Dalam sejarah
bangsa-bangsa telah lahir banyak pemimpin yang bisa memberi kemakmuran, damai,
kesejahteraan kepada rakyatnya. Mereka bekerja keras menata pemerintahan yang
bersih, jujur dan adil sehingga rakyat negeri yang mereka pimpin boleh
menikmati segala kebaikan dan kedamaian di negerinya, walaupun mereka sering
mengalami banyak tantangan dari para lawan politiknya. Namun di pihak lain
sejarah para bangsa juga mencatat banyak pemimpin otoriter dan jahat yang
membuat rakyatnya hidup dalam ketakutan, kecemasan, kemiskinan karena mereka
menggunakan tangan besi dalam memimpin negerinya sambil mengambil kesempatan
untuk memperkaya diri, keluarga serta kroni-kroninya. Di dunia ini ada citra
orang baik dan ada citra orang jahat. Inilah fakta kehidupan.
Sejarah bangsa
Israel ditandai oleh keadaan yang sama. Raja Daud dan Salomo memimpin negerinya
dengan tangan kuat, bijaksana dan menciptakan damai dan kesejateraan. Namun setelah
kedua tokoh ini kerajaan Israel terpecah belah, berantakan dan selalu menjadi
sasaran para musuh di sekitarnya hingga kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini.
Seluruh sejarah hidup Yesus Kristus berada di bawah penindasan yang luar biasa.
Kerajaan Romawi menjajah negeri Israel. Pemimpin Israel sendiri, baik pemimpin
kerajaan maupun pemimpin agamanya bekerja sama untuk menindas rakyatnya
sendiri. Kemiskinan dan penindasan yang dialami rakyat tak terhindari, korupsi
dan ketidakadilan yang dilakukan para pemimpin ini menjadi “habitus” yang memperkaya mereka
sendiri.
Yesus datang dan
bekerja bukan untuk melawan pemerintahan Romawi, kerajaan Israel dan para
pemimpin agama-Nya. Setiap hari Dia berkeliling dari desa ke desa, kota ke kota
untuk mengajar tentang kasih, kemurahan hati, kesabaran, pengampunan dll sambil
mengadakan mujizat. Ia dekat dengan orang berdosa, orang sakit, para “difable”.
Ia mengampuni, menyembuhkan dan menghibur mereka dengan
perumpamaan-perumpamaan yang menarik, sambil sesekali mengeritik para pemimpin
dengan keras. Ia menyiapkan hati bangsa Israel menjadi pelopor cinta kasih:
cinta kepada Allah dan sesama, guna menciptakan Kerajaan Allah yang penuh damai
di bumi ini. Ia sendiri menjadi pelopor cinta kasih itu melalui pengorbanan-Nya
menjadi Penebus dosa manusia agar semua orang yang percaya diselamatkan. Karya
keselamatan Yesus Kristus ini dilanjutkan para murid-Nya sejak Gereja Perdana
berdiri sampai sekarang ini hingga akhir zaman. Atas dasar ini Yesus diberi
gelar oleh Petrus dalam kotbahnya: Yesus itu Pemimpin kepada hidup! (bdk Kis
3:11-26)
Dalam penampakan
kepada para murid-Nya sekali lagi Yesus memberi penjelasan tentang tujuan
kedatangan-Nya ke dunia serta tentang penderitaan-Nya. Semua ini adalah rencana
besar dari Allah untuk membawa manusia kepada kehidupan yang sejati: hidup
dalam kasih kepada Allah guna menata kehidupan bersama menjadi lebih baik,
lebih damai sehingga semua orang boleh merasakan kasih Tuhan yang menyelamatkan
(bdk Luk 24:35-48)
Pemimpin kepada
hidup itu telah menderita, wafat dan bangkit. Dari takhta-Nya di surga Ia tetap
memimpin kita agar menjaga keselarasan hidup: hidup dalam pertobatan agar
selalu bersatu dalam Allah.