Situasi Indonesia, 9 Mei 2017 kemarin, sungguh
menyedihkan, dunia peradilan tenggelam ditelan keinginan massa yang tidak punya
hati untuk memaafkan atau mengampuni. Orang benar dihukum dengan alasan karena bikin
gaduh, orang benar dihukum dengan mendengarkan kesaksian dari para saksi palsu.
Situasi ini mengingatkan kita akan sebuah kejadian paling tragis dalam sejarah
manusia, yakni sejarah peradilan Yahudi, di mana Pilatus menjatuhkan hukuman
mati atas Yesus karena tekanan massa, di bawah pimpinan para ulama Yahudi. Mereka
rela membebaskan Barabas penjahat dan menghukum Yesus yang datang membawa
terang keeelamatan bagi semua. Kejadian hari ini sungguh mencoreng kembali
dunia peradilan Indonesia yang sedang kuat-kuatnya mendorong supremasi hukum ke
tingkat yang lebih baik. Hari ini Indonesia menceritakan kepada dunia bahwa
hukumnya masih tunduk kepada preman jalanan.
Ketika Yesus mengalami penolakan oleh
bangsanya sendiri, terutama kaum elitenya, kemudian dihukum mati, St. Yohanes
dalam kesaksian Injilnya hari ini mengutip kembali kata-kata Yesus dalam
pengajaran-Nya: “Barangsiapa menolak
Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang
telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku
berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah
yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku
sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal”
(Yoh 12:48-50). Semua hal yang disampaikan Yesus dalam pengajaran serta tindakan-tindakanNya,
yang mengagumkan banyak orang itu sesungguhnya berasal dari Sabda Yang Kekal
yaitu Allah sendiri demi keselamatan manusia. Tetapi karena hati manusia yang
jahat dalam diri kaum ulama Yahudi masa itu telah dikuasai oleh kegelapan dosa:
kesombongan, kekuasaan, uang dan jabatan dll, maka mereka menutup hati, mata
dan telinganya lalu memaksa Pilatus agar memenuhi keinginan jahat mereka.
Pada saat Yesus menderita karena
penganiayaan yang kejam lalu mati di salib para ulama itu tertawa riang karena
merasa diri menang. Saat itu, dunia ini rasanya berada dalam genggaman mereka, Dalam
pikiran mereka Yesus dan kebenaran-Nya mati tak berdaya, mereka merasa berada
di atas segalanya. Tak ada sesuatu atau orang yang perlu mereka takuti. Mereka boleh
melakukan segala hal sesuka hatinya, penindasan terhadap rakyat kecil terus
berjalan, korupsi merajalela. Menyaksikan semua ini mungkin kita bertanya: di
manakah Tuhan dan terangnya?
St. Yohanes Paulus II pernah mengatakan
demikian: “Suara hati moral perorangan maupun sosial dewasa ini – juga akibatnya
masuknya media massa – terancam oleh bahaya yang gawat sekali dan fatal, yakni
mencampuradukkan kebaikan dan kejahatan..... Cukup menyedihkan, sebagian besar
masyarakat zaman sekarang menyerupai masyarakat yang digambarkan St. Paulus
dalam suratnya kepada umat di Roma. Masyarakat itu terdiri dari orang-orang
yang menindas kebenaran. Sesudah mereka mengingkari Allah dan percaya bahwa
mereka mampu membangun kota di dunia tanpa Dia, pikiran mereka menjadi sia-sia
dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka
penuh hikmat, namun mereka menjadi bodoh, melakukan perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan maut, dan mereka bukan saja melakukannya sendiri, melainkan setuju
dengan orang-orang yang melakukannya. Manusia berkoalisi dengan kejahatan.”
Kitab Suci Perjanjian Lama dan Baru
telah memberikan gambaran lengkap tentang hidup manusia, tentang kebaikan dan
kejahatannya, terang dan gelapnya, sukacita dan deritanya semua tertulis di
dalamnya. Kita percaya terang tak pernah bisa dikalahkan oleh kegelapan,
kebenaran tak pernah bisa tunduk di bawah kejahatan dan tipu daya. Di dalam
Tuhan tak ada kegelapan dan kejahatan......semua kegelapan dan kejahatan zaman
ini akan tunduk pada kebenaran yang akan segera datang ! Sesudah wafat dan
kebangkitan Yesus, para rasul yang hidup dalam kebenaran itu telah mendirikan
Gereja Kristus mulai dari Yerusalem lalu mewartakan dan menyebarluaskan
Injil-Nya ke seluruh wilayah Asia Kecil hingga ke Roma (bdk Kis 12:24-13:5a).
Tetaplah menjadi terangnya sebab Terang
itu akan tetap bersinar walaupun awan kelam datang menutupnya.