Sadar akan pentingnya doa bersama sehati
sejiwa, keluarga-keluarga kristiani sebelum Vatikan II, sungguh-sungguh setia
dan tekun dalam memelihara hidup doa bersama. Kesetiaan dan ketaatan itu
menghasilkan buah-buah kebaikan: keluarga rukun, anak-anak taat pada orang tua,
takut berbuat dosa dan dberkati dalam banyak hal. Mereka sadar bahwa doa adalah
nafas dari roh dan jiwa. Tanpa doa, jiwa dan roh mudah dijajah oleh kuasa
jahat, tanpa doa mereka kehilangan semangat untuk berbuat baik, tanpa doa
mereka kalah dalam mempertahankan hukum-hukum Tuhan.
Sesuai pesan Tuhan Yesus sebelum
kenaikan-Nya ke surga, para rasul belum boleh keluar dari Yerusalem sebelum
mereka diperlengkapi kuasa dari tempat tinggi. Karena itu mereka berkumpul
bersama Bunda Maria serta beberapa wanita untuk berdoa bersama-sama menantikan
turunnya kuasa dari tempat tinggi (surga) (Kis 1:12-14). Mereka semua yakin
bahwa janji itu akan mereka terima secara bersama-sama. Kita tahu semuanya
terpenuhi pada hari Pentakosta. Roh Kudus turun atas mereka semua dan
mengobarkan semangat mereka untuk bersaksi tentang Kristus.
Dalam perjamuan akhir Yesus menyerahkan
para murid-Nya kepada Allah Bapa melalui doa-Nya yang indah. “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia
Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab
mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah
milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka”. Tuhan Yesus akan
tantangan yang bakal dihadapi para murid-Nya bila Ia sudah pergi. Karena itu Ia
meminta supaya Bapa memelihara para murid ini agar mereka kuat dalam
melanjutkan karya yang sudah dirintis-Nya: karya keselamatan umat manusia. Tak ada
cara lain bagi Yesus untuk memohon bantuan itu selain dengan doa. Doa adalah
tanda kerendahan hati-Nya untuk memohon pertolongan kepada Bapa-Nya. Doa adalah
sarana yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan Allah. Yesus berdoa untuk
mengajar para rasul agar mereka juga belajar berdoa tanpa henti-hentinya.
Sebagai lanjutan dari pesan Yesus ini,
Petrus meminta supaya jemaatnya berusaha menjaga semangat sukacita dalam hidup
hariannya, sebab sukacita itu menjadi kekuatan untuk melawan segala tantangan
yang bakal mereka hadapi dalam hidup dan karyanya (1 Petr 4:13-16). Pertanyaannya,
dari mana mereka mendapatkan rahmat sukacita itu? Jawabannya, tidak lain kalau
bukan dari Tuhan. Kalau rahmat itu berasal dari Tuhan maka alat komunikasi
terbaik untuk mendapatkannya tidak lain dari pada bertekun dalam doa, baik doa
pribadi maupun doa bersama.
Kuasa doa membuat orang bergembira dan
melupakan kesedihan, kuasa doa membuat langit mendung menjadi cerah, kuasa
membuat jendela dan pintu yang tertutup menjadi terbuka, kuasa doa membuat anak
hilang berbalik kepada ayahnya, kuasa doa menghasilkan banyak mujizat yang tak
pernah terpikirkan dalam hidup, kuasa doa membuat segala yang tidak mungkin
menjadi mungkin......