Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, April 03, 2016

Kesaksian: “DEVOSI KERAHIMAN ILAHI”…!

MUJIZAT DEVOSI KERAHIMAN ILAHI

Suatu ketika, tahun 2011, seorang pejabat dalam Gereja, sambil memegang lembaran doa Koronka yang tercetak rapi kiriman donaturnya, bertanya kepada saya: Romo, apakah doa ini sudah resmi diterima dalam Gereja…? Dengan spontan saya menjawab: Sudah, sambil menyampaikan kepadanya informasi singkat tentang St. Faustina dan Paus Kerahiman Ilahi, St. Yohanes Paulus II. Sesudah memberi penjelasan singkat itu dalam hati saya bertanya kalau seorang pejabat Gereja saja belum tahu tentang penyebarluasan devosi ini, bagaimana umat yang dipimpinnya…? Ataukah umat sudah tahu tetapi pemimpinnya belum tahu…? Tetapi jujur, di banyak tempat di mana saja di dunia ini, meskipun ada banyak kesaksian tentang mujizat-mujizat yang terjadi melalui devosi ini, atau walau banyak umat giat menyebarluaskan devosi ini, melalui seminar, pertemuan rohani, doa bersama, juga meski banyak buku dan gambar tentang Kerahiman Ilahi dipajang di mana-mana untuk dijual atau dibagi gratis dsb, toh masih ada lebih banyak umat yang benar-benar belum mengenal devosi ini dan merasa terkejut bila ada orang lain yang dengan lancar mendoakan doa Koronka.

Saya sendiri sudah mengenal devosi ini sejak tahun 1991, ketika membaca buku Yesus, Andalanku, tulisan bapak Stefan Leks. Setelah saya membacanya, saya mengajarkan kepada umat di paroki dengan mengikuti semua petunjuk yang tertulis dalam buku tersebut. Dengan cepat umat menghafal doa Koronka yang sederhana dan singkat itu lalu secara bersama-sama pula melakukan novena devosi kerahiman Ilahi di gereja sesudah komuni kudus, untuk pelbagai intensi yang kami bawa dalam doa itu. Apa yang terjadi…? Sungguh, tak terhitung banyaknya mujizat yang dikerjakan Tuhan, apakah itu untuk bertobatnya orang berdosa, mohon kesembuhan dari sakit, keselamatan jiwa-jiwa di purgatorium, perdamaian dalam keluarga, untuk perlindungan, jalan keluar atas masalah dsb. Tuhan mendengar doa-doa kami melalui devosi ini, sesuai dengan janji-NYA, cepat atau lambat.

Semangat berdevosi kerahiman Ilahi, di samping devosi rosario dan sakramen mahakudus (dalam adorasi), semakin bertambah ketika sekelompok sahabat dari Jakarta datang memberi penjelasan tentang sejarah, visi dan misi devosi ini di seminari menengah Pius XII Kisol. Saya menjadi lebih giat lagi ketika diberi tugas menangani komisi rohani di kesukupan dan sering memberi penjelasan tentang devosi ini kepada umat dalam retret, rekoleksi dsb. Kegiatan kerasulan Kerahiman Ilahi semakin lebih banyak lagi sesudah mengikuti Kongres Kerahiman Ilahi, 4 - 6 Oktober 2013 di hotel MDC Bogor. Ketika semakin giat menyebarkan devosi ini, semakin banyak juga tanda dan mujizat yang dikerjakan Tuhan. Dari Seminari St. Yohanes Paulus II, Labuhan Bajo, Flores, Indonesia, saya menulis kesaksian ini untuk kita semua yang sudah mengenal dan yang belum mengenal devosi yang istimewa ini dalam rangka memperingati Hari Minggu Kerahiman Ilahi, 03 April 2016 hari ini.

Bagamana sejarah singkatnya Devosi Kerahiman Ilahi ini…?

Berikut saya mengutip apa yang tertulis dalam website: Yesaya Indocell, Keuskupan Surabaya guna mengisi blog saya ini :




~~ Santa Faustina Kowalska, dalam Buku Catatan Harian VI, 93 menulis :



❝ Ketika aku berdoa untuk tanah airku, Polandia, aku mendengar YESUS bersabda :
“Dari Polandia akan muncul ‘Anak Api’ yang akan mempersiapkan dunia
untuk kedatangan-KU yang terakhir”…… ❞


Dan sungguh terjadi; dialah “Karol Wojtyla”, yang menjadi “Paus Yohanes Paulus II”…!



