Kalimat singkat pada judul renungan ini seringali kita
dengar dari mulut mereka yang sedang marah, benci dan dendam. Bila
perasaan-perasaan ini tidak bisa dipulihkan maka keadaan itu bisa berlangsung
bertahun-tahun bahkan bisa sampai mati. Dengan demikian mereka akan hidup tanpa
kasih dan damai. Mengimani Tuhan tanpa belaskasih atau mengampuni sesama yang
sudah bersalah terhadap kita, hemat saya termasuk dalam kategori ini, yaitu: “iman
tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati” (bdk Yak 2:26).
Hidup tanpa damai atau tanpa pengampunan ibarat memasang
paku dalam hati sendiri. Makin lama paku itu bukan menikam hati orang yang dibenci
tetapi justru menikam hati kita sendiri. Jika sakit hatinya semakin dalam, kita
akan merasa hati kita tergores oleh luka yang semakin dalam dan itu bisa
menimbulkan penyakit tubuh yang tidak pernah kita harapkan terjadi, misalnya
kanker, tumor, sakit kepala, sakit jantung dsb.
Seorang ibu, sebut saja namanya Klara, memusuhi adiknya
bertahun-tahun karena pernah berselingkuh dengan suaminya. Persoalannya sudah
selesai diatasi dan suaminya bertobat. Tetapi Klara sangat dendam pada Maria, adiknya
dan tidak pernah mau mengampuninya meskipun Maria sudah bersuami dan tinggal di
luar negeri. Maria telah hidup nyaman tetapi Klara semakin hari semakin merasa
tidak nyaman karena serangan sakit terus menerus pada bagian ulu hatinya. Dari
hasil pemeriksaan dokter ia mengidap tumor yang semakin membesar pada bagian
lambung. Dokter memberi saran agar sebelum dioperasi Klara pergi mencari dokter
rohani, mengaku dosa dan meminta doa. Klara mengikuti nasihat itu. Imam yang
mendengar pengakuan dosanya menasihati Klara untuk menjalankan penitensi: Klara
harus berjumpa dengan adiknya, Maria dan Klara harus mengampuninya, kalau mau
sembuh.
Klara takut operasi dan juga takut mati, mau tak mau melalui orangtuanya, ia meminta adiknya datang dengan alasan ayah sakit. Saat Maria datang, Klara sudah menunggu di rumah orangtuanya. Mendengar mobil masuk garasi hati Klara bergulat. Ia merasa saat itu sangat genting; ia gelisah, takut dan malu sehingga hampir saja ia melarikan diri dan pergi. Tetapi karena ia harus menjalankan penitensi atas dosa yang diakuinya, maka ia berjuang menahan diri. Ia duduk di samping tempat tidur ayahnya didampingi ibunya. Waktu adiknya masuk kamar ayahnya, adiknya langsung duduk mencium ayahnya sambil berurai air mata.
Beberapa menit kemudian ayahnya berkata pada Klara: “Sekarang saat yang sangat tepat bagimu berdua untuk berdamai sebelum ayah mati”. Klara dan adiknya berdiri, tanpa rasa malu mereka berpelukan sambil menangis. Lalu Klara mengungkapkan semua perasaan dendamnya selama ini dan kini ia ikhlas mengampuni adiknya. Sesudah mengungkapkan semua perasaan itu Klara langsung merasa seolah-olah ada sebuah benda berat yang terlepas dari dalam dirnya dan ia merasa lega. Segera dia merasa sangat bahagia karena bisa mengampuni adiknya. Ayah juga merasa bahagia melihat keduanya berdamai kembali. Wajah ayah, Klara, adiknya serta ibunya bersinar seperti ada kuasa Tuhan yang menerangi seluruh kamar ayah. Muj
pemeriksaan ulang tumornya yang membesar itu sudah hilang. Dokter memperhatikan
wajah Klara yang tampaknya jauh lebih
ceria dari sebelumnya. Klara menceritakan bahwa ia telah mengikuti saran dokter
untuk mencari dokter rohani dan ternyata itulah yang membuat mujizat penyembuhan
terjadi padanya!
Bacaan pertama dan Injil hari ini mengungkapkan bagaimana sikap Tuhan terhadap orang-orang yang marah, dendam dan benci :
- Kitab Sirakh mengatakan: “Dendam kesumat dan amarahpun sangat mengerikan juga, dan orang berdosalah yang dikuasainya……Ampunilah kesalahan kepada sesama orang, niscaya dosa-dosamupun akan dihapus juga, jika engkau berdoa. Bagaimana gerangan orang dapat memohon penyembuhan pada Tuhan, jika ia menyimpan amarah kepada sesama manusia” (bdk Sir 27:30-28:9). Permintaan Tuhan ini sangat jelas. Kita harus mengampuni supaya diampuni dan disembuhkan
- Tuhan Yesus dalam Injil dengan tegas mengatakan kepada Petrus: kalau kamu mengampuni harus 70 x 7 kali = 490 kali. Kalau membandingkan angka ini dengan jumlah hari dalam setahun (365 hari) maka pengampunan harus dilakukan setiap hari bahkan lebih dari setahun. Itu berarti pengampunan itu abadi, kekal. Sebagaimana Tuhan mengampuni manusia hingga selamanya melalui sakramen pengampunan, demikian pun kita harus mengampuni sesama setiap hari terus menerus sepanjang hidup. Kita wajib mengampuni supaya kita diampuni. Kita wajib memaafkan supaya kita dimaafkan. Kewajiban-kewajiban ini adalah syarat utama untuk terkabulnya doa kepada Tuhan sekaligus untuk mendapat pengampunan atas dosa-dosa kita. Efek dari tidak mengampuni jelas dari pernyataan dua bacaan ini.
- Mengapa harus mengampuni? St. Paulus memberi jawaban ini: entah kita hidup entah kita mati, kita adalah milik Tuhan. Hidup di dalam Tuhan adalah hidup untuk bahagia. Kalau mau bahagia maka segala hal yang tidak membahagiakan harus diatasi. Marah, benci dan dendam membuat kita tidak bahagia. Obatnya tidak lain hanyalah mengampuni atau memaafkan. Mengampuni adalah juga syarat untuk hidup bersama Tuhan sesudah kematian.
Oleh karena itu jangan pernah menyimpan marah, benci dan dendam. Tiga kata ini tidak enak untuk dipelihara selain harus dibuang ke sampah-sampah kehidupan melalui kerelaan untuk mengampuni. Jika mau mengampuni mohonlah rahmat kerendahan hati, sebab rendah itu satu-satunya kunci untuk bisa mengampuni sesama yang bersalah kepada kita…….