Suatu saat, sekitar
pukul 22.00 pak Revi pulang dengan menangis ke rumah dan menemui istrinya yang
sedang menonton film tentang keluarga bahagia. Pak Revi langsung berlutut di
depan istrinya, mencium kakinya. Dengan terisak ia berkata: “Sayang, maafkanlah
aku. Sudah terlalu lama aku menyakitkan engkau dan anak-anak, mulai hari ini
aku mau bertobat”. Revi pun berkisah sambil meneteskan air mata: “Tadi pagi
secara kebetulan aku bertemu dengan seorang imam yang memberi minyak suci
kepada seorang temanku yang sekarat karena kecelakaan mobil. Aku menolong teman
itu dan menghantarnya ke rumah sakit. Pada saat yang sangat kritis, imam itu
datang dan berdoa memberinya minyak suci. Sesudah pelayanan itu, imam ini
memanggil saya dan berkata: “Revi, sudah lama saya tidak bertemu kamu. Saya
perlu denganmu sekarang di paroki. Dalam perjalanan ke paroki aku dipaksa duduk
berdampingan dengannya. Sambil menyetir mobil, ia berkata: “Revi saya tahu
orang yang menerima minyak suci itu adalah teman dekatmu. Kalau kamu juga tidak
bertobat, sebentar lagi kamu akan menerima minyak suci dalam keadaan sekarat
seperti dia”. Kata-kata imam itu membuat saya gemetar dan tidak bisa
menjawabnya. Saya tidak tahu mengapa dia berkata seperti itu, tetapi hati saya
seperti disambar petir mendengar kalimat itu. Setelah tiba di pastoran aku
langsung minta pengakuan dosa. Dia menasihati aku selama satu jam. Karena itulah
sekarang aku pulang dan berniat untuk berhenti dari segala perbuatan salah yang
aku lakukan selama ini. Ampunilah aku, sayang! Istrinya langsung bersyukur
dalam hati dan berkata: Terima kasih Tuhan, Engkau telah mendengar doaku dan
membuat suamiku bertobat. Dia menangis dan menjawab: Aku mengampunimu Revi…!
Dalam bacaan
kedua hari ini Santu Paulus menulis: “Siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang. Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh
Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan
berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus,
seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus
kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah”. (2 Kor 5: 17-21).
Istri Revi
mengimani bacaan ini, karena itu ia tak henti-hentinya datang kepada Tuhan,
dengan tekun dan setia ia berdoa agar suaminya bertobat. Ia percaya hanya
Kristus yang bisa membuat suaminya sadar dan bertobat. Apa yang terjadi pada
suaminya melalui imam di parokinya adalah jawaban dari doa-doanya. Suaminya
bertobat dan mengenakan baju baru, semangat pertobatan. Ayah si anak hilang dalam
Injil hari ini mengenakan baju baru kepada anaknya yang barusan pulang setelah
merantau. Ayah melakukan hal itu karena anaknya mohon ampun dan ingin kembali
ke rumah orang tuanya. Setelah itu mereka mengadakan pesta perjamuan syukur
karena anaknya kembali. Sikap ayah yang baik ini menggambarkan sikap Allah yang
mau memberi ampun kepada setiap orang yang bertobat dan kembali kepada-Nya. Allah
sungguh Maharahim, Pengasih dan Penyayang. Ia tidak melihat masa lalu dari orang
berdosa. Ia hanya melihat masa kininya, ketika seseorang datang kepada-Nya dengan
penuh penyesalan dan mohon ampun (Luk 15:11-32).
Ketika orang
Israel tiba di tanah terjanji, mereka disunat oleh Yosua. Setelah itu mereka
merayakan Paska. Mereka bersyukur atas tanah baru, tanah warisan nenek moyang
mereka dari Abraham, Isaak dan Yakub. Melalui upacara sunat dan perayaan itu, Allah
ingin menghapus cela Mesir yang melekat pada bangsa itu, yaitu cela berhala
serta cacat hidup lainnya yang telah dirasuki oleh budaya bangsa Mesir. Mereka harus
melepaskan semua kebiasaan lama dari Mesir dan mengenakan baju baru, semangat
baru, semangat kemenangan sebagai bangsa terpilih, semangat dari Allah yang
telah membimbing mereka selama 40 tahun dalam perjalanan di padang gurun. Paska
pertama di tanah terjanji ini adalah perayaan kemenangan atas cara hidup lama
di Mesir dan padang gurun. Di tanah terjanji ini mereka harus hidup dalam
kemerdekaan, kemenangan, membaharui perjanjian dengan Tuhan, hidup taat dalam
kasih kepada Allah dan sesama. Inilah bentuk pertobatan, setelah mengembara
selama 40 tahun.