Pada tanggal 6 Maret 1959 Paus Yohanes XXIII memaklumkan dilarangnya penyebarluasan Devosi Kerahiman Ilahi dalam bentuk seperti yang diajarkan dalam tulisan-tulisan Sr. Faustina. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1965, Kardinal Karol Wojtyla selaku Uskup Agung Krakow, dalam upayanya mendukung Devosi Kerahiman Ilahi, membuka Proses Informatif, yaitu proses di mana dilakukan penelitian resmi atas hidup, keutamaan-keutamaan, tulisan maupun devosi yang diajarkan Sr. Faustina Kowalska. Proses informatif berhasil dengan gemilang hingga menghantar dibukanya Proses Beatifikasi Sr. Faustina pada tanggal 31 Januari 1968.


Berkat perjuangan gigih Kardinal Karol Wojtyla, akhirnya pada tanggal 15 April 1978, Paus Paulus VI memaklumkan diterbitkannya “Notifikasi” yang menyatakan bahwa larangan yang dibuat pada tahun 1959 “tidak berlaku lagi”. Terima kasih Kardinal Karol Wojtyla…! Enam bulan berselang, 16 Oktober 1978, kardinal dari Polandia ini diangkat sebagai Paus yang ke-264 dengan nama Yohanes Paulus II.


Sebagai Imam Agung di Roma, bukan saja Paus Yohanes Paulus II menggiatkan disebarluaskannya Devosi Kerahiman Ilahi, lebih lagi, dipengaruhi oleh Buku Catatan Harian St Faustina Kowalska, beliau menerbitkan ensiklik yang sangat indah, Dives In Misericordia (Kaya dalam Kerahiman), yang sepenuhnya bertutur mengenai Kerahiman Ilahi. Dalam ensiklik tertanggal 30 November 1980 ini, Sri Paus berbicara mengenai Kristus sebagai “inkarnasi kerahiman … sumber belas kasih yang tak habis-habisnya.” Lebih jauh ia menekankan bahwa “Program mesianik Kristus, program belas kasih” haruslah menjadi “program umat-NYA, program Gereja.” Sepanjang ensiklik, Bapa Suci menegaskan bahwa Gereja - teristimewa dalam masa modern sekarang ini - mengemban “tugas dan kewajiban” untuk “memaklumkan dan mewartakan belas kasih Allah,” untuk “memperkenalkan dan mewujud-nyatakannya” dalam hidup segenap umat manusia, serta untuk “datang kepada belas kasih Allah,” memohonkannya dengan sangat bagi seluruh dunia.

Pada tanggal 22 November 1981, setahun setelah diterbitkannya Dives in Misericordia, Paus mengunjungi tempat ziarah Cinta yang Berbelas Kasih di Collevalenza, Italia, dalam perjalanan ziarah pertama di luar Roma setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Di sana Sri Paus menegaskan, “Sejak awal mula pelayanan saya di Tahta St Petrus di Roma, saya menganggap pesan ini [Kerahiman Ilahi] sebagai tugas istimewa saya. Penyelenggaraan ilahi telah mempercayakannya kepada saya dalam situasi manusia, Gereja dan dunia sekarang ini.”

Dalam audiensi umum pada tanggal 10 April 1991, Bapa Suci mengatakan “Pesan ensiklik mengenai Kerahiman Ilahi `Dives In Misericordia' secara istimewa dekat pada kita. Mengingatkan kita akan sosok Abdi Allah, Sr. Faustina Kowalska. Biarawati yang bersahaja ini secara istimewa mendekatkan pesan Paskah dari Kristus yang Maharahim kepada Polandia dan kepada seluruh dunia.”

Pada tahun 1993, pada hari Minggu Kerahiman Ilahi yang jatuh pada tanggal 18 April, Paus Yohanes Paulus II memaklumkan Sr. Faustina Kowalska, biarawati sederhana dari Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih, sebagai beata. Tujuh tahun kemudian, juga pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, pada tanggal 30 April 2000, Bapa Suci mengangkat Beata Faustina, yang disebutnya sebagai “Rasul Besar Kerahiman Ilahi di jaman kita”, ke dalam himpunan para kudus Gereja. Semuanya itu, baik beatifikasi maupun kanonisasi St Faustina Kowalska, dilakukan Sri Paus di Roma, bukan di Polandia, guna menggarisbawahi bahwa Kerahiman Ilahi diperuntukkan bagi seluruh dunia.

Dalam kanonisasi St Faustina, Paus secara resmi pula memaklumkan bahwa hari Minggu pertama sesudah Paskah wajib dirayakan Gereja semesta sebagai Minggu Kerahiman Ilahi. Pentingnya hari Minggu Kerahiman Ilahi ini ditandai juga dengan dikeluarkannya dekrit pada tanggal 13 Juni 2002 mengenai indulgensi yang diberikan Gereja, baik indulgensi penuh maupun sebagian, kepada mereka yang mempraktekkan Devosi Kerahiman Ilahi dengan syarat-syarat seperti yang ditetapkan.


