Tiap petang katekis muda itu duduk di
depan rumahnya di antara persawahan. Ia membaca sebuah buku yang selalu
dibawanya kalau ke sekolah. Buku itu selain dipakainya saat pelajaran agama
tetapi juga menjadi buku bacaan hariannya setiap sore. Itulah Alkitab ! Meski
banyak pemudi diam-diam rindu menantikan lamarannya, tetapi hatinya cenderung
ingin menjadi saksi, terpanggil untuk menjadi imam. Ia melamar menjadi imam
projo pada Uskup setempat lalu masuk seminari tinggi dan setelah menyelesaikan
studi teologi ia ditahbiskan menjadi imam. Saat ditanya mengapa ia mau menjadi
imam, dengan singkat ia menjawab: “hatiku tergerak oleh pengharapan yang saya baca
dari Kitab Suci”.
Hidup dari pengharapan Injil disinggung
oleh St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Kolose hari ini (Kol 1:21-23). Mengapa?
Jika melihat lagi ke masa lalu, hidup ini tak berguna sedikit pun karena
tinggal dalam kgelapan dosa. Tetapi sesudah Yesus Kristus wafat di salib dan
bangkit dari antara orang mati hidup kita didamaikan dengan Allah, sehingga
kita dikuduskan dan menjadi tak bercela. Karena itu kata Paulus: hiduplah teguh
dalam iman dan pengharapan karena sukacita injili yang kita terima. Hidup dalam
pengharapan Injil tidak lain dari pada hidup menurut keyakinan akan adanya jaminan
hidup kekal bagi setiap orang yang percaya kepadanya. Karena itu tak usah
kuatir pada segala macam hal yang mengganggu ketenangan hidup kita. Kristus
telah menanggung segala penderitaan dan dosa kita. Oleh Dia kita dikuduskan,
dalam Dia kita dikuatkan, bersama Dia kita kaya akan kasih karunia-Nya.
Dalam perjumpaan dengan Yesus orang Farisi
selalu mempersoalkan implementasi hukum Taurat yang dilanggar Yesus (Luk 6:1-5).
Misalnya: makan tidak mencuci tangan lebih dahulu, masuk rumah tidak mencuci
kaki, menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, petik gandum pada hari Sabat.
Karena hal-hal sepele ini hati dan pikiran mereka terhambat untuk menerima
karunia-karunia Tuhan dalam hidupnya. Dengan pertentangan-pertentangan yang
mereka lakukan tampaknya mereka berada di luar kabar gembira Kerajaan Allah yang
disampaikan Yesus. Yesus menegaskan bahwa Anak Manusia adalah Tuhan atas hari
Sabat. Menerima Yesus jauh lebih penting dari pada hari Sabat.
Kabar gembira yang disampaikan Yesus
adalah kabar tentang Allah yang mengasihi umat-Nya melalui karya penebusan
Yesus sendiri. Kabar tentang harapan akan masa depan yang lebih baik sesudah
penebusan itu terjadi. Kabar akan perubahan yang akan dialami dunia ketika
banyak orang percaya hidup dalam kasih persaudaraan sejati terhadap satu sama
lain. Semoga !