Sejak usia 2 tahun, ayah ibuku
mengajarkan aku untuk berdoa Rosario. Setiap pagi dan malam kami berdoa Rosario
tanpa bosan-bosannya. Keduanya mengatakan: berlindunglah kepada Bunda Maria sepanjang
hidup dengan berdoa Rosario supaya engkau tidak jatuh ke dalam godaan setan
yang menjerumuskan engkau ke dalam dosa dan supaya dia memohon bantuan
puteranya untuk menolongmu dalam suka dan duka. Pengajaran ayah ibu ini
tertanam sangat dalam dan doa Rosario menjadi doa yang menemaniku sepanjang
hidup hingga saat ini. Tiada hari tanpa Rosario. Mujizat doa ini telah terbukti
dalam banyak hal terutama dalam memelihara panggilan dan menjalani karya pastoral
di tengah umat Allah, baik di paroki maupun di lembaga pendidikan. Bunda Maria
sungguh menjadi penolong abadi. Sentuhan kasihnya sangat terasa. Ia menghibur
di kala menderita, ia menguatkan di saat lemah, ia membuka jalan di saat tiada
jalan. Persatuan hidup dengan puteranya Yesus Kristus itulah yang membuat
segalanya menjadi “tiada yang mustahil” sebab ia sendiri telah mengalami “ketidakmustahilan”
itu. Ia mengandung Yesus tanpa peran seorang laki-laki.
Agama Kristen mengakui Maria sebagai ibu
Tuhan Yesus. Agama Islam juga demikian. Pengakuan ini semuanya termuat dalam
Kitab Suci masing-masing, baik dalam Alkitab maupun dalam Alquran. Pengakuan ini
bukan sekedar iman yang kosong tanpa arti tetapi berdasarkan peran Maria yang
telah menerima tugas dari Allah untuk melahirkan Yesus ke dunia ini tanpa peran
seorang lelaki. Maria mengandung Yesus selama 9 bulan lalu melahirkan dan
memeliharanya dan hidup bersama-Nya hingga Tuhan Yesus mulai bekerja di tengah
orang banyak selama hampir 3,5 tahun. Pada saat akhir hidup Yesus, saat Ia
memanggul salib menuju Golgotha hingga pemakaman-Nya, Maria turut serta lagi.
Ketika Yesus bergantung di kayu salib, Maria dan Yohanes Rasul berdiri di kaki salib-Nya.
Saat itu Yesus mengatakan kepada Maria: Ibu,
lihatlah anakmu, dan kepada Yohanes: Lihatlah
ibumu ! Sabda Yesus ini menunjukkan bahwa para murid-Nya, semua orang yang
percaya kepada Yesus, tidak boleh lupa pada bunda Maria. Jangan remehkan peran
Maria, ibunya, sebab sebagai manusia Yesus menjadi sangat kuat ketika bunda
Maria menyertai perjalanan salib-Nya hingga Maria memangku-Nya tanpa nyawa di
Golgotha. Karena perjalanan salib inilah maka ia digelar Bunda Berdukacita dan hari
ini Gereja mengajak kita untuk merayakan pesta ini.
Perjalanan salib Yesus menunjukkan
kepada kita bagaimana Ia taat kepada kehendak Allah. Sejak Ia berdoa di taman
Getsemani, dalam perjalanan-Nya ke Golgotha, hingga bergantung di kayu salib
Yesus telah mempersembahkan doa-doa dan harapan kita kepada Bapa-Nya dengan
ratap tangis dan keluhan yang tak terucapkan. Doa-doa-Nya didengarkan karena Ia
saleh, tidak berdosa. Dengan penderitaan itu Ia belajar menjadi taat sehingga
korban-Nya menjadi sempurna dan karena itu Ia diangkat menjadi pengantara kita
yang sempurna (bdk Ibr 5:7-9) Melalui Dia, segala doa dan harapan kita
dikabulkan Allah, Bapa kita. Sungguh indah peran Yesus bagi hidup dan
keselamatan kita. Tanpa korban-Nya di kayu salib tak mungkin pintu surga dibuka.
Sungguh indah juga peran Maria dalam hidup beriman, sebab tanpa kerja samanya “tak
mungkin Yesus datang ke dunia”. Bunda Maria, doakan kami pada puteraMu Yesus
Kristus. Amin.