Lebih jauh, pada tanggal 17 August 2002, Sri Paus bahkan mempersembahkan seluruh dunia kepada Kerahiman Ilahi saat beliau memberkati tempat ziarah internasional Kerahiman Ilahi di Lagiewniki, Polandia :

❝ “Bapa yang kekal, kupersembahkan kepada-MU Tubuh dan Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an PutraMu yang terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus, sebagai pemulihan dosa-dosa kami dan dosa seluruh dunia; demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-MU kepada kami dan seluruh dunia…” (Buku Catatan Harian, 476).

Betapa dunia sekarang ini membutuhkan Kerahiman Ilahi…! Di setiap benua, dari penderitaan manusia yang terdalam, terdengar seruan mohon belas kasih Allah. Di mana kebencian dan hasrat dendam berkuasa, di mana perang mengakibatkan sengsara dan kematian orang-orang tak berdosa, di sana rahmat belas kasih dibutuhkan demi menenangkan hati dan pikiran manusia serta mendatangkan damai. Di mana tidak ada lagi rasa hormat terhadap harkat dan martabat manusia, di sana cinta Allah yang berbelas kasih dibutuhkan; dalam terang-NYA kita melihat nilai tak terkatakan dari setiap pribadi manusia. Belas kasih dibutuhkan guna menjamin bahwa setiap ketidakadilan di dunia akan berakhir dalam terang kebenaran.

Oleh karenanya, pada hari ini, dari tempat ziarah ini, dengan khidmad saya mempersembahkan dunia kepada Kerahiman Ilahi. Saya melakukannya dengan keinginan yang berkobar agar pesan cinta Allah yang berbelas kasih, yang diwartakan di sini melalui Santa Faustina, dikenal oleh segenap umat manusia di dunia dan memenuhi hati mereka dengan pengharapan. Kiranya pesan ini memancar dari tempat ini ke tanah air kita yang tercinta dan ke segenap penjuru dunia. Kiranya janji Tuhan Yesus digenapi: dari sini haruslah memancar ‘Anak Api yang akan mempersiapkan dunia bagi kedatangan-NYA yang terakhir’ (bdk Buku Catatan Harian, 1732).

Anak Api ini perlu dinyalakan oleh rahmat Tuhan. Api belas kasih ini perlu disampaikan ke seluruh dunia. Dalam belas kasih Allah dunia akan menemukan damai dan umat manusia akan menemukan kebahagiaan…! Saya mempercayakan tugas ini kepada kalian, Saudara dan Saudari terkasih, kepada Gereja di Krakow dan di Polandia, dan kepada segenap pencinta Kerahiman Ilahi yang datang ke tempat ini dari Polandia dan dari seluruh dunia. Kiranya kalian menjadi saksi-saksi belas kasih Allah…!


Sepanjang 26 tahun masa pontifikat beliau, tak kunjung henti Bapa Suci Yohanes Paulus II menerangkan Kerahiman Ilahi kepada umat beriman, pula menyerukan pentingnya serta mendesaknya pesan Kerahiman Ilahi bagi segenap umat manusia, sebab itulah ia kemudian dikenal sebagai “Paus Kerahiman”.

“Damai sejahtera bagi kamu…! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu… Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh 20:21-23).

Sebelum menyampaikan kata-kata ini, Yesus memperlihatkan kedua tangan dan lambung-NYA. Ia menunjuk pada luka-luka Sengsara, teristimewa luka yang menembusi Hati-NYA, sumber darimana memancar aliran deras belas kasih yang dicurahkan atas umat manusia. Dari Hati itu, Sr. Faustina Kowalska, Beata yang sejak saat ini akan kita sebut sebagai Santa, melihat dua berkas sinar yang memancar dari Hati-NYA dan menyinari dunia: ‘Kedua Sinar’ itu, jelas Yesus sendiri kepadanya suatu hari, melambangkan ‘Darah’ dan ‘Air’ (Buku Catatan Harian, Libreria Editrice Vaticana, h. 132).

Darah’ dan ‘Air’…! Pikiran kita segera melayang pada kesaksian yang diberikan Yohanes Pengarang Injil, yang, ketika seorang prajurit di Kalvari menikam lambung Kristus dengan tombak, melihat darah dan air memancar darinya (bdk 19:34). Di samping itu, jika Darah mengingatkan kita akan Kurban Salib dan anugerah Ekaristi, maka Air, dalam simbolisme Yohanes, melambangkan bukan saja Pembaptisan, melainkan juga karunia Roh Kudus (bdk Yoh  3:5; 4:14; 7:37-39).


