Dalam ajang pemilukada serentak yang telah
berlangsung pada tengah tahun 2015 hingga hari Pemilu 9 Desember 2015 itu, kita
telah melihat pelbagai macam atraksi kegiatan yang dilakukan para calon bupati
dan gubernur bersama tim suksesnya untuk memenangkan pemilu pada hari pemilihan.
Ada atraksi arak-arakan saat pendaftaran dan sesudah pendaftaran calon, ada
arakan disertai slogan-slogan saat kampanye, baik waktu kampanye biasa maupun saat
kampanye akbarnya. Setiap tim sukses dan para pendukungnya mengelu-elukan
calonnya dengan berbagai slogan untuk meyakinkan masyarakat bahwa calonnya itu
yang terhebat dari antara calon yang lain. Kita menyebut ajang ini sebagai
pesta demokrasi, di mana rakyat berpesta, bereforia untuk memilih pemimpin yang
tepat bagi daerah atau provinsinya.
Pesta demokrasi ini adalah kegiatan
politik yang melibatkan seluruh rakyat untuk memilih pemimpin pemerintahan
duniawi. Memang hal ini amat perlu dilakukan supaya terpilih seorang pemimpin
yang bisa mengatur pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab dalam
membangun daerah – provinsi sehingga seluruh rakyat boleh menikmati kemakmuran
sebagaimana tertulis dalam cita-cita kita bersama yang termuat dalam dasar negara
kita: Pancasila dan UUD ’45. Sesudah pelantikan para pemimpin yang terpilih ini
kita tunggu apakah mereka akan mewujudkan visi misinya…?
Tuhan Yesus yang diarak orang banyak hari
ini menuju kota Yerusalem bukanlah sebuah ajang pesta demokrasi, bukan juga
sebuah eforia politik yang dilakukan partai-partai pendukungnya untuk
memenangkan pemilukada melainkan sebuah arakan kemenangan Allah atas dosa dan
derita yang dialami manusia, yang diperlihatkan Yesus kepada umat Israel. Ia memulainya
dengan sebuah aksi kegembiraan disertai sorak sorai tetapi menuju kesengsaraan-Nya,
agar kita mengerti bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada
kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu
salib, guna menebus manusia dari dosanya. Salib Yesus adalah lambang kemenangan
Allah atas dosa, penderitaan dan maut. Karena itu setiap orang yang percaya kepada-Nya
dan mau berjalan bersama-Nya di jalan ini akan menjadi pemenang dalam
perjuangan melawan dosa, penderitaan dan kematian.
Karena Yesus tahu tentang
tujuan ini maka Ia tidak gentar sedikit pun meskipun Dia tahu akan ada
perlawanan untuk menangkap-Nya dan mengadili-Nya dengan cara tak adil, atau Dia
tahu bahwa akan menghadapi siksaan kejam tanpa perikemanusiaan, walaupun Dia
tahu akan memikul salib berat menuju Golgotha dan di sana akan disalibkan, Ia
tetap maju dalam sorak sorai rakyat yang sama-sama berseru: Hosana Putera Daud…!
Yesus tidak takut akan
semuanya ini dan menurut nabi Yesaya dalam bacaan pertama: “Tuhan ALLAH telah
memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat
memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam
pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka
telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi
punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang
yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan
diludahi. Tetapi Tuhan ALLAH menolong
aku” (Yes 50:4-7). Allah sendiri yang merencanakan dan menolong-Nya.
Yesus tahu semua ini adalah
rencana Allah dan Ia harus taat kepada Allah yang mengutus-Nya, Ia tidak
memberontak dan juga tidak mau berpaling ke belakang untuk melarikan diri,
tetapi sebaliknya memberikan punggungnya untuk didera dan disiksa. Rencana Allah
ini bukan rencana kejahatan tetapi rencana kemenangan. Rencana untuk memulihkan
hubungan yang telah putus antara Allah yang mahakudus dan manusia yang berdosa.
Sebelum semuanya ini terjadi, dalam pewartaan-Nya, Yesus telah memperkenalkan sikap
Allah yang penuh belaskasih kepada semua orang. Maka arakan kemenangan ini
adalah arakan kemenangan kita, sebab Tuhan berpihak kepada kita dan
menyelamatkan kita. Kata St. Paulus:“dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada
di bawah bumi” (Fil 2:8-10).
Dalam dunia politik dengan
azas demokrasi di atas orang bereforia demi jabatan, nama besar, kekuasaan,
harta dll karena itu orang bisa mengejarnya dengan menghalalkan segala cara, namun
dalam dunia Yesus, eforia itu dilakukan demi kemuliaan nama Bapa-Nya dan demi
keselamatan seluruh umat manusia. Ia merendahkan diri-Nya bukan demi jabatan,
nama besar serta kehormatan, kuasa atau pun harta melainkan demi keselamatan manusia
seutuhnya. Itulah kemenangan-Nya bagi kita hari ini. Maka kalau kita tahu bahwa
penderitaan kita akan menuju sebuah kemenangan iman agar bisa diselamatkan dari
dosa, Allah pasti menolong kita. Di balik
ketidakberdayaan kita, akan ada kuasa yang memberdayakannya, yakni kuasa dari
Yang Mahakuasa…!