Suatu
ketika, setelah bertahun-tahun tidak berjumpa, kedua sahabat lama ini berjumpa
di satu salah pertemuan besar yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam
Negeri. Mereka sama-sama mengikuti
Seminar tentang Mengelola Pemerintahan Yang Bersih. Saat absensi nama keduanya
disebut sebagai utusan yang mewakili kabupaten masing-masing. Satunya dari
kabupaten di ujung timur dan lainnya di ujung barat dari dua pulau yang berjarak
ribuan kilometer. Pada saat mereka bertemu, zaman belum secanggih seperti
sekarang. Singkatnya belum ada "handphone". Setelah selesai pertemuan
hari pertama keduanya mencari kesempatan untuk bertemu dan saat itu kedua
sahabat karib ini tenggelam dalam kisah tentang masa lalu mereka dalam canda
penuh keakraban. Malam itu di hotel tempat mereka menginap, mereka ngobrol hingga
larut malam dan syering tentang keluarga masing-masing. Selama seminggu hadir dalam
seminar itu mereka selalu mencari kesempatan untuk ngobrol tentang suka duka perjuangan
hidup masing-masing sampai mereka hadir dalam seminar itu. Kesempatan itu dapat
disebut nostalgia para sahabat setelah 30-an tahun tidak berjumpa.
Tuhan Yesus telah hidup bersama para murid
pilihan-NYA selama kurang lebih 3 tahun. Dalam wejangan perpisahan hari ini Ia
menyapa para murid-NYA dengan ungkapan: "kamu adalah sahabat-Ku". Ungkapan
yang menyatakan keakraban dan pengenalan yang lebih dalam, antara Dia sendiri
dengan para murid-NYA. Disapa sebagai sahabat oleh Tuhan Yesus yang amat mulia
hidup-NYA, populer nama-NYA dan disegani kuasa-NYA oleh siapa pun, merupakan suatu
penghargaan yang amat membanggakan dalam hidup para murid. Sapaan ini tidak lazim
disebut dalam kisah-kisah sebelumnya, juga tidak terdapat pada Injil yang lain.
Tetapi pada saat menjelang perpisahan itu Tuhan Yesus menyapa mereka SAHABAT.
Sahabat adalah orang yang sudah menyatu dalam pengalaman bersama, tahu suka
duka masing-masing, tahu cita-cita dan kerinduan untuk meraih masa depan
bersama. Kunci persahabatan yang kokoh adalah cinta kasih, karena itu Yesus
meminta mereka dengan bersabda: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling
mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu
adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu”.
Patron cinta kasih adalah Yesus sendiri, sebab Ia telah memberikan nyawa-NYA
bagi siapa pun yang mencintai Dia teristimewa para sahabat-NYA ini. Dalam
wejangan ini Yesus tidak bernostalgia tentang persahabatan, tetapi meminta
mereka untuk menjalin persahabatan yang baik di antara mereka sendiri agar
Gereja yang didirikan oleh-NYA menjadi Gereja yang kokoh dan kuat di atas dasar
cinta kasih.
Demi
persatuan Gereja Katolik yang satu, kudus dan apostolik ini maka para rasul
dan penatua jemaat di Yerusalem mengutus Silas dan Yudas ke Antiokhia untuk membawa
surat keputusan hasil konsili Yerusalem. Surat keputusan itu isinya berupa
keringanan bagi bangsa-bangsa asing tidak sepenuhnya mengikuti adat istiadat
orang Yahudi. Surat itu sungguh-sungguh menghibur dan jemaat Antiokhia sangat
bersukacita (Kis 15:22-31). Ini adalah kabar gembira yang membebaskan. Ya, hakekat
kedatangan Yesus ke dunia adalah membawa misi pembebasan atau misi keselamatan.
Pembebasan manusia dari dosa, menjadikan orang percaya sebagai orang yang
merdeka. Merdeka dari cara berpikir lama, cara hidup yang lama (dosa), dari ketakutan
dan kecemasan, dari penindasan adat istiadat yang bertentangan dengan kasih, dari
penindasan hak-hak azasi manusia dsb. Sebagai sahabat Kristus kita semua boleh
menikmati segala kekayaan surgawi yang disediakan Tuhan bagi umat manusia.
Syukur kepada Tuhan karena kita disebut-NYA sebagai sahabat. Kepada-NYA kita
boleh curhat dan mengatakan apa saja yang menjadi problem dalam kehidupan
harian kita. Dia pasti mendengarkan kita, karena kita adalah sahabat-NYA, Amin…!