Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Jumat, April 08, 2016

MENDERITA DENGAN SUKACITA…!

Salah satu tokoh Gereja yang barusan dikanonisasi adalah Mother Theresa dari Calcutta. Kongregasi Cinta Kasih yang didirikannya tidak banyak berbicara tentang cinta kasih, tetapi mencari tantangan dalam berbuat kasih, mencari orang-orang terbuang, para jompo, orang miskin di pinggir jalan. Mereka membawanya ke panti yang sudah tersedia, merawatnya dengan baik. Pekerjaan baik ini, disamping dipuja puji tetapi juga ditantang dengan ancaman pembunuhan oleh orang-orang yang merasa terusik. Namun Mother Theresa tetap saja meneruskan misi mulia ini hingga menarik banyak pengikutnya dan berhasil membentuk satu Kongregasi baru di bawah judul Cinta Kasih. Ibu Theresa yang berhati baik ini menunjukkan kepada dunia, bahwa ada Tuhan yang harus ditolong dalam diri para penderita ini. Dengan karya ini, dia dan para pengikutnya bersaksi, "kami bergembira karena boleh menderita demi Tuhan untuk menolong sesama".

Tak ada banyak orang di dunia ini yang suka menderita karena mewartakan kasih Tuhan; bahkan  mungkin ingin menghindar dari penderitaan dan bila terjadi penderitaan mungkin akan bertanya, mengapa kami menderita meski kami telah berbuat baik…?

Pernyataan yang disampaikan rasul Petrus dalam bacaan pertama hari ini adalah sebuah pernyataan iman dari seorang murid yang telah bertobat dan mengalami kebangkitan Yesus. Rasul-rasul ditangkap dan diadili, lalu disesah. Kemudian tua-tua agama Yahudi itu melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. "Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus" (Kis 5:41).

Mereka gembira karena dianggap layak menderita penghinaan karena Nama Yesus! Bagi para petinggi Yahudi, sejak lahir-Nya Yesus sampai dengan wafat-Nya, nama Yesus selalu menjadi momok yang mengganggu. Ketika Ia lahir Herodes merasa terganggu karena ada berita bahwa seorang raja baru telah lahir, lalu Herodes membunuh semua anak-anak Betlehem secara membabi buta. Ketika Yesus mengajar sambil melakukan banyak mujizat, imam-imam Yahudi, orang Farisi dan ahli Taurat merasa terganggu karena banyak orang mengikuti Yesus dan mengagumi-Nya sebagai orang yang tak tertandingi dalam pengajaran dan kuasa Ilahi yang dimiliki-Nya, lalu mereka iri hati dan selalu berencana menangkap Yesus dan menghukum-Nya.

Rencana ini kemudian terwujud ketika Yesus dihukum mati, wafat dan dimakamkan. Sesudah Yesus wafat dan dimakamkan, para petinggi itu merasa menang dan nyaman. Tetapi mereka merasa lebih terganggu lagi ketika ada berita dari serdadu bahwa Yesus bangkit lagi, lalu mereka membungkam mulut para serdadu penjaga makam itu dengan uang tutup mulut. Imam-imam kepala merasa nyaman lagi. Tetapi rasa nyaman itu terusik kembali saat mendengar berita bahwa para murid Yesus kini mewartakan kebangkitan Yesus dengan lebih gencar lagi itu sambil melakukan mujizat-mujizat, lalu mereka membentuk suatu persekutuan baru, persekutuan para pengikut Yesus. Mereka semakin gelisah karena jumlahnya semakin hari semakin bertambah banyak dengan cepat. Karena itu para pelopor gerakan baru ini harus dihadang. Mereka menangkap para murid itu, menyesah dan menghukumnya. Hasil dari hukuman itu, para murid ini bukannya takut melainkan semakin bergembira. Bergembira karena menderita demi nama Yesus.

Pengalaman perjumpaan dengan Yesus sebelum kebangkitan, misalnya ketika memperbanyak roti (Yoh 6:1-15) dan menyaksikan mujizat lainnya; dan pengalaman akan Yesus yang bangkit serta urapan Roh Kudus pada hari Pentakosta merupakan pengalaman ajaib yang mengobarkan semangat missioner dalam diri para murid. Sebuah pengalaman yang tidak bisa didiamkan atau dikendalikan dengan cara apa pun. Roh bertiup kemana saja Ia mau, kekuatan Roh itu bagaikan badai yang merusak tatanan kekuasaan yang mapan, merusak kenyamanan hidup yang bergelimang dosa, merusak pertahanan diri dalam kesombongan dan egoisme sempit. Para pembesar ini tampaknya tidak berdaya melawan para nelayan Galilea ini. Semakin dilawan mereka semakin berani dan kebijaksanaan orang-orang sederhana ini dalam berdebat mematahkan semua pandangan negatip tentang Yesus oleh para ahli Taurat.

Melihat gejala-gejala ini, Gamaliel, salah seorang petinggi dari ahli Taurat memberi nasihat bijaksana kepada teman-temannya agar tidak bertindak semberono untuk menghambat pewartaan para rasul itu. "Aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." Nasihat itu diterima" (Kis 5:38-39).

Dalam evangelisasi baru, penekanan membawa sesama kepada pengalaman perjumpaan dengan Yesus dalam mujizat-mujizatNya, pengalaman Yesus yang bangkit serta urapan Roh Kudus merupakan jalan utama, yang standar tetapi terbaik  untuk membawa sesama kepada pertobatan sejati. Petrus dan rasul-rasul lainnya bertobat dan semakin mengenal Yesus karena pengalaman kebangkitan dan urapan Roh Kudus. Karena itu St. Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan Fransiskus dalam kotbah-kotbahnya masing-masing menekankan agar Gereja membuka diri dan pintu selebar-lebarnya bagi gerakan evangelisasi baru, gerakan kharismatis, sehingga umat boleh mengalami karya Roh secara baru, seperti pengalaman jemaat pada zaman Gereja perdana.

Adhitz Ads