Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Rabu, Maret 16, 2016

YESUS, KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN…!

Ada tiga pemuka agama yang berdiskusi tentang kebenaran iman agama mereka masing-masing. Dalam diskusi itu yang demikian hangat, mereka bertengkar karena mempertahankan kebenaran imannya masing-masing. Saking hangatnya pertengkaran itu seorang lain, yang sedang menguping diskusi mereka datang menghentikan diskusi itu dan dengan penuh percaya diri ia berkata: “Semua yang Anda katakan tentang kebenaran iman Anda masing-masing, bagi saya semua itu relatif. Tak ada kebenaran mutlak karena kebenaran itu tergantung pada keyakinan kita akan sesuatu yang kita pikirkan, apakah itu sesuai kenyataan atau tidak. Saya tidak mengakui semua kebenaran yang Anda ajarkan. Saya menganut paham relativisme. Kami mengatakan semua kebenaran itu relatif, tak ada yang mutlak”. Titik. Tiga pemuka agama tadi hanya bengong mendengar pernyataan orang itu dan mereka bubar tanpa pamit. Orang ini pun pergi dan merasa diri menang karena berhasil menghentikan pertengkaran ketiga pemuka agama tersebut.

Aliran relativisme kini merajai pikiran banyak orang di dunia ini. Mereka umumnya tidak suka mendengar pengajaran yang berhubungan dengan agama-agama. Bagi mereka agama itu cuma sebuah semboyan atau slogan guna memberi penghiburan atas segala persoalan yang dihadapi manusia. Sebagai orang katolik apakah Anda setuju dengan pendapat kaum yang menganut paham relativisme ini? Mari kita simak apakah kebenaran menurut iman katolik…?

Dalam sejarah kita mengenal seorang filsuf bernama Aristoteles. Dia berpendapat bahwa Tuhan adalah penggerak alam. Menurut teori actus potensi alam adalah objek yang memiliki potensi untuk melakukan perubahan. Perubahan di sini artinya adalah tujuan. Dengan kata lain, alam memiliki potensi untuk merealisasikan dirinya sesuai dengan tujuannya. Tujuan dari setiap objek yang terdapat dalam alam semesta adalah yaitu Tuhan sebagai “actus purus”. Tuhan itu berdiri sendiri, tidak dilahirkan, tidak pernah berubah, tidak pernah berakhir, dan bersifat abadi. Tuhan adalah penyebab dari semua benda menjadi bertujuan. Tuhan itu satu, baik, benar dan indah.  Karena Tuhan menginginkan agar seluruh manusia dapat sampai kepada kebenaran, maka Tuhan sendiri mewahyukan kebenaran tersebut kepada manusia. Dan inilah yang terjadi dengan agama-agama yang mendasarkan agamanya berdasarkan wahyu Allah atau kebenaran yang diwahyukan.

Dalam hubungan dengan kebenaran dalam agama Kristen, kita percaya bahwa Allah sendiri telah membimbing dan berbicara dengan perantaraan para nabi, sehingga bangsa Israel dapat sampai ke tanah terjanji, seperti yang diceritakan di dalam Perjanjian Lama. Karya keselamatan ini mencapai puncaknya dengan kedatangan Kristus yang menderita, wafat, bangkit dan naik ke Sorga, sehingga warta keselamatan tidak hanya untuk bangsa Yahudi, namun terbuka bagi seluruh umat manusia. Pertanyannya adalah, bagaimana kita dapat mengetahui hal ini sebagai suatu kebenaran…?

Inilah alasan-alasannya :
  1. Adanya nubuat diberitakan sebelumnya. Kedatangan Tuhan sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelum Yesus datang, dengan melalui persiapan yang panjang, maka  sangat logis, kalau kedatangan Yesus untuk misi keselamatan seluruh umat manusia dipersiapkan dengan matang, dengan tanda-tanda, sehingga orang tidak sampai salah mengerti. Kita dapat menerapkan prinsip ini pada hal persiapan Yesus datang ke dunia ini, yang sudah diberitakan beribu-ribu tahun sebelumnya. Bahkan Nabi Yesaya yang menulis kitab Yesaya sekitar 700 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus, dapat secara tepat menggambarkan tentang Kristus yang menderita (Lih. Yes 53). Yesaya dapat menggambarkan secara tepat apa yang akan dialami oleh Kristus, karena dia mendapatkan pengetahuan dari Tuhan sendiri. Di dalam sejarah, semua itu terpenuhi dalam diri Yesus, maka ini menjadi bukti akan kebenaran bahwa yang dinubuatkan adalah benar, yaitu Yesus sungguh- sungguh datang dari Tuhan dan Yesus adalah Tuhan. Hal yang lain adalah Tuhan ingin memberitahu manusia tentang Mesias jauh hari sebelumnya, sehingga pada saatnya tiba, manusia akan dapat mengenali Mesias yang dijanjikan. Dan inilah yang membedakan antara Yesus dengan tokoh-tokoh dalam agama yang lain. Tokoh-tokoh dalam agama lain tidak pernah diberitakan sebelumnya, sebaliknya Yesus diberitakan secara konsisten dalam rangkaian waktu lebih dari 1500 tahun.

