Ditinjau dari segi penghayatan
iman, yang kebanyakan suam-suam kuku, mungkin banyak orang dari antara
kita berpikir bahwa Yesus Kristus itu
masih berada dalam kubur-Nya, bukan Yesus yang sungguh-sungguh telah bangkit
dari antara orang mati. Sebab banyak orang enggan berdoa dan beribadat, ke
gereja hanya sekali atau dua kali setahun (Natal Paska saja), hampir tidak
pernah mengaku dosa/tidak mau mengaku dosa, enggan atau menolak berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan rohani dan sosial Gereja, bersikap masa bodoh terhadap
penderitaan sesama yang ada di dalam lingkungan tempat tinggal, suka mengeluh
atau membenarkan diri bila mereka berurusan dengan pelayanan sakramen, dll.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang suam-suam kuku ini, saya memilih thema
renungan hari ini: MENYALAKAN API
KEBANGKITAN KRISTUS!
Pesta cahaya malam ini
sesungguhnya melambangkan kebangkitan Kristus dari alam maut sesudah 3 hari Dia
berada dalam kubur-Nya. Kebangkitan Kristus dari alam maut ini merupakan
pemenuhan dari seluruh rencana Allah untuk menebus umat manusia. Mengapa?
Sesudah bumi dan isinya diciptakan Allah, manusia dan kebebasannya diberikan
dengan kasih, manusia jatuh ke dalam dosa. Akibatnya hubungan kasih antara
manusia dengan Allah menjadi terputus. Guna memulihkan hubungan yang putus ini
Allah sendiri berinisiatif memanggil dan membentuk sebuah bangsa yang
disebut-Nya bangsa terpilih. Hal itu terwujud dalam diri Abraham serta
keturunannya, bangsa Israel. Bacaan pertama malam ini sampai dengan bacaan
terakhir dari Perjanjian Lama, semuanya menceritakan bagaimana rencana Allah
itu berjalan dengan rapi, teratur dan penuh misteri. Ada kisah penciptaan yang
menarik, panggilan Abraham sebagai awal mula terbentuknya bangsa terpilih, ada
kisah pembebasan dari perbudakan di negeri Mesir, ada warta dan nubuat dari
para nabi yang memberi harapan akan datangnya penebusan, hingga cerita
kebangkitan Yesus dari antara orang mati dan kemudian kesaksian St. Paulus
tentang kebangkitan itu.
Melihat matangnya rencana
penebusan ini, St. Paulus mengajak kita untuk hidup dalam harapan akan
kebangkitan (Rom 6:3-11). Kebangkitan dari cara hidup manusia lama ke cara
hidup manusia baru, dari manusia yang dikuasai oleh iman yang suam-suam kuku ke
cara hidup manusia yang aktip berpartisipasi untuk mengembangkan misi Gereja
Yesus Kristus, dari cara hidup manusia yang enggan berbuat baik kepada cara
hidup yang tekun berbuat baik, dari cara hidup yang masa bodoh terhadap
kegiatan-kegiatan rohani ke cara hidup manusia yang tekun mencari dan
mengembangkan karunia-karunia itu dalam pelayanan Gereja, dari cara hidup yang
egois ke cara hidup yang penuh kerelaan untuk berbagi dst.
Cahaya api Paska yang bersinar
malam ini, melalui simbol lilin Paska, adalah api Roh Kudus yang bernyala untuk
menyampaikan pesan kebangkitan kepada kita semua bahwa Yesus Kristus itu Allah
yang hidup, Dia sudah bangkit dari antara orang mati, bangkit untuk menyalakan
iman kita yang suam-suam kuku. Cerita kebangkitan Kristus ini bukan isapan
jempol dari para murid, tetapi disaksikan juga oleh serdadu-serdadu yang
disuruh berbohong oleh imam-imam dan orang Farisi. Berdasarkan realita
kebangkitan inilah, para rasul yang tadinya sudah kehilangan harapan akan
kehadiran Yesus, menjadi penuh semangat lagi. Ketika Yesus dihukum mati mereka
lari tercerai berai, sesudah kebangkitan mereka berkumpul kembali, bersatu hati
mengobarkan cita-cita dan harapan untuk menjadi saksi-Nya. Cita-cita dan
harapan ini diurapi oleh kuasa Roh Kudus pada hari Pentakosta dan mereka pun
mendirikan Gereja Kristus yang kudus, katolik dan apostolik.
Kalau mau jadi saksi-Nya,
nyalakan api kebangkitan-Nya dan biarkan Roh Kudus memimpin kita kemana saja
Dia mau. Tuhan sungguh bangkit, Tuhan sungguh hidup. Dia sama dahulu, sekarang
dan pada masa yang akan datang.