Penulis Kitab Amsal mengingatkan kita akan besarnya kuasa
dari kata-kata itu yaitu: “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka
menggemakannya, akan memakan buahnya” (Ams 18:21). Dengan kata lain, kata-kata
yang diucapkan oleh seseorang terhadap sesamanya mempunyai kuasa untuk
menyelamatkan atau membinasakan. Karena itu para ahli psikologi pendidikan
selalu mengingatkan para pendidik agar hati-hati dalam menggunakan kata-kata mereka
terhadap para muridnya. Kata-kata bisa memotivasi, membangun, menyemangati
tetapi kata-kata bisa juga mematikan semangat anak didik untuk belajar dan
mengejar cita-cita mereka. Anjuran yang sama juga disampaikan kepada orang tua agar
selalu berusaha menghindari kekerasan verbal maupun tindakan supaya tidak
menimbulkan luka batin.
Perwira dalam Injil hari ini (Luk 7:1-10) sangat sayang
kepada hamba yang mengurus rumah tangganya. Hamba itu sakit keras. Ketika ia
mendengar Yesus memasuki kota itu ia menyuruh beberapa orang tua Yahudi agar meminta
Yesus datang ke rumahnya guna menyembuhkan hambanya. Setelah Yesus makin mendekat,
ia menyuruh para sahabatnya agar menyampaikan kepada Yesus supaya tidak perlu
datang ke rumahnya, sebab ia merasa tidak layak menerima Yesus di rumahnya. Pesannya
“biarlah Ia mengatakan sepatah kata saja maka hambaku akan sembuh”.
Mendengar permintaan itu, Tuhan Yesus menilai ini adalah
sebuah permohonan yang lahir dari iman. Iman akan ke-Allah-an Yesus yang penuh
kuasa dalam kata dan perbuatan-Nya, sebab perwira itu tentu telah mendengar
banyak cerita tentang kuasa Yesus yang ajaib. Lalu Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar
ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"
Dari kisah ini ada dua hal yang dapat kita renungkan hari
ini :
1. Kata-kata
yang keluar dari mulut Allah (Yesus) sangat berkuasa. Di sini kata yang
diucapkan oleh Yesus memberi kuasa untuk menyembukan, menyelamatkan, sebab
memang Yesus datang untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia yang menderita
karena dosa dan penyakit.
2. Iman perwira
itu juga mempercepat daya kerja dari kata-kata Yesus yang penuh kuasa itu. Sebab
perwira itu tidak ragu terhadap tindakan Yesus. Ia sangat percaya pada kuasa
Yesus meskipun mungkin dia hanya mendengar cerita tentang Yesus dari
orang-orang lain.
Di sini kita boleh merasakan perpaduan daya kuasa
dari sabda Allah dengan iman manusia bekerja sedemikian efektif untuk
terjadinya mujizat. Allah hadir di tengah kita dan Ia bisa melakukan mujizat dengan
kata-kata-Nya yang penuh kuasa, namun bila kehadiran-Nya tidak kita imani, maka
mujizat tidak terjadi.
St. Paulus menasihati Timoteus agar berdoa
untuk semua orang, terutama untuk pemerintah dan penguasa supaya semua manusia aman
dan tenteram dalam kesalehan dan kehormatan (1 Tim 2:1-8). Mengapa demikian? Tugas
yang diemban pemerintah dan penguasa itu untuk kepentingan semua orang tanpa
melihat suku, bahasa dan budaya. Perwira di atas bekerja untuk menjaga keamanan
di wilayah Israel. Maka sepantasnya orang Israel membantu mereka dengan
doa-doanya, agar tugas itu dilaksanakan dengan baik oleh mereka. Dengan imanmu,
ucapkan sepatah kata saja kepada Tuhan untuk mereka dan Tuhan akan melakukan
apa yang menjadi bagian-Nya.