Sepandai-pandainya seorang guru,
pengajar, motivator, pengkotbah dst dalam melakukan tugas pengajaran atau
pewartaannya kepada orang lain, jikalau para pendengarnya tidak mau membuka
hatinya untuk mendengar, menerimanya dan percaya maka sia-sialah pekerjaan itu.
Hal itu ibarat menabur benih di pinggir jalan. Ia hanya mampir sebentar lalu
burung-burung akan datang memakannya lalu pergi, demikian bunyi salah satu
perumpamaan Tuhan Yesus. Akan tetapi bila kita adalah seorang guru, pengajar
dan motivator yang berintegritas, apa pun tantangan dan hambatan atas
pelaksanaan tugas kita, kita pasti berusaha untuk bertekun dalam menjalankannya
sampai orang-orang yang mendengarnya mau membuka hati dan menerimanya.
Mengajar, berkotbah, memberi motivasi
adalah sebuah bentuk kesaksian yang diperintahkan Yesus kepada para murid-Nya.
Melalui wejangan-Nya hari ini Ia bersabda: “Jikalau
Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar
dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi,
karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." (Yoh 15:26-27).
Bersaksi tentang kebenaran adalah sebuah kewajiban utama bagi setiap pengikut
Kristus apalagi para rasul, sebab:
· Mereka
telah mendengar dan melihat segala pekerjaan Tuhan yang menyelamatkan. Pengalaman
itu hendaknya disyeringkan.
· Roh
Kudus telah bersaksi dan mengajarkan segala sesuatu kepada mereka dan mereka
pun wajib meneruskan karya yang sama ini kepada orang lain.
Atas dasar perintah inilah maka Paulus
dan Silas yang telah mendapat pesan dari surga melalui sebuah penglihatan surgawi
langsung menyeberang ke Makedonia melewati beberapa kota dan tiba di Filipi. Di
kota itu mereka mengajar dan mewartakan nama Tuhan. Pewartaan Paulus didengar
dengan baik oleh seorang perempuan bernama Lidia, sebab Tuhan membuka hatinya
untuk percaya. Ia dan keluarganya percaya lalu dibaptis (Kis 16:11-15).
Lidia dan keluarganya membuka hatinya
kepada pengajaran Paulus sehingga ia percaya. Membuka hati bagi Tuhan adalah
jalan kepada keselamatan. Sebab dengan membuka hati, seseorang membuka seluruh
jiwa raganya untuk menerima rahmat Allah yang tercurah saat pewartaan dan
pengajaran terjadi. Rahmat dan pengalaman baru ini menggerakkan seseorang menjadi saksi-Nya.
Membuka hati kepada Tuhan menjadi pintu
berkat bagi seseorang untuk melanjutkan karya Tuhan ini seterusnya. Amin