Gempa dan tsunami Aceh, 26 Desember 2004, menelan
ratusan ribu jiwa secara serentak. Gempa yang berkekuatan 9,1 skala Richter itu
menimbulkan gelombang tsunami besar dan tanpa ampun mengobrak abrik apa saja
yang dijumpai di hadapannya. Air laut mengalir deras menyapu bersih semua
pepohonan, bangunan, manusia dan segala harta bendanya dan menguburkan semuanya
dalam sekejap mata. Teriakan permintaan tolong mereka yang terhanyut air bah
itu hilang bersama gemuruhnya air laut. Penduduk bumi ini bak tersentak dari
tidurnya memandang semua kejadian itu melalui siaran TV. Menyaksikan bencana
besar ini, diminta atau tidak diminta banyak bangsa di dunia mengulurkan
tangannya untuk memberi bantuan kemanusiaan. Semua saluran TV membuka rekening
bank dan posko bantuan dan menyalurkannya ke Aceh. Tangisan saudara/i di Aceh saat
itu mengikis kesadaran terdalam setiap insan di seluruh dunia untuk mengulurkan
tangannya memberi bantuan materil, sambil berdoa: "Tuhan, selamatkanlah
mereka yang meninggal dan hiburlah
mereka yang kehilangan keluarga dan seluruh harta bendanya!"
Bacaan pertama hari ini bukan bercerita tentang
derita fisik dan batin akibat bencana alam di Makedonia. Mereka mengalami
bencana rohani, haus akan kehadiran dan pertolongan Tuhan. Bencana ini
menyelimuti Paulus melalui gambaran penglihatan saat mereka tiba di Troas.
Dalam visiunnya Paulus menyaksikan seorang Makedonia datang kepadanya dan
berkata: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"(Kis 16:9).
Setelah menyaksikan visiun itu Paulus dan Silas mencari kesempatan mengunjungi
Makedonia guna membantu mereka secara rohani. Sebelumnya tidak ditulis dalam
Kisah Rasul tentang latarbelakang orang-orang di sana, tentang agamanya,
penduduknya dll. Paulus hanya yakin bahwa penglihatan itu memberi mereka
gambaran tentang adanya kebutuhan yang mendesak dari saudara-saudari yang ada
di situ. Mungkin mereka mengalami bencana rohani yang berhubungan dengan
hal-hal yang menakutkan, menggelisahkan atau hal-hal lain yang berhubungan
dengan kejatuhan moral, atau juga hal-hal yang berhubungan dengan kekafiran dst.
Singkat cerita, mereka memerlukan bantuan rohani. Karena itu pergilah Paulus
dan Silas ke sana mewartakan Injil. Sebuah warta yang membebaskan mereka dari
bencana rohani yang menyerang pikiran dan jiwa.
Namun pada zaman ini perbuatan menolong yang
diberikan dengan niat tulus bukan tanpa resiko. Bagi orang-orang yang tidak
tahu berterima kasih, pertolongan selalu dipandang dengan perasaan curiga,
termasuk di negeri ini. Mereka sering menilai bantuan dari sudut pandang SARA.
Jika sudut pandang ini sudah merasuki hati mereka dengan mudah mereka marah dan
benci lalu menolak bantuan itu. Atas dasar pengalaman-pengalaman seperti ini,
yang juga terjadi pada zaman Yesus, Ia pun berpesan kepada para murid-Nya:
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap
kamu karena namaKu, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus
Aku.(Yoh 15:18,21).
Pesan ini sangat tepat dan Yesus mengatakan hal ini
secara terbuka agar kita jangan berkecil hati dan takut. Segala perbuatan baik
selalu ada nilai baik tetapi juga selalu ada tantangannya. Namun jika Anda
memiliki niat baik untuk berbuat baik lakukan saja kebaikan itu. Bila perbuatan
baik Anda tidak diterima bukan karena Anda buruk atau jahat, tetapi karena hati
mereka yang menerima belum mampu melihat cahaya Tuhan di balik kebaikan itu.
Amin