Untuk
menunjukkan toleransi hidup sebagai orang beriman, sebuah masjid di Emirat Arab
yang semula bernama Sheikh Mohammad Zayed diganti namanya menjadi Masjid Mary Mother
of Jesus atau “Maryam Umm Isa” – Maria Bunda Yesus. Masjid ini berada di ibu
kota Emirat Arab, Abu Dhabi. Pergantian nama masjid ini dilansir Arab News, 15
Juni 2017, atas perintah Putra Mahkota Sheikh Mohammad bin Zayed Al-Nahyan. Perintah
ini diyakini untuk menghormati untuk menghormati warga Arab yang beragama
Kristen dan kini menjadi simbol harmonis kehidupan antar umat beragama di negara
tersebut. Pergantian nama itu diterima dengan antusias baik oleh umat Muslim
maupun umat Kristen.
Cerita
di atas mengingatkan kita akan raja Darius, bupati Persia yang memberi perintah
kepada rakyatnya agar tidak boleh menghalangi pembangunan kembali kenisah
Yerusalem (Ezr 6:7-8.12b.14-20). Bupati ini melanjutkan perintah raja Koresh
yang menyuruh warga Israel di pembuangan agar kembali membangun kenisahnya. Setelah
segala pekerjaan renovasinya selesai maka umat Israel pun merayakan Paskah, mensyukuri
selesainya pekerjaan itu sekaligus mengulangi kembali peringatan nenek moyang
mereka keluar dari Mesir pada zaman Musa. Baik Raja Koresh maupun bupati Darius
adalah para pejabat Persia, suku bangsa asing yang menjajah mereka, Namun para
pejabat ini sungguh menunjukkan semangat toleransi yang luar biasa, membiarkan
bangsa Israel menikmati kembali kebebasan mereka untuk beribadat kepada Yahwe
dengan merenovasi kenisah yang rusak akibat peperangan. Kedua pejabat ini
menunjukkan kasih Allah dengan berbuat baik, menghargai hak-hak azasi manusia
untuk menghormati Tuhannya. Mereka tidak melihat orang Israel sebagai
orang-orang tawanan tetapi sebagai saudara yang perlu dihargai hak-haknya untuk
mewujudkan imannya kepada Tuhan dengan beribadat di tempat yang layak.
Kita
semua adalah saudara. Pernyataan ini digarisbawahi oleh Tuhan Yesus dalam
sabda-Nya hari ini. Ketika orang mengatakan kepadanya tentang ibunya dan saudara-saudaranya
juga hadir dalam pertemuan di saat Ia sedang mengajar, Yesus langsung
mengatakan: ibu-Ku dan saudara-Ku adalah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan
dan melaksanakannya. Ia mengajarkan kepada kita hari ini tentang persaudaraabn
rohani, persaudaraan yang lebih luas dari pada persaudaraan genetik – keturunan
darah. Persaudaraan karena garis keturunan darah itu penting, namun yang lebih
penting lagi adalah persaudaraan rohani yakni kumpulan mereka yang mendengarkan
sabda Tuhan dan melaksanakannya (Luk 8:19-21).
Setiap
hari kita membaca dan mendengarkan sabda Tuhan, namun apakah sabda itu dihayati
dan dilaksanakan sesuai kehendak Tuhan sendiri? Jawabannya tergantung pada
praktek hidup kita masing-masing. Apakah kita sungguh-sungguh hidup sebagai
saudara terhadap satu sama lain? Raja Koresh dan bupati Darius telah melakukan
kehendak Tuhan dengan baik. Putra Mahkota Uni Emirat Arab juga demikian. Mereka
itu adalah tokoh-tokoh pelopor toleransi antara agama. Apakah kita juga
demikian?