Prinsip dasar dari para pengikut
Kristus, pada masa awal berdirinya Gereja, terutama pada zaman penganiayaan
yang besar, baik di Yerusalem maupun pada zaman kaisar-kaisar yang kejam di
Roma: “sekali memilih dan menerima Kristus sampai mati tetaplah Kristus”. Biar
ditangkap, dianiaya dan dihukum mati mereka menerima itu dengan gembira karena
melalui cara itu mereka boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk
menebus dosa dunia. Oleh pengajaran para rasul dan para saksi iman, mereka
telah percaya dan tahu apa yang akan mereka terima dalam hidup ini, bila mereka
tetap mempertahankan imannya akan Sang Penebus, Yesus Kristus. Mereka yakin
mereka akan selamat dan boleh menikmati hidup abadi bersama-Nya, sebab Yesus
itu mahakudus, datang dari Allah.
Ketika Yesus bertanya tentang sikap para
murid terhadap pengajaran-Nya yang dinilai keras dan sukar dimengerti oleh
banyak orang, Petrus menjawab: "Tuhan,
kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang
kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari
Allah." (bdk Yoh 6:60-69). Walaupun Petrus, dalam kesehariannya,
seringkali bermasalah dalam pernyataan-pernyataannya terhadap Yesus, namun St.
Yohanes dalam kesaksian Injilnya hari ini menulis tentang keyakinan Petrus yang
lahir dari hatinya yang terdalam. Ia mewakili para murid yang lain dan berkata:
“Kami tak akan pergi seperti orang-orang lain, sebab perkataan-Mu bukan perkataan
biasa, tetapi perkataan hidup yang kekal dan kami tahu Engkau itu kudus sebab
datang dari Allah”.
Jawaban ini menjadi prinsip dasar yang
dipegang teguh oleh para murid Yesus dalam misi mereka selama hidupnya. Mereka
menjadi saksi atas sabda Tuhan yang menghidupkan, mereka menjadi saksi atas
kekudusan Allah dalam diri Yesus, mereka menjadi saksi atas kemuliaan Allah
yang menakjubkan di gunung Tabor dst. Atas dasar teguhnya prinsip yang mereka
hayati Roh Kudus terus menerus bekerja menghibur mereka dalam banyak hal.
Saulus telah bertobat, jumlah umat semakin bertambah, mujizat-mujizat terus
menerus terjadi. Bacaan pertama hari ini menyajikan kisah tentang mujizat
penyembuhan seorang lumpuh bernama Eneas dan seorang yang mati hidup kembali
bernama Dorkas di Yope. Kedua mujizat ini dikerjakan oleh Roh Kudus melalui doa
Petrus (Kis 9:31-42).
Semua tindakan Tuhan ini memperteguh
iman para murid dan semua anggota jemaat perdana sehingga mereka berkata:
sekali untuk Kristus tetaplah Kristus ! Pertanyaannya bagi kita: ”Apakah di
zaman ini kita masih bisa mempertahankan sikap iman seperti mereka itu ketika
kita menghadapi godaan dan tantangan yang berat?”. Jika kita hendak mencari
aman, kita akan menyerah terhadap godaan, jika kita mau luput dari derita hari
ini, kita pasti meninggalkan iman akan Dia. Namun apakah pilihan itu akan
memberikan kita jaminan untuk hidup yang kekal? Hemat saya, pilihan yang salah
akan selalu berakibat fatal, baik untuk hidup di dunia ini maupun untuk hidup
yang kekal.