Mengambil dari berbagai jenis
sumber (seperti dari Thomisme),
dia menggambarkan hubungan saling mendukung antara iman dan akal, dan
menekankan para teolog harus fokus pada hubungan itu. Yohanes Paulus II juga
menulis banyak tentang kelompok pekerja dan doktrin sosial dari Gereja,
dituangkannya dalam tiga ensiklik. Melalui ensiklik
dan banyak Surat Apostolik serta opininya, Yohanes Paulus II membahas tentang
martabat perempuan dan pentingnya keluarga dalam masa depan kemanusiaan.
Ensiklik lain termasuk Injil Kehidupan (Evangelium Vitae) dan Ut Unum Sint (Supaya Mereka Semua Menjadi
Satu). Meskipun banyak kritik yang menuduhnya tidak fleksibel, dia
menegaskan kembali ajaran moral Katolik menentang pembunuhan, eutanasia dan aborsi yang telah ada lebih dari
seribu tahun. Ke mana pun arah keluarga, demikian juga arah negara dan
demikian juga seluruh dunia tempat kita hidup (Sumber: Wikipedia).
Ketika hidup dan karya
Yesus semakin dekat ke puncak penyerahan diri-Nya yang total, rela menderita
dan disalibkan demi keselamatan umat manusia, diskusi tentang diri-Nya semakin
hangat diperbincangkan oleh orang Yahudi. Ada yang tetap kagum, ada yang
berusaha menangkapnya. Imam-imam mengutus para penjaga untuk menangkapnya
tetapi mereka tidak sanggup malah berbalik mengagumi pengajaran-Nya. Nikodemus,
seorang ahli Taurat, coba membela Yesus tetapi teman-teman lainnya mencela dia.
Yesus sudah tahu akan semua yang terjadi pada diri-Nya. Ia tidak gentar
menghadapi semua itu bahkan Dia berani menuju Yerusalem untuk memasuki tahap
akhir dari perjalanan hidup dan karya-Nya. Ia datang ke dunia guna memenuhi
panggilan menjadi Sang Penyelamat manusia dari dosa-dosa. Ia adalah Mesias,
Penebus dan Juru Selamat. Seberat apa pun tugas itu Ia siap menerima dan
menjalankannya sebab Ia taat pada kehendak Bapa-Nya (bdk Yoh 7:40-53).
Kesediaan Yesus menjalankan
misi penebusan ini telah dinubuatkan oleh nabi Yeremia seperti terungkap dalam
bacaan pertama hari ini. “Tetapi aku
dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu
bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku: "Marilah kita
binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari
negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang
lagi!"(Yer 11:19). Meskipun hal itu akan terjadi, namun Ia tidak takut
karena semua perkara itu telah diserahkan oleh-Nya kepada Tuhan. Yesus diam
seperti anak domba, meskipun Dia tahu bahwa sudah ada kesepakatan jahat untuk
menangkap-Nya.
Popularitas St. Yohanes
Paulus II bukan tanpa tantangan. Tidak semua pikiran dan pengajarannya diterima
dengan baik. Orang yang memusuhi dia dan karyanya justru mengirim Ali Agca
untuk membunuhnya. Tetapi ia menerima semua bentuk penolakan itu sebagai suatu
salib yang harus dipikulnya bersama Tuhan. Ia selalu berkata kepada Tuhannya:
Totus Tuus! Penyerahan dirinya yang total itu justru menjadi senjata ampuh
baginya untuk terus mewartakan kebenaran tanpa pamrih sampai ia menghembuskan
nafasnya pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, 2 April 2005.
“Kepada-Mu kuserahkan semua
perkaraku” bukanlah sebuah ungkapan biasa, tetapi ungkapan iman, harapan serta
tanda kasih yang total dari manusia kepada Allah, Tuhannya. Andaikan semua anak
manusia memiliki semangat seperti ini, maka jalan kita menuju hidup kekal
selalu terbuka lebar. Sebab Tuhan sendiri akan bekerja memanggul salib kita
bersama-Nya ! Tak satupun perkara (masalah, derita, kesusahan) kita dalam hidup ini berada di luar jangkauan Tuhan, maka tindakan iman untuk menyerahkan semuanya itu kepada Tuhan adalah kebenaran yang patut dihayati, diteladani untuk dijalankan…!