Jika semua orang tahu tentang gambaran dan
tawaran keselamatan melalui Yesus Kristus, Tuhan kita, maka semua orang di dunia
ini mungkin sudah menjadi murid-Nya. Akan tetapi apakah jika semua orang sudah
menjadi murid-Nya, apakah tak akan terjadi lagi gesekan antar suku, tetangga, etnis
dst. Semua manusia adalah orang berdosa, hidup dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing; dalam kelebihannya seseorang bisa menjadi
motivator bagi yang lain tetapi dalam kekuranganya dia bisa menjadi provokator,
karena iri hati, cemburu dan curiga.
Para murid Tuhan yang sudah bermisi ke
wilayah Asia Kecil sangat senang melihat pertumbuhan jemaat di situ, sehingga
Paulus, Barnabas dll bisa menetap cukup lama di sana untuk mengajar dan
mendampingi umat dalam banyak kegiatan pastoral mereka, supaya iman umat itu
bertumbuh lebih kuat lagi. Di pihak lain walaupun pertumbuhan umat di situ naik
dengan cepat namun keadaan itu belum menjamin tidak adanya konflik. Karena itu
suatu saat di Antiokhia, pada hari Sabat, Paulus diberi kesempatan untuk
menyampaikan pesan penghiburan kepada jemaat yang datang beribadat. Kesempatan itu
dipakai Paulus untuk menjelaskan sejarah keselamatan secara lebih rinci agar
semua orang Yahudi dan bukan Yahudi mengerti bagaimana sesungguhnya rencana
keselamatan itu dirancang Tuhan atas bangsa itu. Orang Yahudi sangat menjunjung
tinggi dan menghormati raja Daud. Paulus dalam pengajarannya hari itu berhasil
menjelaskan hubungan Daud dengan Yesus, sebab mereka hanya percaya bahwa Mesias
yang dijanjikan Allah itu berasal dari keturunan Daud (bdk Kis 13:13-25). Dengan
pengajaran ini diharapkan orang Yahudi dan juga bukan Yahudi di Antiokhia makin
memahami rencana keselamatan Allah dan menerima Yesus dengan penuh syukur dan
tidak bimbang.
Dalam perjamuan terakhir Yesus
menyampaikan pesan penghiburan kepada para murid-Nya sambil mencuci kaki mereka,
Ia bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba
tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia
yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika
kamu melakukannya” (bdk Yoh 13:16-20). Dengan nasihat itu Yesus
menginginkan para murid-Nya hidup dalam sikap saling mengasihi dan melayani
satu sama lain dalam segala hal, mempererat kasih persaudaraan dengan saling
mendukung dst. Cara itu sangat diperlukan karena dalam hidup ini mereka akan
mengalami banyak pencobaan dan tantangan. Yesus tahu dalam hidup bersama selalu
ada saja hal-hal yang tidak menyenangkan. Karena itu setiap murid berusaha
melakukan yang terbaik bagi sesamanya. Penghiburan melalui kata-kata memberi
motivasi tetapi penghiburan melalui perbuatan adalah aksi nyata dari kata-kata
motivasi. Kasih dengan perbuatan itulah kasih yang sejati.