Menjelang karya puncak-Nya, Yesus
mempersiapkan segala sesuatu dengan baik menurut rencana dan kehendak Bapa-Nya.
Dia harus menyelesaikan tugas keselamatan bagi umat manusia bertepatan dengan
hari raya Paska Yahudi, yang kini kita rayakan dalam Trihari Suci. Paska Yahudi
adalah hari peringatan kemerdekaan. Paska yang dilakukan Yesus sendiri bersama
para murid-Nya saat itu selain merayakan kemerdekaan, juga dilakukan sebagai
kenangan akhir Yesus makan bersama para murid-Nya sekaligus mau menetapkan
sakramen ekaristi dan imamat sekaligus, agar melalui dua sakramen ini hidup dan
karya-Nya keselamatan-Nya dikenang sepanjang masa. Oleh wafat dan
kebangkitan-Nya dari antara orang mati, yang dirayakan imam dalam ekaristi, Yesus
merayakan kembali wafat dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Kita tahu proses karya penebusan ini berjalan
demikian ngeri, Yesus harus melewati jalan pengkhianatan oleh murid-Nya
sendiri, Ia disangkal oleh rasul paling terkemuka, Ia didera dan dianiaya para serdadu,
dihukum mati dengan cara tak adil oleh pemuka agama Yahudi, Ia memikul salib ke
Golgotha, di sana Ia ditelanjangi, dipaku dan tergantung pada salib selama 3
jam lalu wafat. Hukuman yang mengerikan ini seolah-olah Dia termasuk penjahat
kelas kakap. Tetapi sesungguhnya inilah jalan yang dipilih Allah untuk menebus
umat-Nya. Inilah perjanjian baru, perjanjian yang mengatakan kepada kita semua:
Allah mencintai umat-Nya tanpa batas.
Makhota dari penderitaan dan wafat-Nya adalah kebangkitan-Nya dari alam maut.
Luar biasa. Paska Yesus bukan saja menjadi perjamuan peringatan kemerdekaan
orang Yahudi melainkan menjadi kemerdekaan semua orang yang percaya kepada-Nya.
Paska menjadi milik siapa saja yang percaya kepada-Nya sepanjang masa.
Paska dan korban Yesus bukan dilakukan
karena Ia adalah penjahat atau orang berdosa tetapi karena Ia mencintai manusia
berdosa dan ingin menebus-Nya. Maka, dengan rela Ia memberi punggung-Nya untuk
didera dan menyerahkan pipi-Nya kepada mereka yang mencabut janggut-Nya (Yes
50:6).
Melalui ekaristi, Paska Yesus
dirayakan secara sederhana tetapi sempurna, karena Ia mempersembahkan diri-Nya
sebagai korban keselamatan umat manusia. Pada saat perjamuan terakhir bersama
murid-Nya Ia memeterai ekaristi sebagai Paska baru. Dalam ekaristi tidak ada
lagi kurban darah binatang, yang ada hanyalah kurban salib, kurban-Nya sendiri
yang telah dimeteraikan oleh-Nya pada perjamuan terakhir itu. Dalam ekaristi
yang dirayakan kapan dan di mana saja, Yesus hadir kembali untuk merayakan
korban Paska; Ia telah memberi perintah kepada para murid-Nya dengan berkata:
“lakukan ini sebagai kenangan akan Daku”. Walau korban itu tampak sederhana,
namun makna-Nya mulia, disebut sebagai kurban surgawi. Karenanya ekaristi
menjadi pusat dari kehidupan umat beriman dan Gereja-Nya.
Dengan menghadiri ekaristi harian,
mingguan dan hari raya atau hari lainnya, sesungguhnya Allah hadir dengan segala
kepenuhan-Nya untuk merayakan Paska bersama kita dan ingin memberi kita makanan
surgawi, yakni segala rahmat yang kita perlukan dalam perjalanan menunju tanah
air surgawi. Saat ini Yesus mungkin mengatakan kepada kita juga, Aku ingin
merayakan Paska di rumah-mu! Paska Yesus merupakan sebuah bentuk kehadiran
istimewa diri-Nya dalam hidup kita yaitu bahwa “Yesus ingin berada bersamamu, dalam keluargamu dan ingin membebaskan
hidupmu dari dosa, derita dan maut, agar kita boleh menikmati hidup bersama-Nya
dalam perjalanan menuju ke rumah abadi”.