Satu modal yang menentukan kita bisa menjadi pengikut
Yesus Kristus lalu dibaptis adalah, mengungkapkan iman seperti yang tertulis
dalam Syahadat Para Rasul. Syahadat itu sangat lengkap isinya sebab mencakup
seluruh kebenaran utama yang patut diketahui, diterima, dihayati oleh setiap
orang yang hendak dibaptis.
Sedangkan pada masa-masa awal Gereja,
setiap orang yang hendak dibaptis modalnya ringkas, cukup mengatakan percaya
kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Sesudah mengakui dan menerima
kebenaran itu, mereka dibaptis dengan air dan roh. Ungkapan iman para rasul
sendiri tampaknya sudah terjadi pada saat perjamuan malam terakhir. Dalam injil
hari ini kita baca bahwa setelah Yesus mengatakan segala sesuatu dengan terus
terang tentang siapa diri-Nya, para murid pun dengan kompak mengatakan: “Sekarang
kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang
bertanya kepada-Mu. Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari
Allah." (bdk Yoh 16:29-33) Ungkapan
iman bersama ini kemudian membantu mereka untuk datang bersama-sama ke ruang
atas. Di situ mereka berdoa bersama menantikan
kuasa dari tempat yang tinggi. Dalam doa bersama sehati sejiwa mereka secara
tak langsung menyatakan imannya akan kebenaran dari janji itu.
Baptisan Yohanes yang diterima oleh
beberapa orang di Efesus tidak mengungkapkan iman akan Yesus. Baptisan itu
berfungsi untuk pertobatan. Pertobatan belum sempurna kalau belum mengimani
Yesus Kristus dan dibaptis dengan air dan Roh Kudus. Sesudah mereka mendengar
pengajaran Paulus tentang Yesus dan Roh Kudus, mereka percaya dan dibaptis. Di
Efesus Paulus tinggal selama 3 bulan dan mengajar dengan berani (Kis 19:1-8).
Modal iman adalah percaya kepada semua
kebenaran yang diajarkan kepada kita. Isi kebenaran secara ringkas ada dalam
doa Syahadat (Credo). Tentang doa ini saya menemukan kesaksian seseorang sebagai
berikut: seorang bapa tergerak hatinya untuk pergi dari kampungnya menuju
sebuah kota kecil di wilayahnya. Modal keberanian untuk meninggalkan kampungnya
adalah iman akan Tuhan. Tiap hari ia mendaraskan doa Rosario bersama dengan
orang-orang muda yang sama-sama menjadi kaum urban di kota itu. Mereka bekerja
menjadi buruh yang menyiram bawang. Pemilik kebun bawang itu adalah sama saudara
muslim yang taat. Setiap hari dia mengajak para buruh Katolik ini untuk
meninggalkan iman akan Yesus Kristus agar menjadi mualaf. Para buruh ini tidak
pernah mau mengikuti ajakan itu sebab setiap pagi dan malam hari, buruh-buruh
ini pada kompak untuk mendaraskan Credo dan meneruskannya dengan doa Rosario.
Modal ini kemudian menjadikan mereka
orang-orang yang aktif dan taat untuk menghidupkan Gereja di paroki di mana
mereka tinggal, lalu mereka kompak membentuk sebuah perkampungan kecil. Mereka hidup
rukun di tempat itu dan tekun mempertahankan iman akan Kristus Yesus, Tuhan.