Menyepi, bermeditasi dan berdoa di
tempat yang sepi memberi jaminan perjumpaan yang akrab dengan Tuhan. St.
Theresia Lisieux, kesempatan yang paling muda untuk berjumpa dengan Tuhan di
saat kita berada dalam keheningan. Hutan dan gunung memberi jaminan keheningan
itu. Tidak heran kalau kita melihat dalam perjalanan sejarah Gereja,
biara-biara kontemplatip justru mencari tempat-tempat seperti ini. Suara burung-burung
yang mencecit dan bersiul, serta tiupan angin sepoi-sepoi, sejuknya alam
sekitar menambah gairah kita untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Suasana seperti
ini sungguh membantu kita untuk masuk dalam kontemplasi. Mencari tempat sepi
dalam retret tahunan para imam dan biarawan/wati atau umat awam merupakan
kesempatan yang amat menyenangkan atau menguntungkan bagi mereka bila ingin
mengalami perjumpaan yang dalam dengan Tuhan. Di tempat-tempat seperti ini
mereka mencari kekuatan baru dari Tuhan.
Sesudah hiruk pikuk memberi pengajaran dan
memberi makanan bagi lima ribu orang,
Yesus menyepi ke gunung untuk bermeditasi dan berdoa. Tak tahan menunggu lama,
para murid pun menyeberang ke Kapernaum. Sesudah mereka mendayung dua tiga mil
jauhnya barulah Yesus datang berjalan di atas air (Yoh 6:12-21). Ia melakukan
semua itu dengan mudah karena kuasa Allah yang dimiliki-Nya. Kuasa doa-Nya telah
membuat segala-galanya mungkin bagi-Nya. Tak ada yang mustahil. Tak usah ragu
pada-Nya, bukan karena Allah itu biasa tetapi karena Allah itu mahakuasa atau
mahabisa.
St. Katarina dari Siena, tanpa
pendidikan yang memadai bisa menerima karunia Allah dan dia diangkat untuk
menjadi pembimbing dan pelindung bagi Gereja yang suram. Ia masuk ordo ketiga
St. Dominikus. Di dalam biara itu ia tetap melaksanakan doa, meditasi di samping
melakukan karya amal dan kerasulan yang lain. Ia menjadi pusat perhatian semua
anggota biara karena kerohanian dan kepribadiannya yang menarik. Lalu pada masa
Gereja mengalami kesuraman dan kelesuan rohani akibat keteladanan hidup para
imam dan pimpinan Gereja yang jauh dari semangat Injil. Di saat yang sangat
buruk itu, dalam suatu penglihatan Yesus menyuruh Katarina untuk membuat surat
kepada Paus Gregorius XI, para raja dan para uskup agar memperbaiki kehidupan
Gereja dari dalam. Katarina dapat meyakinkan Paus bahwa istana Paus yang ada di
Avignon, Perancis, harus dikembalikan ke Roma. Isi suratnya sungguh menggugah
hati para pemimpin itu dan mereka mulai melakukan perbaikan. Doa Katarina yang
disertai puasa yang keras telah membuatnya berhasil melaksanakan perintah
Tuhannya.
Para murid Yesus dalam Gereja perdana
semakin sibuk dalam urusan pengajaran dan doa. Sementara itu pertumbuhan jumlah
umat semakin bertambah, keluhan-keluhan akibat kelalaian mereka untuk melakukan
pekerjaan sosial – pembagian makanan dan barang-barang kepada para janda. Lalu atas
keputusan bersama mereka mengangkat 7 orang daikon untuk melakukan pekerjaan itu,
sedangkan mereka tetap mengajar dan berdoa (Kis 6:1-7). Kesibukan jasmani tidak
bisa berjalan sekaligus dengan kesibukan rohani. Pembagian waktu dalam
pelayanan harus dilakukan sedemikian rupa agar baik pelayanan rohani maupun
pelayanan jasmani (sosial) lainnya dapat berjalan seimbang. Hidup ini tidak
hanya cukup dengan mencari kesibukan jasmani, tetapi juga harus memberi waktu
untuk memuji dan memuliakan nama-Nya dalam keheningan pribadi maupun bersama.