Semua orang Yahudi mewarisi iman Abraham,
iman akan Allah yang esa dan mahakuasa. Iman akan Allah yang dapat melakukan
hal-hal yang mustahil menjadi tidak mustahil. Namun mereka marah-marah dan
menuduh Yesus menghujat Allah ketika Dia menunjukkan banyak pekerjaan Allah
dalam karya-karyaNya. Walau mereka sudah melihat banyak mujizat yang
dikerjakan-Nya tetapi mereka mau menangkap dan membunuh-Nya. Injil hari ini
menceritakan keadaan itu (bdk. Yoh 10:31-42). "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang
Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu
mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu
pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau
menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yoh 10:32-33).
Dalam hidup-Nya, Yesus telah menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah di tengah bangsa-Nya sendiri. Nikodemus, salah seorang Farisi menilai bahwa tak mungkin Ia melakukan pekerjaan itu kalau Allah tidak hadir dalam diri-Nya dan kalau Dia bukan datang dari Allah. Akan tetapi kaum intelektual Yahudi sudah merasa diri jauh lebih benar, suci dan pintar, maka segala hal yang dikerjakan Yesus dianggap sebagai ajang untuk mencuri hati rakyat demi tujuan politis dan kekuasaan. Karena itu Ia harus disingkirkan, apa pun alasannya. Mereka sama sekali menolak Yesus kalau Dia keras dalam warta kenabian-Nya.
Penolakan terhadap warta nabi
sesungguhnya bukan cerita baru. Kejadian ini sudah berulang-ulang terjadi dalam
sejarah Israel. Nabi Yeremia dalam bacaan pertama hari ini juga mengalami
penolakan. Ini kata Yeremia: "Kegentaran datang dari segala jurusan!
Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku
mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya
dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan
kita terhadap dia!" (Yer 20:10).
Pada zaman nabi Yeremia, orang Israel
meninggalkan imannya akan Allah dan menyembah dewa-dewi bangsa asing. Melihat
kenyataan itu Allah mengingatkan mereka dengan kritikan pedas melalui nabi
Yeremia. Perkataan Yeremia sering menyakitkan hati mereka karena pedas, keras
dan tajam. Mereka menolak kritikan itu lalu menangkap nabi Yeremia dan
menyiksanya dengan memasukkannya ke dalam sumur.
Mayoritas seiman sering merasa diri
sempurna, hebat, tanpa kesalahan, sombong dan cepat tersinggung jika dikritik.
Gejala seperti ini telah merasuki hidup manusia mayoritas di mana saja di
dunia. Meski banyak orang seiman di sekitar kita namun kwalitas imannya tampak
suam-suam kuku. Inilah peringatan Tuhan jika iman suam-suam kuku: “Jadi karena
engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau
dari mulut-Ku. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa
engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan
engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam
api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau
memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi
minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan
Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Why 3:16-19).