Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Maret 24, 2016

RAHMAT TAK BERHINGGA DARI EKARISTI DAN IMAMAT…!

Seorang imam tua, asal Belanda, ditempatkan di sebuah paroki paling udik dalam keuskupannya. Usianya mendekati 80 tahun, tetapi ia masih giat bekerja melayani umat di beberapa stasi di sekitarnya, sebagai pastor Kaplan. Ketika ia masih muda, parokinya meliputi beberapa kecamatan dengan jumlah stasi lebih dari 100. Walau demikian luas ia melayani semua stasi dengan tekun, setia dan tabah dengan mengendarai kuda. Ia mengunjungi stasi-stasi itu secara teratur dan menginap sekurang-kurangnya dua malam di setiap stasi. Pada saat ia ber-asistensi dari stasi ke stasi, ia melayani semua sakramen yang dibutuhkan umatnya yaitu: pengakuan dosa, ekaristi, baptis dan pernikahan, kadang-kadang juga perminyakan kudus untuk mereka yang sakit. Selain itu sesekali ia juga masuk ke kelas di stasi-stasi yang memiliki sekolah dasar untuk berkatakese dan mengajar agama, biar cuma 40 menit.  Malam hari ia mengunjungi kampung-kampung untuk berkatakese atau mengajar agama termasuk tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan serta pertanian. Prioritas pastoralnya adalah: pelayanan sakramen, pengajaran agama, kesehatan dan pertanian. Ia melakukan semua itu dengan penuh sukacita.

Pada usia tuanya setelah menjalani hidup imamat 50 tahun dalam syeringnya kepada imam-imam muda ia berkata: “Saya bersyukur atas rahmat dari sakramen yang saya terima mulai dari baptis, pengakuan dosa, ekaristi, krisma dan kemudian imamat. Berkat sakramen-sakramen ini, saya sungguh menjadi katolik. Ketika saya berdosa saya boleh menerima pengampunan, ketika saya merasa lapar dan haus akan rahmat surgawi saya bisa menerima santapan dari surga, dan teristimewa dengan sakramen imamat saya sendiri diberi kuasa untuk merayakan semuanya bagi keselamatan seluruh umat Allah yang saya layani. Ketika saya merayakan ekaristi, saya bisa memberi makan begitu banyak orang dengan santapan dari surga. Dengan pelayanan itu saya sungguh merasa seperti Yesus yang berkeliling mengajar orang banyak sambil berbuat baik. Saya bahagia dengan imamat saya dan tidak pernah menyesal telah meninggalkan segala-galanya di tanah airku sendiri. Saya telah menjadi orang Indonesia dan semua orang mencintai, mendukung serta berdoa untuk karya-karya saya selama ini. Saya mau mati di sini”.

Sementara itu pada sisi lain, ada begitu banyak umat masa kini, khususnya di Asia ini, yang sangat membutuhkan pelayanan sakramen terutama ekaristi serta perminyakan kudus. Kebutuhan ini didorong oleh kesadaran iman akan pentingnya  sakramen-sakramen tersebut bagi pemeliharaan rohani umat Allah. Di mana-mana umat mencari imam-imam untuk melayani mereka dalam kebutuhan ini, hingga merasa kesal atau tidak nyaman bila tidak terlayani karena ketiadaan tenaga pastoral bersangkutan.

Dalam perayaan kudus hari ini bacaan pertama menyajikan cerita tentang penetapan perjamuan Paska Yahudi ketika hendak keluar dari negeri Mesir (Kel 12:1-8.11-14), bacaan kedua tentang kesaksian Paulus akan makna perjamuan kudus, yang ditetapkan Yesus menjadi sakramen ekaristi terimplisit imamat (1 Kor 11:23-26) dan Injil menyajikan cerita tentang pembasuhan kaki murid-murid sebagai contoh pelayanan tanpa pamrih bagi semua orang dalam semangat kerendahan hati (Yoh 13:1-15).

