Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Sabtu, Maret 12, 2016

KEPADAMU, KUSERAHKAN PERKARAKU…!

St. Yohanes Paulus II, seorang tokoh yang amat dikagumi sejak pengangkatannya menjadi Paus pada tahun 1978. Sepak terjang hidupnya sebagai seorang tokoh dari wilayah yang dikuasai paham komunisme, Paus Yohanes Paulus II telah menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa ia hanya mengandalkan hidupnya pada kuasa Tuhan. TOTUS TUUS, itulah motto kepausannya – kepada-Mu kuserahkan seluruh hidup dan karyaku. Ia tidak gentar dalam mempertahankan imannya yang benar akan Allah dalam Yesus Kristus. Hal ini ditunjukkan antara lain dalam pengajarannya, misalnnya tentang "Teologi Tubuh". Dalam suratnya Di awal milenium yang baru (Novo Millennio Ineunte) dia menekankan pentingnya semua prioritas gereja pada Yesus Kristus: "Tidak, kami tidak akan diselamatkan oleh program namun oleh Manusia." Dalam Cahaya Kebenaran (Veritatis Splendor), dia menekankan ketergantungan manusia pada Allah dan Hukum-Nya ("Tanpa Sang Pencipta, makhluk ciptaan akan hilang") dan "ketergantungan kebebasan pada kebenaran". Dia mengingatkan bahwa manusia yang "menggantungkan dirinya sendiri pada relativisme dan skeptisime, akan tersesat dalam pencarian kebebasan semu jauh dari kebenaran itu sendiri". Dalam Iman dan Akal budi (Fides et Ratio) Yohanes Paulus II mempromosikan minat baru dalam filsafat dan pencarian kebenaran dalam hal-hal teologis.

Mengambil dari berbagai jenis sumber (seperti dari Thomisme), dia menggambarkan hubungan saling mendukung antara iman dan akal, dan menekankan para teolog harus fokus pada hubungan itu. Yohanes Paulus II juga menulis banyak tentang kelompok pekerja dan doktrin sosial dari Gereja, dituangkannya dalam tiga ensiklik. Melalui ensiklik dan banyak Surat Apostolik serta opininya, Yohanes Paulus II membahas tentang martabat perempuan dan pentingnya keluarga dalam masa depan kemanusiaan. Ensiklik lain termasuk Injil Kehidupan (Evangelium Vitae) dan Ut Unum Sint (Supaya Mereka Semua Menjadi Satu). Meskipun banyak kritik yang menuduhnya tidak fleksibel, dia menegaskan kembali ajaran moral Katolik menentang pembunuhan, eutanasia dan aborsi yang telah ada lebih dari seribu tahun. Ke mana pun arah keluarga, demikian juga arah negara dan demikian juga seluruh dunia tempat kita hidup (Sumber: Wikipedia).

Ketika hidup dan karya Yesus semakin dekat ke puncak penyerahan diri-Nya yang total, rela menderita dan disalibkan demi keselamatan umat manusia, diskusi tentang diri-Nya semakin hangat diperbincangkan oleh orang Yahudi. Ada yang tetap kagum, ada yang berusaha menangkapnya. Imam-imam mengutus para penjaga untuk menangkapnya tetapi mereka tidak sanggup malah berbalik mengagumi pengajaran-Nya. Nikodemus, seorang ahli Taurat, coba membela Yesus tetapi teman-teman lainnya mencela dia. Yesus sudah tahu akan semua yang terjadi pada diri-Nya. Ia tidak gentar menghadapi semua itu bahkan Dia berani menuju Yerusalem untuk memasuki tahap akhir dari perjalanan hidup dan karya-Nya. Ia datang ke dunia guna memenuhi panggilan menjadi Sang Penyelamat manusia dari dosa-dosa. Ia adalah Mesias, Penebus dan Juru Selamat. Seberat apa pun tugas itu Ia siap menerima dan menjalankannya sebab Ia taat pada kehendak Bapa-Nya (bdk Yoh 7:40-53).

Kesediaan Yesus menjalankan misi penebusan ini telah dinubuatkan oleh nabi Yeremia seperti terungkap dalam bacaan pertama hari ini.  “Tetapi aku dulu seperti anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, aku tidak tahu bahwa mereka mengadakan persepakatan jahat terhadap aku: "Marilah kita binasakan pohon ini dengan buah-buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang-orang yang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi!"(Yer 11:19). Meskipun hal itu akan terjadi, namun Ia tidak takut karena semua perkara itu telah diserahkan oleh-Nya kepada Tuhan. Yesus diam seperti anak domba, meskipun Dia tahu bahwa sudah ada kesepakatan jahat untuk menangkap-Nya.

Popularitas St. Yohanes Paulus II bukan tanpa tantangan. Tidak semua pikiran dan pengajarannya diterima dengan baik. Orang yang memusuhi dia dan karyanya justru mengirim Ali Agca untuk membunuhnya. Tetapi ia menerima semua bentuk penolakan itu sebagai suatu salib yang harus dipikulnya bersama Tuhan. Ia selalu berkata kepada Tuhannya: Totus Tuus! Penyerahan dirinya yang total itu justru menjadi senjata ampuh baginya untuk terus mewartakan kebenaran tanpa pamrih sampai ia menghembuskan nafasnya pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, 2 April 2005.

“Kepada-Mu kuserahkan semua perkaraku” bukanlah sebuah ungkapan biasa, tetapi ungkapan iman, harapan serta tanda kasih yang total dari manusia kepada Allah, Tuhannya. Andaikan semua anak manusia memiliki semangat seperti ini, maka jalan kita menuju hidup kekal selalu terbuka lebar. Sebab Tuhan sendiri akan bekerja memanggul salib kita bersama-Nya ! Tak satupun perkara (masalah, derita, kesusahan) kita dalam hidup ini berada di luar jangkauan Tuhan, maka tindakan iman untuk menyerahkan semuanya itu kepada Tuhan adalah kebenaran yang patut dihayati, diteladani untuk dijalankan…!

Adhitz Ads