Para imam, biarawan/wati adalah
orang-orang yang telah mempersembahkan dirinya bagi Kerajaan Allah. Mereka
hidup dan bekerja untuk memuliakan Tuhan dengan meninggalkan segala kesenangan
duniawi melalui janji ketaatan, kemurnian dan kemiskinan kepada Allah dan
kepada pimpinan mereka masing-masing. Cara hidup seperti ini, secara umum,
boleh kita kategorikan sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan. Akan tetapi sesungguhnya
cara hidup seperti ini bukan saja untuk para imam, biarawan/wati itu melainkan
juga untuk semua orang percaya kepada Tuhan, bila mampu menjaga diri dalam ketaatan,
kerendahan hati, dan kemurnian di hadapan Allah. dengan kata lain, bila mereka bisa
hidup sesuai kehendak Allah, sehingga selalu pantas di hadapan-Nya.
Tuhan Yesus dalam ketaatan kepada
kehendak Allah, Bapa-Nya, Ia rela menerima apa saja yang harus dikerjakan-Nya
untuk keselamatan umat manusia. Penderitaan, penderaan, jalan salib, mendapat
perlakuan yang tidak adil adalah kehendak Allah. Jalan ini harus diterima
oleh-Nya untuk menunjukkan kepada manusia betapa Allah setia pada janji-Nya dan
mencintai umat-Nya. Yesus tidak mau menghindar, meskipun Petrus mengatakan, “Engkau
tidak boleh menerima jalan itu”! Bagi Yesus jalan ini adalah persembahan yang
hidup dari-Nya untuk memuliakan nama Bapa-Nya dan menyelamatkan umat-Nya. Tujuan
kedatangan-Nya hanya satu: KESELAMATAN MANUSIA DEMI KASIH BAPA!
Demi ketaatan kepada kehendak Allah,
Yeremia harus menerima tugas sebagai nabi mengatakan guna mengingatkan umat
Allah tentang dosa, ketidakadilan, penindasan yang terjadi. Meskipun Yeremia
merasa diri tidak sanggup menerima tugas itu, tetapi kuasa Allah jauh lebih
kuat dan Yeremia tidak dapat menghindarinya. Kuasa itu datang bagaikan api yang
mengobarkan hatinya untuk melakukan tugas itu (Yer 20:7-9). Hidup ini bukan ada
dengan sendirinya tetapi ada karena kehendak Allah. Karya dan pengabdian kita adalah
tugas yang kita terima dari pada-Nya, sekecil apa pun keadaannya. Komitmen yang
diminta Tuhan dari setiap anak manusia adalah setia dan taat untuk menjalankannya.
Mengingat semua hal yang telah
dikerjakan Yesus bagi dirinya dan segenap umat Allah, St. Paulus mengajak
jemaat di Roma untuk hidup benar dan baik, berusaha menjaga diri bebas dari segala
pengaruh dunia yang jahat ini dan hidup dalam semangat baru, yaitu menjadikan
diri sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan. Sebab kita semua percaya Yesus Kristus
hidup tanpa cela dan persembahan diri-Nya tanpa cacat (bdk Rom 12:1-2). Ia hidup
sempurna dalam kasih. Persembahan diri seperti ini jauh lebih kuat dari semua
kata-kata indah yang kita ucapkan dalam janji-janji kita.
Banyak orang telah berusaha menjadikan
diri mereka sebagai persembahan yang hidup. Mereka hidup dalam ketaatan,
kesetiaan, kemurnian cinta serta kerendahan hati dalam pengorbanan yang tulus
kepada kehendak Allah. Mereka semua bisa bukan karena kekuatan dan kuasa mereka
sendiri tetapi semata-mata karena taat dan setia.