Tuhan
Yesus dalam wejangan perpisahannya hari
ini mengajak para murid-NYA agar selalu tinggal dalam kasih-NYA, sama seperti
Dia tinggal dalam kasih Bapa-NYA. Mendengar amanat seperti ini tentu kita ingat
akan hukum kasih yang disampaikan Tuhan kepada kita, yaitu: kasih kepada Allah
dan kasih kepada sesama. Dua hukum ini adalah hukum utama. Pengalaman sukacita
yang saya alami di tengah saudara-saudari yang "disable" ini adalah sebuah
pengalaman bagaimana mengasihi Allah dalam bentuk menciptakan suasana sukacita di
antara sesama dalam komunitas. Setiap pagi mereka mengikuti ekaristi sebagai
tanda mencintai Tuhannya, akan tetapi kasih itu tidak cukup sampai di situ.
Mereka juga tahu bagaimana menerjemahkan kasih itu di antara mereka sendiri
sehingga terwujudlah cita-cita Kristus: mengalami sukacita penuh. Kedatangan
Yesus ke dunia ini bertujuan menunjukkan kasih Allah kepada kita. Dia rela
menjadi manusia seperti kita, hidup dalam kemiskinan, rela dihina dan diperlakukan
dengan tidak adil, tetap rendah hati dan mau menderita untuk keselamatan kita,
sehingga manusia dapat memperoleh kembali martabat hidup-NYA sebagai citra
Allah. Karena itu Ia mengajak para murid agar selalu tinggal dalam kasih-NYA
dan bersikap rendah hati supaya pengalaman sukacita sebagai anak-anak Allah
dapat dirasakan secara penuh, tanpa kekurangan sedikit pun (bdk. Kis 15:9-11).
Karena
hukum kasih ini jauh lebih tinggi dari segala hukum yang lain, maka dalam
konsili pertama di Yerusalem, Petrus, Paulus dan Barnabas bersatu dalam
pandangan mereka untuk tidak membebankan jemaat baru dari bangsa lain dengan
aturan hukum Yahudi. Ada sebuah pernyataan singkat tetapi bagus dari Paulus
dalam bacaan pertama hari ini: "kita tidak boleh menimbulkan kesulitan
bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah". Yang
terpenting bahwa, mereka percaya kepada Tuhan, menyembah-NYA dengan benar dan
baik dan menjauhkan diri dari dosa-dosa serta hidup dalam kebenaran seturut
kehendak Allah. Dengan kesepakatan itu bebaslah bangsa-bangsa lain dari beban
hukum Yahudi terutama harus disunat dst. Dengan keputusan ini, maka penuhlah
sukacita bangsa-bangsa lain karena dapat menjadi pengikut Yesus, hanya dengan
pembaptisan, tanpa kewajiban mengikuti hukum Yahudi (Kis 15:7-21).
Pada
masa kini, dalam evangelisasi baru - menggarisbawahi pentingnya pengalaman akan
kehadiran Tuhan membuat banyak orang bertobat, seperti pengalaman para anggota
jemaat perdana. Pengalaman kasih Allah di zaman ini sejak Gereja perdana sungguh
membaharui hati setiap orang yang percaya dan mereka semua berjuang untuk memelihara
hidup dalam kasih dengan sesama. Pengalaman ini telah mengobarkan hati banyak
orang untuk menjadi saksi Kristus tanpa takut dan gentar, lalu mereka pergi ke
mana-mana dan memberi kesaksian tentang pengalaman kasih Allah yang sama itu kepada
orang lain. Bila ada cinta kasih dan sukacita di situ ada Tuhan. Bila kita
sanggup menciptakan sukacita, kita sudah menghadirkan Tuhan dan mewartakan kabar
sukacita-NYA…!