuhan siap melakukan mujizat apabila ada dari antara mereka yang
mau memberi dari miliknya. Yesus dan para murid memang tidak membawa bekal. Ia tidak
dapat memberi mereka makan kalau tidak ada persiapan. Ketika persiapan makanan
itu ada maka Ia menunjukkan kuasa-Nya untuk mempergandakannya. Anak itu
mendapat rejeki tambahan dari pergandaan dari 5 (lima) menjadi 12 (dua belas). Setiap
pemberian yang baik kepada-Nya, dibalas-Nya dengan berlimpah-limpah. Ia pernah
bersabda: berbahagialah yang murah hatinya, sebab mereka akan memperoleh
kemurahan.
Ketiga, Allah hadir di tengah umat-Nya bukan hanya mau memperhatikan
hal-hal rohaniah tetapi juga memperhatikan kesejahteraan lahiriah manusia. Rohani
dan jasmani harus bertumbuh seimbang sehingga dapat kita dapat memuji dan
mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.
Pengajaran dan
mujizat Yesus dilanjutkan para murid-Nya dalam karya mereka. Ketika mereka
ditangkap karena perbuatan baik ini, Gamaliel salah seorang Farisi menasihati
majelis agama agar hati-hati dalam bertindak terhadap para murid Yesus. Ia membuat
perbandingan dengan para pemberontak sebelumnya. Ketika para pemimpinnya
ditangkap dan dibunuh mereka bubar, sedangkan murid-murid Yesus ini bukannya
bubar tetapi sebaliknya semakin berani dan juga melakukan mujizat. Saran Gamaliel
didengar dan para rasul dilepas dan terus mewartakan Yesus sebagai Tuhan dan
Juru Selamat (Kis 5:34-42).
Pengorbanan para murid pada zaman Gereja Perdana sampai mereka masing-masing mati sebagai saksi Kristus, tidak sia-sia. Jumlah jemaat Kristiani hingga dewasa ini bertumbuh menjadi 1,5 milliar. Bukankah ini dapat ditafsir sebagai mujizat perbanyakan roti: dari 12 menjadi 3000 orang pada pembaptisan pertama dan pada zaman ini menjadi milliar pengikut-Nya yang tersebar di pelbagai Negara di bumi ini.