Semua bacaan yang tersaji dalam firman di atas mau menegaskan kepada kita bahwa apa yang terjadi dalam perjanjian lama semuanya terpenuhi secara sempurna kini dalam perjanjian baru. Kemerdekaan yang dialami orang Yahudi di negeri Mesir adalah kemerdekaan dari penjajahan dan ketidakadilan. Kemederkaan ini perlu diperingati secara turun temurun sebagai kenangan dan tanda syukur akan karya agung Tuhan yang telah membebaskan bangsa Israel dari penjajahan itu. Sebagai orang Yahudi Yesus merayakannya juga, tetapi dengan menambah makna baru dari perjamuan ini, yaitu dengan menetapkan peristiwa itu sebagai perayaan syukur atas karya penyelamatan Allah untuk menebus dosa manusia. Dengan kuasa Ilahi, Ia sendiri menetapkan bahwa roti dan anggur yang disediakan pada perjamuan akhir itu menjadi tubuh dan darah-Nya. Itu semua akan berubah oleh kata-kata konsekrasi yang diucapkan oleh para rasul serta pengganti mereka yang menerima tahbisan imamat suci. Karena kuasa imamat itulah maka di saat Paus, para Uskup dan imam-imam merayakan ekaristi, peringatan wafat dan kebangkitan Tuhan itu dirayakan kembali secara sakramental. Perayaan ini sifatnya sempurna seperti terjadi pada saat Yesus menderita, wafat dan bangkit dari antara orang mati.

Ditinjau dari pengertian dan ajaran ini maka imamat dan ekaristi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam diri seorang imam yang menerima tahbisan sakramen imamat. Dengan merayakan ekaristi seorang imam diberi kuasa untuk memelihara jiwa-jiwa kaum beriman dengan makanan surgawi, makanan dari Allah sendiri, yaitu tubuh dan darah Yesus, yang telah mengorbankan diri-Nya dengan wafat di salib tetapi yang kemudian bangkit lagi dari antara orang mati. “Tanpa imamat, tak ada ekaristi atau dengan kata lain ekaristi tak mungkin dirayakan tanpa imam”. Dengan demikian kita bersyukur kepada Tuhan yang telah memungkinkan semuanya ini terjadi oleh rancangan-Nya yang mulia. Imamat perjanjian baru adalah imamat Kristus yang ditugaskan untuk menghadirkan Kristus dalam kata dan tindakan-Nya. Di saat merayakan sakramen-sakramen, para imam sungguh bertindak seperti Kristus, maka imam disebut “alter Christus” – atau Kristus yang lain.

Imam tua di atas dapat meninggalkan segalanya karena Kristus hadir dalam diri-Nya. Ia berbahagia karena imamat yang ada di dalam dirinya telah dia hayati sebagaimana Kristus menghayatinya. Meskipun dia sering merasa ada kerapuhan yang menggerogoti hidupnya tetapi di dalam kerapuhan itu ia justru mengalami kekuatan Allah. Dalam seluruh aktivitas pelayanannya ia telah menghadirkan Kristus yang hidup, Kristus yang menguduskan umat Allah melalui sakramen pembaptisan; Kristus yang mengampuni dosa melalui pelayanan sakramen tobat;  Kristus yang memberi diri-Nya sebagai makanan surgawi untuk menghidupkan seluruh umat Allah melalui ekaristi; dan Kristus yang menguduskan perkawinan umat Allah dan Kristus menyembuhkan melalui sakramen minyak suci.

Imam Belanda yang tua itu sungguh merasa berbahagia karena hidupnya tidak pernah menjadi sia-sia, bahkan sebaliknya ia telah menjadi berkat bagi banyak orang yang dilayaninya selama hidup hingga akhirnya nanti. Semoga dalam perayaan suci malam ini kita boleh merasakan agung-Nya cinta Tuhan bagi Gereja kudus-Nya melalui ekaristi dan imamat yang dirayakan Paus, para Uskup dan para imam di seluruh dunia.

Adhitz Ads