Kerahiman Ilahi tercurah atas umat manusia melalui hati Kristus yang tersalib: “Puteri-KU, katakanlah bahwa Aku adalah inkarnasi Cinta dan Belas-Kasih,” demikian pinta Yesus kepada Sr. Faustina (Buku Catatan Harian, h. 374).”   ~~ Paus Yohanes Paulus II, 30 April 2000.

“Tak ada yang lebih dibutuhkan manusia selain daripada Kerahiman Ilahi - cinta yang berlimpah belas kasih, yang penuh kasih sayang, yang mengangkat manusia di atas segala kelemahannya ke ketinggian yang tak terhingga dari kekudusan Allah.”   ~~ Paus Yohanes Paulus II, 7 Juni 1997.

“Di mana, jika tidak dalam Kerahiman Ilahi, dunia dapat menemukan tempat pengungsian dan terang pengharapan…? Umat beriman, pahamilah kata-kata itu dengan baik.”   ~~ Paus Yohanes Paulus II, 21 April 1993.

“Jadilah rasul-rasul Kerahiman Ilahi di bawah bimbingan keibuan penuh kasih sayang dari Santa Perawan Maria.”   ~~ Paus Yohanes Paulus II, 22 Juni 1993.


Melihat begitu kuat keterikatannya pada Kerahiman Ilahi, adakah kita heran bahwa menjelang akhir hayatnya, kala tubuhnya mulai rapuh dan gemetar dimakan usia serta didera penyakit, kala banyak pihak menuntut pengunduran diri beliau, Paus Yohanes Paulus II menegaskan kembali penyerahan dirinya, “Totus Tuus,” katanya, “Apakah Yesus pada saat-saat akhir penderitaan-NYA turun dari salib…?” (bdk Buku Catatan Harian, 1484). Apakah kebetulan belaka bahwa Bapa Suci wafat pada malam vigili Minggu Kerahiman Ilahi, yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 3 April 2005…? Apakah kita juga merasa aneh jika Paus Kerahiman yang Agung ini meninggalkan bagi kita pesannya untuk Minggu Kerahiman, yang kemudian dibacakan pada pesta hari itu oleh seorang pejabat Vatican kepada umat beriman yang berkumpul di St Petrus sesudah Perayaan Misa Kudus yang dipersembahkan bagi kedamaian kekal jiwanya…?


❝ Pesan Kerahiman Ilahi senantiasa dekat dan lekat di hati saya. Seolah sejarah telah mengukirkannya dalam pengalaman tragis Perang Dunia II. Dalam tahun-tahun sulit itu, belas kasih Allah sungguh merupakan suatu penopang dan sumber pengharapan yang tak habis-habisnya, bukan hanya bagi rakyat Krakow, melainkan bagi seluruh bangsa. Itulah juga pengalaman pribadi saya yang saya bawa ke Tahta St Petrus dan yang dalam tingkat tertentu membentuk gambaran akan Pontifikat ini. Saya mengucap syukur kepada Penyelenggaraan Ilahi bahwa saya dapat ikut ambil bagian secara pribadi dalam digenapinya kehendak Kristus, melalui penetapan Minggu Kerahiman Ilahi. Di sini, dekat jasad St Faustina Kowalska, saya juga mengucap syukur dapat memaklumkan beatifikasinya. Tak henti-hentinya saya berdoa kepada Tuhan: “Kasihanilah kami dan seluruh dunia” ❞



~~ Paus Yohanes Paulus II, 7 Juni 1997,
saat berziarah ke makam Santa Faustina Kowalska.



Sebagai tambahan saya menulis lima cara dalam menjalankan Devosi dan Kerasulan Kerahiman Ilahi :
       Menyebarluaskan Gambar Kerahiman Ilahi,
       Merayakan Pesta Kerahiman Ilahi dengan meriah (Minggu II Paska),
       Mendaraskan doa Koronka setiap hari pada pukul berapa saja,
       Merenungkan Sengsara Kristus 「†」   –––➤   tepat pada Pukul 15.00 「Jam Kerahiman Ilahi」,
       Bergiat dalam Kerasulan Kerahiman Ilahi.


Inilah janji TUHAN bagi mereka yang tekun dan setia dalam Kerasulan Kerahiman Ilahi :

❝ Engkau dapat memperoleh apa saja bagi dirimu sendiri dan bagi orang lain (BCH 1572),
dan Tidak akan KU-tolak apa pun kepada jiwa yang meminta dari AKU
demi sengsara-KU (BCH 1320). ❞

Adhitz Ads