Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, Maret 25, 2016

PADA SALIB ITU CINTANYA MENJADI SEMPURNA…!

Dua sejoli sedang mabuk dalam cinta. Setiap hari dalam perjumpaannya baik di tempat umum maupun di tempat yang tersembunyi, keduanya dapat saling memandang tanpa berkedip lalu berkata: “Aku cinta padamu sayang hingga dunia kiamat”. Ungkapan itu mengalir balas berbalas, seperti pantun dan syair, dari hari ke hari serta berjanji sampai keduanya naik ke pelaminan. Namun ketika gelombang pencobaan mendera mereka oleh harta dan daya tarik yang lain, dunia cinta mereka terkadang menjadi kiamat sebelum waktunya. Tentu tidak semuanya demikian. Mungkin ada satu di antara lima atau satu di antara sepuluh!

Memang, seindah-indahnya kata dan bahasa cinta yang diungkapkan manusia terhadap sesamanya, tidak akan pernah melampaui kata dan bahasa cinta yang diungkapkan Yesus bagi Bapa-Nya dan umat-Nya. Sebab Yesus bukan saja pandai berkata dan berbahasa cinta melainkan telah menjadi cinta itu sendiri dalam tindakan-Nya dan tindakan cinta ini telah menjadi simbol cinta abadi bagi segenap umat manusia. Dalam penyerahan diri hingga wafat-Nya di kayu salib, hidup dan karya-Nya menjadi cinta yang sempurna bagi keselamatan kita semua. Dunia terkagum pada cinta-Nya dan jutaan orang terpana pada cinta-Nya itu hingga rela mati untuk mempertahankan imannya akan Sang Raja Cinta ini serta melepaskan segalanya untuk menjadi pengikut-Nya. Mereka berkata, cinta-Nya jauh lebih agung dan mulia dari cinta sesama manusia. Dan Ia sendiri berkata:”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Hari ini kita memperingati peristiwa agung itu Ia memberikan nyawa-Nya bagi kita semua. Ia wafat di salib untuk menebus dosa kita. Dengan wafat-Nya, Ia menjadi kurban pendamaian sempurna melampaui semua kurban binatang dalam perjanjian lama. Dalam nubuatnya tentang Sang Raja Cinta ini, nabi Yesaya mengatakan: “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia -- begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi --demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami” (Yes 52:13-15).

Peristiwa penyaliban Yesus adalah sebuah peristiwa besar dan sungguh tak masuk akal manusia, sebab  Dia dihukum tanpa salah sedikitpun, namun hal itulah yang membuat banyak bangsa tercengang dan para raja tak sanggup membuka mulut untuk mengagumi-Nya.  Karena itu penulis Kitab Ibrani dalam bacaan kedua hari ini mengajak kita dengan bersaksi: “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibr 4:14-16).

Jalan salib Yesus menuju Golgotha sungguh suatu perjalanan yang amat berat dan tak satu pun dari antara manusia biasa bisa mencapai kekuatan seperti, selain Dia yang berasal dari Allah. Siksaan yang mereka lakukan atas Dia sungguh tak berperikemanusiaan. Jika melihat tempat siksaan-Nya, Dia seharusnya sudah mati saat dirajam para serdadu di ruang sempit bawah tanah. Tetapi karena Dia harus ditinggikan di salib maka Allah memberi kekuatan luar biasa pada-Nya untuk bertahan. Dia harus memikul sendiri salib-Nya menuju Golgotha. Di tempat itu Dia terhitung sebagai salah seorang dari para penjahat, namun dari kehinaan itu Allah meninggikan Dia dan semua orang yang memandang Dia pun mengagumi-Nya. Di tempat inilah Dia mengungkapkan cinta-Nya secara sempurna untuk kita semua. Cinta itu tak akan pernah tertandingi oleh manusia biasa mana pun di dunia ini, sehebat apapun mereka, dan oleh korban mana pun.

Oleh kurban cinta yang sempurna ini, Ia telah mengakhiri segala kurban yang tidak sempurna dari tata cara dan ritus-ritus dari Hukum Lama, maka dalam segala hal, sejak saat itu secara insani dan nyata kita hanya boleh dibimbing oleh Hukum Kristus dalam Gereja-Nya dan yang telah dinyatakan syah oleh para abdi-Nya. Tetapi apabila seseorang masih berpegang teguh pada tata cara dan ritus-ritus Hukum Lama, dia akan berjalan sia-sia (bdk. St. Yohanes Salib, Mendaki Gunung Karmel, hal.196). Yesus sendiri telah mengingatkan kita dengan bersabda: “hanya melalui Aku orang dapat sampai kepada Bapa” (Yoh 14:6).

Cinta yang sejati datang dari Allah, dipersembahkan untuk Allah dan sesama. Cinta itu harus terjadi dengan pengorbanan tanpa batas, bukan asal-asal, bukan juga basa basi, tidak juga dengan sikap suam-suam kuku, tetapi hendaknya lahir dari hati yang hanya terarah kepada Sang Cinta itu sendiri, seperti halnya kalau hati kita terarah dalam cinta kepada seseorang yang kita cintai. Dalam hukum cinta kasih Tuhan bersabda: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.......dan “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:37.39).

Melalui jalan salib hingga ke Golgotha, wujud cinta Yesus bagi Allah dan bagi umat manusia tak akan pernah diragukan lagi oleh orang-orang yang percaya. Ia telah melakukan segalanya bagi Allah dalam ketaatan sempurna dan melakukannya bagi manusia tanpa batas suku, bangsa, bahasa dan agama. Di salib itu Ia telah menyatakan kepada kita: “Ya Abba, ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Bila Anda dan saya harus memikul salib berat demi tercapainya suatu tujuan yang mulia dan baik, Anda dan saya telah mengambil bagian dalam kesempurnaan kurban Yesus Kristus untuk menyelamatkan dunia dari dosa dan untuk memuliakan nama Tuhan…!

Adhitz Ads