Relasi antar manusia dimulai dengan
saling memperkenalkan diri kepada satu sama lain. Dalam perkenalan itu ada
tingkatan-tingkatannya. Pertama, perkenalan basa basi, kedua perkenalan mencapai
tingkat keakraban - pertemanan dan ketiga kenal hingga mencapai tingkat
keintiman. Perkenalan basa basi sifatnya sementara saja, misalnya salam-salaman
lalu pergi; tingkat pertemanan sifatnya sudah mengenal nama, asal usul, latar
belakang, pekerjaan, saling mengunjungi; sedangkan pada tingkat keintiman:
merasa satu dalam segala hal, dalam suka dan duka, secara lahir dan batin, yang
melibatkan perasaan terdalam yaitu kasih mengasihi, tolong menolong, seia
sekata. Hubungan ini bisa terjadi antara suami istri, dalam keluarga, antar
keluarga, antar kelompok, dst. Hubungan pada tingkat ini biasanya ditandai
dengan banyaknya pengorbanan.
Manusia mengenal Tuhan, mungkin
kebanyakan pada tingkat basa basi dan keakraban, hanya segelintir orang sampai
pada tingkat keintiman, seperti kata Yesus, “Aku dalam kamu dan kamu dalam
Aku”. Tetapi Tuhan sendiri selalu ingin tinggal dalam diri manusia sampai pada
tingkat keintiman ini, agar hidup kita dan karya kita selalu bersatu dalam Dia
dan dipenuhi oelh-Nya, seperti yang dirasakan oleh St. Paulus: “bukan aku lagi
yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”. Dengan demikian kita merasa
bahwa tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa. Kata St, Theresa dari
Calcutta, kita menjadi pinsil di tangan-Nya! Tuhan Yesus sendiri mengenal Allah
Bapa-Nya bukan hanya pada tingkat basa basi dan akrab tetapi lebih dalam dan
lebih tinggi dari semuanya. Seluruh hidup-Nya adalah kehidupan Allah, sebab Ia
adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Kesempurnaan Yesus terletak dalam
hidup-Nya sebagai Allah sekaligus manusia, Ia 100% Allah dan 100% manusia.
Semua ini direncanakan Allah agar Ia dapat melaksanakan janji Allah untuk
menebus dosa manusia dan menghantar manusia hingga masuk hidup abadi.
Dalam Injil hari ini Yesus bersabda: “Aku mengenal Allah dan Aku menuruti
firman-Nya. Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu
bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia
bersukacita." Pengenalan Yesus akan Allah lebih dari segala makhluk
yang pernah hidup di bumi, lebih dari para bapa bangsa, para hakim, para nabi
dan para raja serta para malaikat. Itu ditandai oleh ketaatan-Nya kepada
kehendak Bapa dan oleh pengorbanan-Nya menjadi manusia, rela menderita dan
menerima hukuman mati di kayu salib, untuk menebus dosa manusia. Sebaliknya
orang Yahudi tidak mengenal Dia sehingga mereka menolak Dia dan tidak percaya
kepada-Nya (bdk Yoh 8: 51-59).
Salah seorang tokoh yang mengenal Allah
dengan baik dalam Perjanjian Lama adalah Abraham. Ketika ia dipanggil Allah
untuk meninggalkan tanah airnya, ia setuju sebab ia percaya akan panggilan dan
semua yang disampaikan kepada-Nya. Selain kerelaan untuk mengikuti panggilan
itu, ia juga mengimani Allah dalam ketaatan, kesetiaan, ketekunan untuk
melakukan semua perintah Allah. Allah memberkati Abraham dimulai dengan
pergantian nama: dari Abram menjadi Abraham. Pergantian nama ini adalah bentuk
pembaharuan dari janji Allah kepada Abraham dan janji Abraham kepada Allah.
Janji Allah kepada Abraham yaitu: ia menjadi bapa dari segala bangsa,
keturunannya banyak, kekayaannya berlimpah, namanya dikenang selamanya hingga
akhir dunia. Janji Abraham kepada Allah: tak ada Allah lain yang disembah
Abraham selain Yahwe yang telah memanggil dia pindah dari negerinya dan pergi
ke tanah terjanji (Kej 17:3-9).
Bila kita mengenal Allah seperti Abraham
mengenal-Nya maka segala janji Allah kepada Abraham akan terpenuhi juga dalam
hidup kita. Jika kita mengenal Yesus seperti para kudus mengenal-Nya, maka
segala janji-Nya kepada kita akan dipenuhi-Nya !