Percaya itu dasar utama untuk bisa
berjumpa dengan Tuhan. Sebab dengan percaya kita bisa datang kepada-Nya, dengan
percaya kita bisa berdoa memuji dan meyembah-Nya, dengan percaya kita selalu
menaruh harapan pada-Nya, dengan percaya kita selalu akan mengandalkan Dia
dalam segala hal, dengan percaya kita menerima hidup kekal. Tanpa iman atau
percaya tak mungkin ada perjumpaan itu, tak mungkin juga ada segala aktivitas
yang lain yang berhubungan dengan-Nya.
Percaya bukan hanya membuka mata untuk
melihat segala kebesaran Tuhan melalui ciptaan-Nya, percaya itu memerlukan
keterbukaan hati dan pikiran untuk mendengar warta-Nya, berusaha mengenal-Nya, menerima
dan mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Orang Yahudi setiap hari sudah
mendengarkan Dia melalui pengajaran-Nya, melihat Dia melakukan segala hal yang
hanya bisa dikerjakan oleh Allah, tetapi mereka tidak membuka hati dan pikiran
untuk menilai bahwa apa yang dikerjakan oleh-Nya sungguh karena kuasa dari Yang
Mahatinggi. Jika mereka membuka pintu hati dan pikiran yang jernih, mereka
tidak perlu meminta kepada Yesus: "Berapa
lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau
Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." (bdk Yoh 10:22-30). Jawaban
Yesus jelas sekali: kamu sudah melihat semua pekerjaan-Ku, itulah yang memberi
kesaksian tentang Aku ! Orang Yahudi tidak bisa melihat dan menilai semua
pekerjaan-Nya karena mereka tidak mau membuka hati dan pikiran-Nya saja. Demikian
pun nasib dari orang-orang lain yang tidak percaya kepada Yesus. Hati dan
pikiran yang tertutup merupakan ganjalan untuk percaya.
Sebaliknya orang-orang yang sudah
percaya dan melarikan diri karena penganiayaan di Yerusalem, ketika mereka
pindah ke kota lain, mereka tetap mewartakan nama Yesus dan karya-karyaNya. Dengan
demikian pewartaan kabar gembira tentang Yesus semakin meluas dan menyebar ke
mana-mana. Para pengikut Kristus pun semakin bertambah. Mendengar berita
tentang pertumbuhan jumlah umat yang pesat ini, jemaat di Yerusalem mengutus
Barnabas ke Antiokhia. Setelah bertemu dengan Saulus di Tarsus, keduanya
sepakat kembali ke Antiokhia lalu tinggal di situ selama satu tahun. Di situ
mereka memberi nama jemaat baru itu: Kristen – pengikut Yesus Kristus (Kis
11:19-26). Karya Roh Kudus di sini sungguh dahsyat karena meskipun orang-orang
percaya itu tahu akan resiko yang mereka hadapi karena pemberitaan itu, mereka
tidak takut untuk bersaksi.
Menerima dan tidak menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat ditentukan oleh hati dan pikiran manusia. Jika kedua
pintu utama ini tetap tertutup karena bermain dengan logika serta keinginan
sendiri, segala yang baik tentang Tuhan Yesus dan pekerjaan-Nya selalu dianggap
bohong atau tak berguna. Tentang sikap ini Tuhan Yesus sudah mengatakan: tak
ada gunanya kita memberi emas kepada babi. Bersyukurlah kepada Tuhan jika Anda
berada di pihak yang menerima dan mengakui-Nya !