Lidah merupakan alat indra pengecap. Kalau dilihat dengan
teliti depan cermin, permukaan lidah itu tampak kasar tetapi justru di situ
terdapat saraf pengecap rasa. Lidah dapat merasakan beberapa macam rasa seperti
manis, asam, pahit dan asin. Lidah berguna dalam merasakan makanan. Pada beberapa
bagian lidah terdapat daerah yang peka rasa. Lidah manusia tidak bercabang,
seperti ular dan “dragon”. Lidah bercabang adalah sebuah kiasan dalam bahasa
Indonesia yang berarti orang yang suka menipu atau orang yang tidak jujur.
Salah satu syarat yang disampaikan St. Paulus kepada
Timoteus untuk menjadi penilik/penatua/ pemimpin jemaat adalah tidak bercabang
lidah (bdk 1 Tim 3:1-13). Mengapa? Penilik jemaat adalah orang yang bertugas
melanjutkan pelayanan para rasul dalam bidang pewartaan Injil = kabar gembira. Kabar
gembira itu adalah kabar keselamatan dari Allah yang telah terjadi secara
sempurna dalam hidup dan karya dari Yesus Kristus, sejak Ia dikandung bunda
Maria hingga kenaikan-Nya ke surga. Kabar gembira itu berasal dari Allah,
sumber kebenaran dan keselamatan. Sesudah pertobatannya St. Paulus memahami
seluruh kebenaran Allah mulai dari perjanjian lama hingga perjanjian baru. Karena
itu sebagai rasul yang handal ia sudah berpikir tentang bagaimana caranya
memelihara iman akan Yesus Kristus di tengah dunia ini, di tengah jemaat Allah.
Paulus tahu bahwa pemeliharaan iman sangat bergantung kepada para pemimpinnya. Maka
dalam suratnya hari ini ia merancang secara lengkap tentang syarat-syarat
menjadi pemimpin jemaat. Intinya: pemimpin jemaat itu harus memiliki integritas
yang tinggi, sebab ia harus menjadi cahaya dan garam bagi sesamanya. Salah satu
hal penting bahwa mereka bukan orang yang bercabang lidah atau penipu.
Yesus Kristus dalam karya-Nya di tengah umat menunjukkan
kasih yang sempurna dari Allah. Allah yang mengunjungi, yang menyapa,
menghibur, menguatkan, menyembuhkan, menghidupkan, dsb. Pekerjaan Yesus menurut
kisah Injil hari ini menghadirkan kasih Allah yang menghidupkan dan menghibur. Ia
membangkitkan putera tunggal dari seorang janda, yang sesungguhnya sudah mati
dan sedang diusung keluar kota untuk dimakamkan (Luk 7:11-17). Kisah ini adalah
kisah nyata yang ditulis kembali oleh Lukas atas dasar kesaksian para rasul dan
jemaat perdana. Ini adalah kabar gembira dari Allah bagi segenap umat manusia, sebuah
kejadian yang tidak pernah dilakukan oleh manusia biasa, selain oleh sumber
kehidupan dan kebenaran itu sendiri, Allah yang menjelma menjadi manusia di
dalam diri Yesus Kristus. Untuk meneruskan warta ini para rasul harus memilih
orang-orang yang dapat dipercaya oleh semua orang dengan kriteria seperti yang
ditulis oleh St. Paulus.
Anda dan saya termasuk orang yang diutus untuk meneruskan
warta kebenaran ini kepada keluarga dan masyarakat di mana kita berada. Tugas ini
sesungguhnya sebuah keharusan iman karena sakramen baptis dan krisma yang telah
kita terima. Selain kita berharap akan hadirnya para pemimpin yang
berintegritas, kita sendiri pun perlu memiliki integritas itu, terutama bukan
orang yang bercabang lidah. Amin.