Ketika menonton cuplikan video
penganiayaan oleh kaiser Diokletianus di arena yang disebut Colloseum (baca: Koloseum)
semua penonton yang terdiri dari kaum muda pun orangtua, menangis sedih dan
menghapus air matanya masing-masing. Mengapa? Mereka menyaksikan bagaimana
orang-orang Kristen itu dibakar hidup-hidup sementara mereka tak berdaya sebab diikat
pada salib. Yang paling mengerikan ketika melihat harimau dan singa-singa lapar
menerkam orang-orang tak bersalah ini tanpa bisa melarikan diri dari arena yang
sempit dan tertutup itu. Namun yang paling mengharukan adalah tak satupun dari
antara orang-orang Kristen ini yang minta dibebaskan karena mau murtad dan mengikuti
keinginan kaisar yang kejam itu. Mereka tetap bertahan dalam imannya. Bagi
mereka mati hari ini atau besok sama saja, asal jiwa selamat. Sekali Kristus
tetap Kristus ! Prinsipnya: Allah mereka NO tetapi Allahku YES !
Begitulah yang terjadi pada diri ketiga
pemuda Israel yang pantang menyerah ketika dipaksa untuk menyembah berhala
mengikuti perintah raja Babel,
Nebukadnesar (Dan 3:14-20.24-25.28) Meskipun ancamannya dibakar dalam api yang
menyala hingga 1000 derajat, ketiga pemuda itu tetap berkata kepada raja:
Allahmu NO, tetapi Allah kami YES ! Nebukadnesar geram bukan kepalang. Ia menyuruh
algoju-algojunya membuat api yang panasnya 6 kali lipat supaya mereka melihat
bagaimana ketiga pemuda itu hancur lebur menjadi debu tanpa bekas. Tanpa gentar
ketiganya menjawab: "Tidak ada
gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang
kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian
yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya
tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa
tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
(Dan 3:16-18). Tanpa menunggu lama-lama saking geramnya raja mendengar kalimat itu,
para algoju melemparkan mereka hidup-hidup ke dalam api itu.
Beberapa waktu berselang, raja terkejut melihat
apa yang terjadi dengan ketiga pemuda itu. Mereka berjalan-jalan dengan bebas dalam api yang
menyala itu didampingi oleh seorang yang tampannya seperti anak dewa. Setelah menyaksikan
itu raja berteriak: : "Terpujilah
Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan
melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan
melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak
mau memuja dan menyembah allah mana pun kecuali Allah mereka”. Ketiga pemuda
ini telah membuktikan kepada raja kafir itu bahwa Allah yang mereka sembah
adalah Allah yang benar, bukan Allah dari patung lembu emas atau dewa-dewi.
Ketiga pemuda di atas telah
mempertahankan kebenaran yang mereka imani dari nenek moyang mereka. Kebenaran
itu sungguh telah memerdekakan mereka dari intimidasi raja dan seluruh
kekafiran negeri Babel. Tuhan Yesus hari ini mengatakan hal yang sama kepada
para pendengar-Nya: "Jikalau kamu
tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan
mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (bdk Yoh
8:31-42). Firman Allah -adalah kebenaran. Firman itu telah menjadi manusia
melalui inkarnasi-Nya, dalam diri Yesus Kristus. Ini juga kebenaran. Kata Yesus:
“barangsiapa tinggal dalam kebenaran iman ini, kebenaran itu akan memerdekakan –
membebaskan – menyelamatkan”.
Sejak dibaptis, kita percaya akan
kebenaran itu dan hingga kini kita tetap tinggal dan dipelihara oleh kebenaran
itu. Kebenaran itu sudah memerdekan – membebaskan dan menyelamatkan kita. Tetapi
yang paling penting dalam hidup ini bagaimana kita menunjukkan iman kita yang
hidup untuk menolak segala godaan dan kejahatan yang membuat kita hidup jauh
dari Tuhan. Amin