Di dunia ini banyak orang dirasuki
pikiran kotor dan merancangkan pelbagai niat dan perbuatan jahat. Niat dan
perbuatan jahat itu merambah hampir di semua sektor kehidupan dan kita tahu
banyak orang telah menjadi korban dari kejahatan-kejahatan itu. Oleh karena itu
kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan: dunia ini penuh sandiwara, selalu ada persaingan antara yang baik
dan yang jahat. Orang-orang baik berusaha menata hidupnya sesuai dengan kehendak
dan hukum-hukum Tuhan tetapi orang-orang jahat berusaha untuk hidup menurut
kehendak dan hawa nafsunya sendiri demi uang, jabatan, kuasa dan kesenangan
duniawinya.
Dua hakim dalam bacaan pertama Kitab
Tambahan Daniel hari ini terjebak dalam mencari kesenangan duniawi lalu
merancang kesepakatan jahat untuk menggoda istri tetangganya. Mereka sangat
tertarik padanya karena kecantikannya, lalu mengajak perempuan ini untuk
berselingkuh. Susana, demikian nama perempuan itu, bukanlah perempuan murahan seperti
yang mereka pikirkan tetapi orang yang taat beribadat kepada Tuhan dan
hukum-hukumnya. Integritasnya terpuji. Ia menolak melakukan kejahatan itu,
sebab ia takut pada Tuhan dan suaminya. Karena kedua hakim ini tidak berhasil menggodanya,
maka mereka menuduh Susana telah kedapatan berbuat zinah dengan orang lain dan
mereka menangkapnya. Tuduhan ini berujung pada hukuman mati, apalagi keduanya
adalah hakim. Orang Israel percaya pada cerita kedua hakim yang jahat ini. Namun
Tuhan tidak berpihak pada orang jahat. Ia menggerakkan hati seorang pemuda
bijaksana bernama Daniel untuk mengadili perkara itu. Dari pengadilan itu
diketahui bahwa kedua hakim itu membuat tuduhan palsu. Maka keduanya dirajam
dengan batu yang sebenarnya telah disiapkan untuk merajam Susana. Senjata makan
tuan. Doa orang benar didengar Tuhan dan Susana diselamatkan (bdk T. Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62)
Orang Farisi dan para ahli Taurat
membawa kepada Yesus, seorang perempuan yang dituduh telah tertangkap tangan karena
berzinah. Menurut hukum Yahudi perempuan ini harus dirajam dengan batu. Tetapi anehnya,
laki-lakinya tidak ditangkap. Menurut cerita Yohanes dalam Injilnya mereka ini
hanya mau menjebak Yesus. Bila jawaban Yesus salah maka mereka akan menangkap
dan menuduh-Nya melanggar Taurat Musa. Namun jebakan mereka terhadap Yesus justru
membuat mereka malu sendiri dan pergi tanpa permisi. Jawaban Yesus yang
sederhana tetapi bijaksana telah menggugurkan argumentasi hukum mereka yang sesungguhnya
lahir dari niat yang tidak jujur. “Barangsiapa
tidak berdosa biarlah ia melempar batunya yang pertama kepada wanita ini”. Batu-batu
yang telah tergenggam di tangan untuk merajam wanita itu dibuang begitu saja
dan mereka pergi satu persatu. Tuduhan tak berdasar dan melawan cinta kasih,
ditentang oleh kebenaran. Kebenaran itu adalah Tuhan sendiri (bdk Yoh 18:1-11).
Peremupuan yang tak berdaya itu diselamatkan Tuhan.
Manusia telah sering menyiapkan batu-batu
pamungkas (niat atau rancangan jahat) untuk merajam (menghancurkan) sesamanya
karena terjebak hawa nafsu serta persaingan-persaingan yang tidak sehat. Dalam pengalaman
dan sejarah perjalanan hidup manusia sudah ada banyak kejahatan yang dirancang
untuk menyusahkan atau merajam orang lain, justru kembali menyusahkan diri
mereka sendiri. Ya, Tuhan itu mahaadil dan maharahim, Ia selalu berpihak pada
orang benar, pada orang yang tak berdaya, pada orang yang terpenjara, sakit dan
bahkan kepada para pendosa yang mau bertobat. Lakukan yang baik dan jauhkan
yang jahat. Bersandiwara dan bersikap munafik adalah kejahatan yang membuat
hidup kita menjadi tidak nyaman dan tidak bahagia. Waspada, selalu ada
peristiwa senjata makan tuan. Amin