Sejak lahir ke dunia ini hidup manusia
telah dibentengi dengan banyak sekat, seperti sekat agama, bahasa, suku,
bangsa, budaya, serta hukumnya masing-masing. Hubungan antar manusia menjadi
renggang dan ditandai dengan banyak perasaan curiga, kuatir dan cemas.
Perasaan-perasaan negatip ini seringkali memicu terjadinya perselisihan,
pertikaian dan peperangan. Akibatnya hukum rimba berlaku, suku dan bangsa yang
kuat menindas suku dan bangsa yang lemah. Hidup manusia sebagai citra Allah
tercoreng di mata Tuhan dan sesama. Dengan demikian sukacita dan kebahagiaan
menjadi sirna.
Allah tidak menghendaki manusia hidup
dalam dosa dan penderitaan terus menerus. Allah ingin mengubah situasi buruk di
atas dengan KASIH. Allah mengutus Sang Kasih Sempurna dari diri-Nya sendiri,
lahir sebagai manusia dan diberi nama Yesus. Dalam hidup dan karya-Nya, Yesus
menunjukkan kesempurnaan kasih Allah melalui pengajaran-pengajaran serta
karya-karyaNya yang mengagumkan hingga Ia menebus semuanya dengan menerima
hukuman salib, wafat dan bangkit kembali dari antara orang mati. Melalui
pengajaran-Nya hari ini, Yesus menekankan pentingnya “hidup dalam kasih seperti yang Dia lakukan, baik terhadap Bapa maupun
terhadap semua orang, sebab Bapa telah mengasihi Dia dan semua yang
ditebus-Nya. Semua itu dikatakan Yesus dengan terus terang agar sukacita yang
Dia miliki menjadi milik kita dan dengan demikian sukacita kitapun menjadi penuh”
(bdk Yoh 15:9-11).
Para murid Yesus telah tersebar ke
mana-mana untuk mewartakan kasih-Nya kepada segenap bangsa. Banyak orang yang
menerima ajaran itu percaya dan dibaptis. Mereka semua bersatu di bawah nama
para pengikut Yesus – orang Kristen. Tetapi sedang meluapnya kegembiraan dalam
karya pewartaan itu, tiba-tiba mereka diganggu oleh aturan agama Yahudi yang
menghendaki penerapan aturan Yahudi, yaitu mewajibkan sunat bagi semua pengikut
Kristus. Namun hasil dari keputusan siding pertama di Yerusalem seperti bacaan
pertama hari ini (Kis 15: 7-21) sungguh-sungguh menggembirakan semua pihak.
Semua pengikut Kristus harus dibebaskan dari aturan adat istiadat Yahudi dengan
alasan:
1.
Allah,
yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima
mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada
kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka,
sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.
2.
Tidak
membebani bangsa lain dengan aturan adat istiadat Yahudi. Oleh kasih karunia
Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga. Yesus
menderita, mati dan bangkit untuk semua orang.
Keptusan ini sungguh menggembirakan semua
yang ikut dalam pertemuan itu sehingga menimbulkan sukacita bagi semua bangsa
lain. Karena itu tulis Paulus kepada jemaat Korintus: kasih itu melampaui
segalanya. ia tidak berbatas, tidak membedakan, tidak membuat sekat, kasih menghilangkan
semua yang negatip dalam perasaan dan pikiran dan menerima semua orang. Yesus Kristus
itu kasih yang sempurna. Maka semua pengikut-Nya harus hidup dalam kasih agar
dunia ini boleh menikmati sukacita yang penuh.