ROTI DARI SURGA…!

Budi, sejak usia 2 tahun, bersama ibunya selalu ke Gereja untuk mengikuti Ekaristi mingguan. Saking senangnya ia melihat imam yang memimpin ekaristi, ia duduk sopan di samping ibunya sambil memperhatikan gerak gerik imam yang memimpin perayaan itu. Saat menerima komuni kudus ia juga maju untuk menerima berkat dari imam, namun ketika pulang ke rumah ia bertanya kepada ibunya, mengapa ia dilarang untuk menerima hosti dari imam. Ibunya dengan bijak menjawab bahwa yang diterima itu adalah "roti dari surga" yang hanya boleh diterima oleh orang yang sudah berusia kelas 4 SD, memiliki sifat yang baik, rajin ke Gereja dan tahu berdoa, dan menghormati orang tuanya. Budi yang kecil ini menyimak dengan baik kata-kata ibunya lalu berkata: "kalau begitu jika ibu ke Gereja jangan lupa mengajak saya, supaya saya tahu berdoa".

Demikianlah dari waktu ke waktu, Budi selalu bersama ibunya ke Gereja hingga ia masuk SD dan naik kelas 4. Ketika di sekolah mulai dijelaskan tentang persiapan komuni pertama, hati Budi mulai merasakan gejolak kerinduan yang luar biasa untuk makan "roti dari surga" sebab sudah sangat lama ia menantikannya. Persiapan lahir dan batin sudah dijalankan melalui kegiatan retret bersama orang tuanya. Namun sudah jauh-jauh hari Budi mengatakan kepada ayah dan ibunya bahwa ia tidak mau dipestakan seperti dua kakaknya yang lain, ia hanya minta hadiah "laptop - komputer kecil" agar ia bisa belajar bagaimana memakainya sejak kelas 4 SD. Dia ingin menjadi anak pandai seperti teman-temannya yang lain, yaitu anak-anak tetangga yang orangtuanya cukup berada dan sudah memiliki laptop di rumah mereka. Ayah ibu menyetujui permintaan Budi sehingga mereka tidak sibuk menyiapkan pesta komuni pertama yang bisa menghabiskan dana sekitar 30 juta rupiah, tetapi laptop yang harganya cuma 3,5 juta merk Asus. Budi sangat bahagia mendapatkan dua hadiah istimewa di saat komuni pertama ini, yakni roti dari surga dan laptop. Setelah mendapat semua itu, Budi semakin tekun belajar dan berdoa sebab ia bercita-cita menjadi anak yang pintar dan baik.

Tuhan Yesus dalam wejangan-Nya kepada orang Yahudi menjelaskan tentang asal usul roti dari surga yang tidak lain adalah diri-Nya sendiri, serta pentingnya sikap percaya kepada-Nya.  "Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi.(Yoh 6:35). Roti dari surga membuat seseorang tidak lapar dan tidak haus lagi. Hidupnya akan dipenuhi anugerah-anugerah surgawi yang membuatnya selalu merasa berbahagia melayani Tuhan, bekerja untuk kemuliaan nama Tuhan dalam pelbagai bidang pelayanan di dunia.

Stefanus, diakon yang membantu rasul-rasul, sudah menyerahkan hidupnya untuk melayani Tuhan dalam bidang sosial pada masa Gereja perdana. Ia yakin bahwa imannya akan Yesus Kristus bukanlah iman yang sia-sia. Karena itu ia tidak gentar menghadapi perlawanan dari musuh-musuh jemaat perdana, walaupun ia harus menjadi martir demi mempertahankan kebenaran ajaran Yesus Kristus. Ia telah menerima sabda kebenaran dan roti dari surga. Dua harta iman ini sudah membuat dia kaya di hadapan Allah dan siap masuk ke dalam rumah abadi, hidup bersama Tuhannya.