Pada hari
mereka datang di tempat adorasi itu ada ekaristi untuk pergantian sakramen
mahakudus. Ketika Monstrans dikeluarkan dari Tabernakel pak Karen melihat
cahaya yang menyilaukan matanya dan ia tak sanggup memandangnya. Pada akhir
perayaan itu setelah sakramen diganti umat diberkati secara umum dengan
sakramen mahakudus. Saat itu juga pemandangan yang sama dilihat oleh pak Karen,
dari sakramen keluar cahaya yang menyilaukan matanya, ia menutup matanya lagi
tetapi hatinya dipenuhi rasa damai yang luar biasa dan keadaan itu baru pertama
kali terjadi selama hidupnya. Selesai perayaan ekaristi itu pak Karen pulang ke
rumah dengan hati berkobar-kobar penuh sukacita. Pada saat yang sama segala
luka hati akibat peristiwa 1998 itu sirna tak berbekas lagi dalam hatinya. Ke
mana-mana ia pergi ia selalu bersaksi: “Kini hidupku terasa jauh lebih nyaman
dan penuh sukacita dari pada dahulu ketika saya mempunyai segalanya.
Perjumpaanku dengan Kristus rasanya jauh lebih indah dan mulia dibanding dengan
tahun-tahun ketika saya belum mengenal dan percaya kepada-Nya.”…
Sebelum mengenal
Kristus, Paulus sangat bangga dengan latar belakang keturunan serta kepandaiannya
mengetahui dan menguasai hukum Taurat.
Akan tetapi sesudah mengenal Kristus dan menjadi murid Kristus, segala kebanggaannya
itu seolah-olah kehilangan arti dan nilainya lagi. Ia hanya bangga karena telah
berjumpa dengan Kristus, mengenal Kristus, percaya kepada Kristus lalu
mempertaruhkan hidupnya hanya untuk Kristus. Dengan sangat bagus dalam suratnya
kepada jemaat Filipi (dari bacaan kedua hari ini) ia menulis: “Tetapi apa yang
dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan
segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku,
lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Fil
3:7-8). Segala kebanggaan atas jabatan, kedudukan, latarbelakang pendidikan, asal
usul suku dan keturunan, semuanya tidak berarti baginya, sebab dengan mengenal
Kristus dan menjadi murid-Nya, segalanya telah menjadi miliknya. Kalau sudah
memiliki Kristus, ia sudah memiliki segalanya. Maka ada orang lain memiliki
prinsip hidup: “Bagiku, Kristus saja sudah cukup.” , Mengapa…?
Orang Yahudi
percaya akan Allah yang mahaagung, mahakuasa, maharahim, mahamurah, pembuat
mujizat, dst. Allah yang maha kuasa ini adalah Pencipta segala sesuatu yang kelihatan
maupun yang tidak kelihatan. Kalau seseorang sudah percaya kepada-Nya,
mengandalkan-Nya, hidup di bawah bimbingan-Nya, taat pada hukum-hukumNya maka ia
akan memiliki segala hal baik yang mereka perlukan, sebab Allah menyediakan
segalanya bagi orang yang taat, setia dan mencintai-Nya. Menurut nabi Yesaya
hari ini Allah yang telah membebaskan nenek moyang mereka dari Mesir, sekarang
akan melakukan hal yang baru yakni akan membebaskan mereka juga dari bentuk
penindasan yang mereka alami sekarang di tempat pembuangan. Bangsa ini telah
dipilih dan terbentuk bagi Dia dan akan memasyhurkan nama-Nya (bdk Yes
43:16-21).
Segala kuasa
yang ada pada Allah, sesungguhnya telah hadir dan ada dalam diri Yesus Kristus.
Dari pengajaran dan karya-Nya, Yesus telah menunjukkan kuasa Allah pada-Nya. Seperti
halnya dalam peristiwa Injil hari ini, Yesus menunjukkan kemurahan dan
kerahiman Allah untuk mengampuni. Wanita yang dituduh melakukan perzinahan dan dibawa
kepada-Nya, menurut hukum Taurat seharusnya dihukum mati, tetapi dibela-Nya
dengan cara yang halus dan membuat semua tua-tua Yahudi tidak berkutik dan
pergi. “Jika ada yang di antaramu yang tidak melakukan dosa, silahkan ia
melempar batu yang pertama untuk merajamnya…!”. Mendengar perkataan ini semua tua-tua
itu pergi. Lalu Ia berkata kepada wanita itu: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah,
jangan berbuat dosa lagi.” (Yoh 8:1-11).
Yesus menunjukkan belas-kasih Allah melampaui wibawa tua-tua
itu dan hukum Yahudi yang mereka junjung tinggi. Kuasa Allah yang ada pada-Nya
bukan dipakai untuk mempertahankan wibawa-Nya untuk menghukum tetapi untuk
menyelamatkan. Orang berdosa harus diselamatkan dengan mengampuninya, asalkan orang yang berdosa tersebut menyesal dan bertobat, sebab sesungguhnya Allah menghendaki semua orang yang berdosa itu bertobat
dari dosa-dosanya, dan kembali kepada-Nya untuk membaharui janji setia dan taat lagi kepada-Nya. Sungguh, Allah itu Maharahim…! Percaya senantiasa kepada-Nya, serta mengandalkan-Nya dalam iman, harap dan kasih, itu saja sudah cukup…!