Suatu ketika, ibu Mia pergi ke pasar hendak membeli ikan dan sayuran, sebagai persiapan untuk makan malam. Dalam perjalanan ke pasar, tiba-tiba ia mendengar suara hatinya mengatakan: “mampirlah ke rumah tetanggamu sebentar, suamimu berjudi di sana. Minta dia pulang ke rumah”. Suara hati itu begitu kuat dorongannya hingga diulang sampai tiga kali, tetapi ibu Mia tidak menggubrisnya, karena pagi hari sesudah misa Minggu, suaminya pamit hendak bertamu ke rumah teman di kampung yang agak jauh, karena ibu Mia mengabaikan suara hatinya itu dan terus menuju pasar. Ketika pulang dari pasar, setelah hampir dekat ke rumahnya, ia melihat ada banyak orang berkumpul di rumah tetangganya tadi dan ternyata mereka itu adalah polisi-polisi yang sedang menggerebek orang-orang yang sementara berjudi. Di antara mereka itu ada suaminya yang tangannya sudah diborgol, wajahnya muram menahan malu. Ibu Mia masuk ke dalam rumah dan menangis. Ia menyesal dan mengatakan kepada dirinya: “andaikan saya mengikuti suara hatiku tadi, pasti suamiku tidak ditangkap polisi”! Tetapi sesudah itu ia mengumpat suaminya dan mengatakan: “kini pisang telah masak, dari dulu sudah ulang-ulang saya tegur tapi tidak peduli”.
Dalam hidup ini, seringkali kita
mendengar suara hati yang baik dan suara hati yang jahat. Suara hati yang baik selalu
mengingatkan kita tentang hal-hal baik yang perlu kita lakukan atau mengingatkan
kita akan hal-hal yang tidak baik yang patut kita hindari. Sebaliknya ada suara
hati yang jahat, yang mendorong kita untuk melakukan kejahatan. Suara hati yang
baik biasanya berasal dari Roh Kudus sedangkan suara hati yang jahat biasanya
berasal dari kuasa yang jahat. Petrus dalam bacaan pertama hari ini didorong
oleh suara hati yang baik, yang menyuruhnya pergi ke Yope karena di sana ada
keluarga Kornelius yang rindu mendengar kabar gembira tentang Yesus Kristus.
Ketika Petrus mendengar suara hati itu
dan mengikutinya ternyata ia bertemu dua orang yang disuruh Kornelius, seorang
perwira Romawi, untuk menjemputnya. Setibanya di rumah Kornelius, Kornelius menceritakan
pengalaman pribadinya bahwa ia melihat malaikat yang menyuruhnya pergi
menjemput Petrus. Dua pengalaman positip ini, isinya sama dan semuanya berasal
dari Tuhan dengan tujuan membawa keselamatan bagi keluarga Kornelius.
Pengalaman Petrus dan Kornelius tampaknya direncanakan Tuhan sendiri, guna membuka jalan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Sebab pengalaman ini kemudian didiskusikan dengan hangat oleh para rasul hingga menghasilkan keputusan bahwa mereka harus mewartakan kabar gembira ini bukan hanya bagi orang Yahudi tetapi juga bagi bangsa-bangsa lain. Ketika Petrus menyaksikan penglihatan yang aneh saat berdoa di Yope, ia didesak oleh suara hati yang baik agar mentaati suara hati itu dan pergi dengan tidak bimbang. Ketika ia mengikutinya hasilnya amat positip, ia pergi dan keluarga Kornelius diselamatkan. Melalui kesaksiannya, Petrus pun berkesimpulan bahwa “kepada bangsa-bangsa lain pun Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (bdk Kis 11:1-18).
Mengapa bangsa lain pun harus menerima
keselamatan? Tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dunia bukan hanya mau
menyelamatkan satu bangsa tetapi untuk semua bangsa manusia di dunia ini. Sebab
Yesus itu satu-satunya pintu yang benar bagi domba-domba, bagi bangsa manusia
menuju kerajaan Bapa-Nya. Yesus bersabda: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu..... Akulah pintu; barangsiapa
masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan
padang rumput” (bdk Yoh 10:7.9). Pernyataan Yesus ini bukanlah rekayasa para
pengarang Injil tetapi sebuah hakekat kebenaran yang diajarkan Roh Kudus kepada
mereka, agar ajaran ini disebarluaskan dalam pemberitaan kabar gembira kepada
segenap bangsa manusia. Allah tidak memanjakan keselamatan itu hanya untuk
bangsa tertentu, bangsa Israel, namun Ia memilih bangsa Israel untuk menjadi
penyalur keselamatan bagi bangsa-bangsa
lain. Kebenaran ajaran ini mutlak atau hakiki adanya, maka Allah menampakkan
diri kepada Petrus dan menyuruhnya pergi bertemu dengan keluarga Kornelius. Kornelius
memilih jalan yang benar dan memasuki pintu yang benar juga ! Pilihan Anda dan saya akan kebenaran ini pun adalah pilihan yang benar,
karena itu pergilah dan wartakan, jangan bimbang…!