Di sebuah sekolah negeri di wilayah kami
90% murid-muridNya adalah katolik. Kepala Sekolahnya juga katolik. Entah karena
alasan sekolah itu adalah adalah negeri maka Kepala Sekolahnya menerapkan
aturan seperti sekolah negeri yang tidak perlu berdoa sebelum sekolah, tidak
perlu baca membaca Kitab Suci atau memasukkan cara-cara Kristiani supaya tidak
mengganggu iman anak-anak dari keyakinan lain. Agama itu urusan orangtua dan
atau pemimpin agama masing-masing. Semua guru lain yang seiman dengan Kepala
Sekolah sungguh-sungguh merasa bahwa kehadiran mereka untuk anak-anak yang
mayoritas katolik sama sekali tidak berguna. Mereka tidak bisa menunjukkan
kepada anak-anak bahwa mereka adalah orang beriman yang sebelum bekerja harus
berdoa dan sesudah bekerja harus bersyukur dst. Meskipun dalam sidang guru,
para guru telah menyampaikan anjurannya yang baik tetapi Kepala Sekolahnya tetap
saja mempertahankan pendiriannya bahwa itu sekolah negeri. Ini contoh nyata
seorang Kepala Sekolah atau pemimpin yang tidak berguna.
Apollos adalah seorang Yahudi dari
Aleksandria. Dia sangat fasih berbicara dan mahir dalam Kitab Suci. Dia sudah
mendengar pengajaran tentang Yesus Kristus tetapi hanya mengetahui baptisan
Yohanes. Priskila dan Akwila mengajarkan kepadanya tentang baptisan dalam kuasa
Roh Kudus. Ia menerima ajaran itu dan menyeberang ke Akhaya. Di sana ia menjadi
orang yang sangat berguna untuk mewartakan jalan Tuhan dan tak jemu-jemunya ia
membantah orang-orang Yahudi di depan umum sambil membuktikan dari Kitab Suci
bahwa Yesus adalah Mesias (Kis 18:23-28). Luar biasa. Paulus telah menanam iman
di sana dan Apollos datang menyiramnya sehingga iman akan Yesus Kristus bertumbuh
semakin subur dalam diri jemaat baru itu. Apollos mempunyai pengetahuan yang
tinggi tentang Kitab Suci dan ia mewajibkan dirinya untuk mewartakan
pengetahuan itu kepada orang lain agar semakin banyak orang mengenal Tuhan
lebih dalam lagi. Apollos menjadi orang yang sangat berguna.
Tuhan Yesus dalam wejangan-Nya hari ini
menegaskan: “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya
kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam
nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh
16:23b-24). Yohanes Rasul, menulis kembali wejangan ini karena ia menilai bahwa
pesan ini amat penting bagi semua orang yang percaya kepadanya. Karena jasa
Yesus Kristus dosa manusia ditebus, pintu surga dibuka dan keselamatan
tersedia. Karena itu Yesus disebut sebagai pengantara dalam doa-doa kita. Dalam
nama-Nya doa-doa kita dikabulkan dan sukacita kita dipenuhi.
Namun pertanyaannya, siapa yang mengajarkan
kebenaran ini dari generasi ke generasi. Hemat saya, sesuai dengan panggilan
kita menjadi orang Kristen, wajib hukumnya kita mewartakan kebenaran ini kepada
siapa pun, sebab Kristus datang untuk semua orang, Kristus wafat dan bangkit untuk
semua orang. Jika ada orang yang tidak percaya itu haknya untuk menolak, tetapi
jika kita tahu dan kita tidak mewartakan kebenaran ini, maka kita menjadi orang
yang tidak berguna. “Sekecil apapun yang kita kerjakan untuk
memuliakan nama Tuhan, kita sudah berusaha menjadi orang yang berguna. Sebaliknya
sekecil apa pun kewajiban-Nya yang kita abaikan dalam memuliakan nama-Nya, kita
menjadi orang yang tak berguna” !