Ketika saya memberi judul renungan ini, saya teringat akan tulisan Paus Benediktus XVI, pada kata pengantar Katekismus Populer – YOUCAT INDONESIA yang berbunyi sebagai berikut: “Hari ini saya menganjurkan agar kamu membaca sebuah buku yang tidak biasa, baik karena isinya maupun karena cara penyusunannya. Kamu semua tahu bahwa baru-baru ini, komunitas umat beriman sudah secara dalam terlukai oleh serangan-serangan si jahat, dengan masuknya dosa ke jantung Gereja. Jangan jadikan alasan ini untuk lari dari wajaqh Allah! Kamu sendirilah tubuh Kristus, kamulah Gereja…! Bawalah api kasihmu yang tak terpadamkan ke dalam dunia yang wajahnya sering dirusak oleh manusia. Teruslah bersemangat mempelajari katekismus ini. Saya memberkati dan mendoakan kamu semua setiap hari”…!
Katekismus adalah sebuah buku yang berisi
segala macam kebenaran pokok yang harus diketahui oleh semua orang katolik,
agar dalam menghayati imannya teristimewa dalam praktek hidup setiap hari
seseorang dituntun untuk hidup secara benar dan baik seturut kehendak Allah. Ajaran-ajaran
dasar ini menuntut iman atau percaya kita! Dari percaya kita dituntun untuk
menghayati ajaran itu, dari menghayati kita diarahkan untuk mempraktekannya,
dan kalau kita mempraktekannya dengan baik seturut kehendak Allah, kita
diselamatkan.
Sida-sida dari Etiopia, dalam perjalanannya
sedang membaca Kitab nabi Yesaya. Dia tidak mengerti apa yang dibacanya. Roh
Kudus menyuruh Filipus, murid Yesus, agar pergi mendampinginya dan
menjelaskannya. Ketika Filipus menjelaskan tentang siapa yang dimaksudkan oleh
nabi Yesaya itu, yang tidak lain adalah tentang Yesus Kristus maka hati
sida-sida langsung percaya dan minta dibaptis. Setelah ia mengungkapkan
imannya: “Aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah”, ia dibaptis dan
kemudian sida-sida itu melanjutkan perjalanannya dengan sukacita. Ia
bersukacita karena ia percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamatnya. Ia bersukacita karena ia yakin dengan imannya akan Kristus ia
diselamatkan. Ia bersukacita karena ia telah menemukan kebenaran sejati dalam Yesus
Kristus yang mungkin dicari selama hidupnya (bdk Kis 8:26-40).
Salah satu kebenaran sejati yang
diajarkan Yesus dalam Injil hari ini: “Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang
akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:51). Kebenaran sejati ini
kita hayati dalam sakramen ekaristi yang dirayakan setiap hari oleh para imam,
uskup atau pun Paus. Dalam ekaristi bukan lagi roti biasa yang kita terima dan
makan, tetapi tubuh dan darah Kristus yang berguna untuk kehidupan kita setiap
hari. Melalui ekaristi, Tuhan memelihara kita agar kita tetap hidup dalam
kebenaran, Tuhan menguatkan kita bila kita lemah, Tuhan menyembuhkan kita bila
kita sakit, menghibur kita bila kita sedih dan susah, mengobarkan harapan kita
bila kita putus asa, dalam ekaristi kita dapat bertemu dengan Tuhan dari hati
ke hati dan bisa berbicara dengan-Nya juga dari hati ke hati.
Mencari dan berbicara dengan Tuhan
dalam ekaristi tidak sesukar pencaharian oleh sida-sida itu, sebab dalam
ekaristi segala sesuatu dijelaskan kepada kita melalui firman-Nya dan pemberian
diri Tuhan yang sempurna, ketika Dia menjadi korban keselamatan kita.
Kita adalah anggota Tubuh
Kristus, yang selalu berjuang melawan segala kejahatan dengan kekuatan
firman serta tubuh dan darah-Nya. Penjelasan singkat tentang Ekaristi dalam Katekismus yang saya sebut di atas
dapat dipelajari dalam artikel no. 208 – 223.