  2. Adanya mukjizat. Kita bisa melihat di dalam Kitab Suci, bahwa Yesus melakukan banyak sekali mukjizat. Ini adalah bukti bahwa Dia adalah Putera Allah, yang membenarkan semua pengajaran-Nya. Ia menyembuhkan yang buta, bisu, tuli, lumpuh, bahkan membangkitkan orang mati. Yesus juga mengatakan bahwa “tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” (Yoh 10:37-38). Di atas semua itu, mukjizat terpenting adalah kebangkitan Kristus. Mungkin ada banyak orang yang dapat melakukan mukjizat dan menyembuhkan penyakit-penyakit. Namun orang tersebut pada akhirnya meninggal dan tidak dapat bangkit dengan kekuatan sendiri. Namun Yesus menunjukkan bahwa Ia mempunyai kuasa di atas segalanya, termasuk kematian. Hanya Tuhan yang dapat melakukan hal ini.

  3. Eksistensi Gereja Kristus. Yang mendirikan Gereja adalah Yesus Kristus. Ini menjadi bukti akan janji-Nya sebagai Allah untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir zaman (lih. Mat 16:18) di bawah kepemimpinan rasul Petrus dan juga penerusnya, yaitu para paus. Sudah begitu banyak percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik, baik dari dalam Gereja maupun dari luar Gereja. Namun sesuai dengan janji Kristus, Gereja Katolik tetap bertahan dengan mengajarkan kebenaran yang penuh, ditandai dengan sifat: satu, kudus, katolik, dan apostolik.

Setiap orang dewasa, yang dapat menggunakan akal budinya, dituntut untuk benar-benar menggunakan seluruh akal budi dan kekuatannya untuk dapat mencapai kebenaran hakiki, seperti: tentang hakekat dirinya, dari mana dia berasal, dan tujuan hidupnya, tentang Pencipta-nya, tentang agama yang dianutnya, dll. Hal ini juga berlaku untuk umat Katolik, yang sudah seharusnya juga mempertanyakan imannya dan mencoba dengan segala cara untuk mengetahui dan mengasihi iman yang dipercayainya. Dengan demikian, pengetahuan tersebut akan membantu seseorang untuk lebih mengasihi imannya. Dan dengan mengasihi iman yang dipercayainya, maka seseorang akan lebih terdorong untuk terus berusaha memperlajari imannya secara lebih mendalam.

Dengan demikian iman tidak akan terpisahkan dari kebenaran, karena iman melibatkan persetujuan secara bebas terhadap segala kebenaran yang diwahyukan Allah. Guna membantu kita memahami dengan lebih baik tentang kebenaran ini Gereja Katolik memiliki tiga pilar kebenaran, yang terdiri dari: a) Kitab Suci, b) Tradisi Suci, c) Magisterium Gereja, maka setiap umat Katolik harus memberikan diri, yakni pikiran dan kehendak secara bebas untuk taat terhadap kebenaran yang telah digariskan oleh Magisterium Gereja, yang pasti tidak mungkin bertentangan dengan Tradisi Suci dan Kitab Suci. Orang yang dibimbing oleh Sang Kebenaran atau Yesus, harus senantiasa hidup dalam kebenaran dan di dalam terang.

Katekismus Gereja Katolik no. 2466 menegaskan “Di dalam Yesus Kristus, kebenaran Allah menampilkan diri secara penuh dan sempurna. Karena “penuh rahmat dan kebenaran” (Yoh 1:14), Ia adalah “terang dunia” (Yoh 8:12), Kebenaran itu sendiri (Bdk. Yoh 14:6.), “supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan” (Yoh 12:46). Siapa yang tinggal di dalam Sabda Yesus adalah murid Yesus yang sebenarnya; ia akan “mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan” (Yoh 8:32) dan menguduskan dia (Bdk. Yoh 17:17.). Mengikuti Yesus berarti hidup dari “roh kebenaran” (Yoh 14:17), yang diutus Bapa dalam nama-Nya (bdk. Yoh 14:26). dan yang akan menghantar masuk ke dalam seluruh kebenaran (Yoh 16:13). Yesus mengajar kepada murid-murid-Nya cinta kepada kebenaran tanpa syarat: “Jika ya hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat” (Mat 5:37).

Kebenaran dalam kekristenan sesungguhnya terjadi dari sintesis iman dan akal budi, yang dimanifestasikan secara penuh dalam KASIH. Kepenuhan kebenaran ini ada di dalam Gereja Katolik, dengan empat tanda: satu, kudus, katolik, dan apostolik. Dan sebagai umat Katolik, kita harus senantiasa taat kepada kebenaran yang dinyatakan oleh Magisterium Gereja, sehingga kita tidak mudah untuk terhanyut dalam begitu banyak kepercayaan yang lain, yang juga mengatasnamakan kebenaran (Sumber: katolisitas.org).

Tiga pemuda dalam tanur api dalam bacaan pertama mempertahankan iman mereka di hadapan raja Nebukadnezar yang menyiksa mereka masuk tanur api. Api itu tidak mampu membakar mereka karena Allah melindungi kebenaran iman yang mereka pertahankan. Raja itu takhluk dan memuji Allah yang mereka sembah. Allah yang disembah ketiga pemuda ini adalah Allah yang mengutus Yesus Kristus ke dunia ini (Dan 3:14-20.24-25.28). Yesus menegaskan kebenaran perutusan atas diri-Nya pada akhir bacaan Injil hari ini: “Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku” (Yoh 8:42). Dia datang untuk memederkakan kita dari belenggu dosa dan maut; dari belenggu ketakutan dan kecemasan akan kematian; dari belenggu berhala-berhala dan segala kuasa kejahatan. Jika hidup Anda dan saya sudah dimerdekakan oleh kuasa Allah dalam Yesus Kristus maka tak ada kuasa lain yang perlu kita takuti dalam menjalani hidup ini, entah itu ketakutan dari budaya yang membelenggu atau ketakutan lain yang membuat hidup ini tidak nyaman.

Adhitz Ads