Saya pernah bekerja sama dengan seorang
missionaris Belanda di sebuah lembaga pendidikan. Suatu saat saya bertanya
kepadanya: Apa motivasi dasar Pater sehingga dahulu, pada masa yang begitu
sulit tahun 1950-an, rela datang ke Indonesia – Flores. Dengan penuh semangat
ia menjawab: “Karena cintaku kepada Kristus dan kepada sesama di sini. Dengan pelayanan
ini saya ingin memuliakan nama-Nya”. Saya kagum pada jawabannya dan juga kagum
pada hasil pelayanannya yang tanpa pamrih. Cara hidup dan pelayanannya sungguh
menunjukkan kepada kami bahwa ia benar-benar mencintai Tuhannya dan siapa saja
yang dia layani. Ia setia, tekun, sangat disiplin, rapi, teliti dan teratur
dalam segala rencananya.
Apa yang dikerjakan Yesus menurut kisah
Injil hari ini bukan untuk menonjolkan kuasa-Nya kepada mereka yang hadir dalam
pengajaran-Nya. Ia melakukan mujizat penyembuhan pada hari Sabat semata-mata
demi keselamatan orang yang menderita sakit itu dan demi menjunjung tinggi nama
Allah yang telah mengutus-Nya. Prioritas pelayanan-Nya saat itu adalah orang
yang sakit. Hukum boleh melarang tidak boleh bekerja pada hari Sabat, tetapi
demi keselamatan orang sakit dan demi kemuliaan nama DIA yang mengutus-Nya,
maka Ia harus tetap bekerja. Ia sendiri tahu apa yang harus dikerjakan-Nya, untuk
apa dan juga bagi siapa Dia bekerja.
Kita sendiri menyaksikan sejak awal
hingga pada zaman ini, para dokter, bidan, perawat dan semua petugas kesehatan
hampir tidak mengenal hari libur, termasuk hari Sabat – Minggu, karena mereka
mengutamakan pelayanan bagi orang yang sakit. Sakit dan keselamatan orang sakit
membebaskan manusia dari hukum apa pun. Lalu dalam hubungan dengan ini, banyak
orang bertanya, apakah kami berdosa ketika kami tidak berdoa hari Minggu karena
melayani orang sakit? Jawabannya, keselamatan dan nyawa orang sakit harus menjadi
prioritas. Setelah Anda menyelesaikan tugas itu silahkan Anda berdoa.
St. Paulus bersukacita karena dia boleh
mengambil bagian dalam penderitaan Kristus demi keselamatan seluruh jemaat yang
dilayani-Nya. Ia yakin dengan penderitaan yang dialaminya ia boleh melengkapkan
apa yang kurang dalam penderitaan Kristus. Sebab dengan itu ia boleh memuliakan
nama Tuhan yang telah menyelamatkan hidupnya sendiri dari dosa. Untuk itu ia
berjuang agar semua orang mengerti tentang besarnya belaskasih Allah atas hidup
manusia dan juga boleh mengalami bagaimana kasih itu menyelamatkan (bdk Kol
1:24-2:3).
Mengikuti Kristus dan bekerja untuk
Kristus bukan tanpa tantangan, penderitaan dan godaan. Justru dengan mengalami
semua itu kita diuji apakah pelayanan kita untuk Tuhan itu murni demi kemuliaan
nama-Nya dan keselamatan sesama ataukah tidak? Melayani Tuhan dan kerajaan-Nya
bukan untuk mencari kemuliaan diri sendiri tetapi untuk melayani sesama dan
memuliakan Tuhan. Pelayan-pelayan Tuhan tetaplah rendah hati seperti kata Yohanes
Pembaptis sendiri: supaya Dia semakin
besar dan aku semakin kecil.