Kisah yang
termuat dalam bacaan pertama hari ini, yang diceritakan dalam Kitab Tambahan
Daniel ingin mengeritik kehidupan manusia yang sering bermain dengan penipuan dan
kepalsuan itu, yakni mereka yang sering melakukan rekayasa atau penipuan atas
perkara-perkara manusia. Ceritanya, ada dua hakim tua yang sudah terkenal hidup
dalam kejahatan. Keduanya ingin menjerumuskan Susana, wanita cantik tetapi
saleh dan benar. Mereka membuat saksi palsu sebab Susana tidak mau mengikuti
keinginan jahat mereka. Para tua-tua yang lain serta seluruh rakyat yang
mendengar saksi palsu yang dituduhkan kepada Susana percaya akan kesaksian dari
keduanya. Tanpa diselidiki, Susana dihantar ke tempat eksekusi hukuman mati.
Dalam
keadaan terjepit, tertindas dan tak berdaya Susana berdoa memohon pertolongan
Allahnya dengan penuh iman dan harapan. Ia berseru: "Allah yang kekal yang mengetahui apa yang tersembunyi dan yang
mengenal sesuatu sebelum terjadi, Engkaupun tahu pula bahwa mereka itu
memberikan kesaksian palsu terhadap aku. Sungguh, aku mati meskipun tidak
kulakukan sesuatupun dari apa yang mereka bohongi aku.". Doa orang
tertindas selalu didengarkan Allah, maka pada saat yang sama Allah membangkitkan
roh suci dalam diri Daniel, seorang pemuda Israel. Pemuda inilah yang
menyelamatkan nyawa Susana. Ketika ia membentuk peradilan darurat dan terbuka,
akhirnya diketahui bahwa kedua hakim itulah yang membuat saksi palsu atas
Susana. Susana dibebaskan dan kedua hakim tua itu dihukum mati. Saksi palsu telah membuat senjata maka tuan
(T. Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62).
Sedangkan kisah
dalam Injil Yohanes hari ini menceritakan bantahan orang-orang Farisi terhadap
kesaksian Yesus mengenai diri-Nya, ketika Yesus berkata:"Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Namun Yesus tetap
mempertahankan kebenaran kesaksian-Nya. Ia tidak membuat rekayasa atau penipuan
tentang eksistensi-Nya sebagai terang, yang kudus, mulia dan datang dari Allah.
Untuk kebenaran ini Ia tidak membutuhkan kesaksian manusia. Ia datang dari
Allah, bekerja atas nama Bapa-Nya. Titik. (Yoh 8:12-20). Sebagai orang benar,
kudus yang diutus oleh Bapa, segala pekerjaan-Nya telah membenarkan semua itu.
Dalam pengajaran-Nya, Ia telah berkata benar dan mengagumkan; dalam
perbuatan-Nya Ia telah menunjukkan kuasa Allah yang menyelamatkan; dan akhirnya
dalam wafat dan kebangkitan-Nya, Ia telah menunjukkan bahwa Ia adalah Mesias,
Imam Agung Perjanjian Baru. Ia tidak memberikan kesaksian palsu atau rekayasa.
Derita, wafat dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati bukan akibat dari
kepalsuan “senjata makan tuan” tetapi sebuah rencana matang dari Allah untuk
menyelamatkan manusia, sebab korban darah dalam Perjanjian Lama tidak bisa
menyelamatkan manusia dari dosa-dosanya. Dosa manusia harus diselamatkan dengan
darah Ilahi, yang lebih tinggi nilainya dari manusia dan menyempurnakan segala
korban terdahulu. Darah Kristus yang tertumpah di salib itulah yang
menyelamatkan kita.
Inilah
kesaksian yang benar yang terus menerus diwariskan secara turun temurun dalam
pengajaran Gereja Kristus, yang kudus, katolik dan apostolik! Bila setiap
pengikut-Nya tetap hidup jujur, tulus dan hidup dalam kebenaran ini, maka kuasa
neraka tak akan dapat mengalahkannya! Kalau kesaksian tentang Yesus membuat
kita menderita, itu bukan karena palsu dan rekayasa melainkan karena kita
mengambil bagian dalam karya penebusan atas dosa manusia. Di sana sifat
martyria sebagai anggota Gereja terwujud…!