Setelah ia bergumul dalam dosa dan
diejek, difitnah setiap hari oleh tetangga-tetangganya, Ratih, gadis yang
malang itu akhirnya mendatangi tempat pengakuan dosa. Di hadapan imam yang
menerima dia di tempat pengakuan dosa, ia mencurahkan segala uneg-uneg hatinya,
menceritakan dengan polos semua dosanya serta luka-luka batin akibat fitnah
serta ejekan itu sambil menangis setengah histeris. Pastor yang mendengar
pengakuan itu dengan sabar dan tenang mendengarnya, tanpa mengucapkan sepatah
kata pun. Ia membiarkan Ratih membeberkan semua kesalahannya serta pergulatan
batinnya. Saat memberi nasihat dan penitensi, pastor itu menganjurkan Ratih
agar mengikuti retret pembaharuan hidup dalam roh dan penyembuhan luka batin,
Ratih pulang dengan sukacita dan mengikuti anjuran pastor bersangkutan. Tahun itu
juga ia mengikuti semua retret yang dianjurkan itu dan ia menemukan dirinya
kembali sebagai manusia baru. Ia meninggalkan pekerjaannya yang lama dan giat
dalam persekutuan doa serta kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Sementara itu ia mendapat
pekerjaan bagus di sebuah perusahaan dan bekerja di situ hingga menikmati masa
pensiunnya. Dukacita karena dosa telah berubah menjadi sukacita. Tuhan sungguh
maharahim!
Para murid mendengarkan wejangan Tuhan
Yesus pada malam perjamuan akhir. Ia bersabda: “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan
bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah
ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena
kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu
sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan
bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari
padamu” (bdk Yoh 16:20-23a). Apa yang disampaikan Yesus ini pasti berhubungan
dengan situasi saat itu dan situasi selanjutnya yang bakal dialami para murid
dalam karya mereka. Situasi terdekat saat itu adalah Dia ditangkap, dianiaya,
dihukum mati dan wafat di salib. Para murid sungguh berdukacita. Tetapi setelah
Yesus bangkit dan para murid dipenuhi Roh Kudus, mereka sangat bersukacita. Sukacita
itu tak pernah sirna lagi ketika mereka pergi kemana-mana untuk mewartakan
kabar gembira dan membaptis banyak orang menjadi pengikut Kristus.
Paulus tinggal satu setengah tahun di
Korintus. Pada mulanya ia bekerja dengan aman. Tetapi setelah jemaat Kristiani
bertambah banyak, orang-orang Yahudi marah dan menangkap Paulus lalu dihadapkan
kepada Gubernur Galio untuk diadili. Tetapi karena pokok perkara yang mereka
ajukan adalah soal agama, Galio menolaknya. Akhirnya Paulus meninggalkan
Korintus dan berlayar ke Siria (Kis 18:9-18). Walau demikian kegembiraan dan
tekad Paulus tidak pernah luntur lagi, ke mana saja ia pergi ia tetap bersaksi.
Pengalaman Ratih, para rasul dan banyak
orang lainnya dan mungkin termasuk Anda, kalau kita telah menerima atau
mengalami hidup baru, dalam bentuk sesal, tobat dan bertekad mempertahankan hidup
baru itu dalam kuasa Roh Kudus, maka segala dukacita manusia lama akan berubah
menjadi sukacita yang tak akan pernah berhenti......